Peristiwa Daerah Tragedi Al Khoziny

Orang Tua Santri Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Histeris saat Masa Golden Tim 72 Jam Berakhir

Kamis, 02 Oktober 2025 - 13:15 | 7.36k
Keluarga santri Ponpes Al khoziny tak kuasa menahan sedih saat masa Golden Tim 72 Jam akan Berakhir (Foto: Rudi/TIMES Indonesia)
Keluarga santri Ponpes Al khoziny tak kuasa menahan sedih saat masa Golden Tim 72 Jam akan Berakhir (Foto: Rudi/TIMES Indonesia)
FOKUS

Tragedi Al Khoziny

TIMESINDONESIA, SIDOARJO – Suasana haru menyelimuti halaman Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Kamis (2/10/2025) siang. Terik matahari tak mampu menahan air mata puluhan orang tua dan wali santri Ponpes Al Khoziny Sidoarjo yang masih menanti kepastian nasib anak mereka. Sebagian duduk berdesakan, ada yang berdiri dengan tatapan kosong, bahkan beberapa sampai pingsan.

Tangis pecah setelah Tim SAR gabungan akan mengumumkan hasil asesmen terakhir pencarian korban. Menjelang berakhirnya masa golden time 72 jam berakhir 16.00 WIB.

Advertisement

Jika keputusan evakuasi menggunakan alat berat, Bagi keluarga korban, keputusan ini menjadi pertanda tipisnya harapan menemukan anak mereka dalam keadaan selamat.

“Saya sudah pasrah, hanya bisa berdoa. Semoga kalaupun ditemukan, anak saya bisa dipulangkan dengan baik,” ujar seorang wali santri lirih.

Lima unit alat berat yang sudah disiapkan di sekitar lokasi dipastikan akan mulai dioperasikan untuk mempercepat proses evakuasi. 

Tim SAR menilai langkah ini harus ditempuh karena kondisi bangunan kian rawan runtuh, sementara peluang korban selamat semakin kecil.

“Dengan pertimbangan waktu dan situasi di lapangan, diputuskan penggunaan alat berat untuk percepatan evakuasi,” kata Tim SAR.

Data yang diterima TIMES Indonesia, hingga Kamis sore, tercatat 108 orang menjadi korban dalam tragedi runtuhnya bangunan ponpes. Sebanyak 18 orang berhasil dievakuasi, lima di antaranya meninggal dunia, sementara lebih dari 80 orang selamat dengan usaha sendiri. Namun, data pondok masih mencatat sekitar 59 santri belum ditemukan di bawah reruntuhan.

Di tengah duka yang mendalam, secercah harapan masih bertahan. Beberapa orang tua santri tetap percaya akan adanya mukjizat bagi anaknya. 

“Kalau memang anak saya sudah dipanggil Allah, saya ikhlas. Tapi kalau masih diberi kesempatan hidup, saya mohon diberi keajaiban,” ucap seorang ibu sembari meneteskan air mata.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES