Peristiwa Daerah Tragedi Al Khoziny

Posko DVI Polda Jatim Terima 62 Laporan, Tiga Korban Berhasil Diidentifikasi

Kamis, 02 Oktober 2025 - 01:21 | 5.90k
Kasubbid Dokpol Biddokkes Polda Jatim, AKBP dr. Adam Bimantoro (kanan) saat mengumpulkan data keluarga yang kehilangan anggota keluarga di Ponpes Al-Khoziny Rabu, (1/102025) (Foto: Syaiful/TIMES Indonesia)
Kasubbid Dokpol Biddokkes Polda Jatim, AKBP dr. Adam Bimantoro (kanan) saat mengumpulkan data keluarga yang kehilangan anggota keluarga di Ponpes Al-Khoziny Rabu, (1/102025) (Foto: Syaiful/TIMES Indonesia)
FOKUS

Tragedi Al Khoziny

TIMESINDONESIA, SIDOARJO – Tim Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Jawa Timur bersama Sidokkes Polresta Sidoarjo menyiagakan tim medis di sekitar lokasi robohnya bangunan Musala di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Tim ini bertugas memastikan seluruh korban dapat terdata dan teridentifikasi secara akurat.

Kasubbid Dokpol Biddokkes Polda Jatim, AKBP dr. Adam Bimantoro, mengatakan sejak hari pertama insiden, pihaknya menyiapkan posko Disaster Victim Identification (DVI) di tiga lokasi berbeda.

Advertisement

 “DVI memiliki dua posko utama, yaitu ante mortem dan post mortem,” kata Adam, Rabu, (1/102025)

Posko ante mortem berada di Kampus Putri Ponpes Al-Khoziny, berfungsi mengumpulkan data keluarga yang kehilangan anggota keluarga, mulai dari identitas, ciri fisik, hingga foto terbaru.

AKBP-dr-Adam-Bimantoro.jpg

Sementara Posko post mortem ditempatkan di RSUD Sidoarjo dan RS Siti Hajar, untuk pemeriksaan forensik jenazah yang ditemukan sebelum dicocokkan dengan data ante mortem.

“Jika ada data primer seperti gigi atau sidik jari, identitas korban bisa dipastikan. Kalau tidak, kami gunakan data sekunder, seperti tanda lahir, bentuk gigi, rambut, hingga tinggi badan,” jelas AKBP Adam.

Hingga saat ini, Posko ante mortem, sudah menerima 62 laporan keluarga korban. Dari jumlah itu, sudah tiga korban yang berhasil diidentifikasi. Proses pencocokan data masih terus berjalan dengan melibatkan enam hingga delapan petugas dalam setiap shift.

“Kendala terbesar, biasanya pada pengumpulan data dan administrasi. Karena itu, kami aktif menghubungi keluarga untuk mencari tambahan informasi agar proses identifikasi bisa lebih cepat,” tegas Adam. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES