Kisah Khoirun Nisa, Anak Sopir Truk yang Menjadi Wisudawan Terbaik STIE Malangkucecwara

TIMESINDONESIA, MALANG – Khoirun Nisa, mahasiswi jurusan akuntansi STIE Malangkucecwara, berhasil menjadi wisudawan terbaik dengan IPK 3,987. Di balik prestasinya, tersimpan kisah perjuangan anak sopir truk dari pelosok Ngantang yang pantang menyerah mengejar pendidikan tinggi.
Nisa, sapaan akrabnya, bukan berasal dari keluarga berada. Ia tumbuh di Desa Selobrojo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang sopir truk pasir, ibunya buruh tani, sementara kakaknya juga bekerja sebagai sopir truk.
Advertisement
“Orang tua saya SD tapi tidak tamat, kakak saya lulusan SMK. Jadi saya yang pertama di keluarga yang bisa kuliah,” katanya dengan mata berbinar, Selasa (14/10/2025).
Perjalanan Nisa menuju dunia kampus tidak mulus. Ia sempat diterima di salah satu perguruan tinggi negeri melalui jalur SNMPTN, namun gagal mendaftar ulang karena terlambat. Dia akhirnya di black list. Tak putus asa, Nisa pun berniat untuk kuliah di kampus swasta.
"Terus habis itu saya cari sekolah terbaik ekonomi di Malang. Karena belum pernah jauh sama orang tua. Ketemu STIE Malangkucecwara," terangnya.
Karena keterbatasan ekonomi, Nisa pun berupaya untuk mencari beasiswa untuk biaya kuliahnya. Berkat kerja kerasnya, setelah resmi menjadi mahasiswa STIE Malangkucecwara, dia juga berhasil lolos dalam seleksi beasiswa Unggulan tahun 2021.
“Alhamdulillah, dari situ jalan saya kuliah terbuka,” ujarnya.
Meski berasal dari jurusan IPA di SMA, Nisa mengaku telah lama tertarik dengan dunia akuntansi. “Saya pernah ikut les akuntansi sama guru SMA. Dari situ saya merasa cocok. Akhirnya saya cari sekolah ekonomi terbaik di Malang, dan ketemu ABM,” tuturnya.
Ketertarikan itu pula yang membawanya sukses dalam dunia akademik maupun non akademik. Dia bukan hanya rajin belajar, tapi juga gemar berbagi ilmu kepada teman-temanya.
“Saya suka ngajarin teman-teman. Justru dengan menjelaskan ke orang lain, saya jadi lebih ingat dan paham,” ungkapnya.
Kesibukan kuliah tak membuat Nisa berhenti berkarya. Sejak semester dua, dia sudah mengajar secara online. “Awalnya gratis, tapi banyak yang minat. Akhirnya saya buat les berbayar dengan harga terjangkau. Lumayan banyak yang daftar,” katanya.
Selain itu, ia juga bergabung di lembaga bimbingan belajar di Malang, mengajar siswa SD hingga SMA. Di semester akhir, Nisa mulai terjun membantu dosen dalam proyek audit puskesmas.
“Dari situ saya dikenalkan dengan relasi-relasi di kantor akuntan publik dan kantor jasa akuntan. Jadi sambil kuliah saya juga belajar kerja profesional,” jelasnya.
Bagi Nisa, kuliah bukan sekadar mengejar gelar, tapi upaya untuk mengubah nasib keluarga dan menjadi inspirasi di desanya. “Di desa saya, anak yang kuliah itu jarang sekali. Saya ingin menunjukkan bahwa pendidikan bisa membuka pikiran dan mengubah hidup,” katanya.
Kini, keberhasilannya menjadi wisudawan terbaik STIE Malangkucecwara menjadi kebanggaan besar bagi keluarga dan masyarakat sekitar. “Orang tua saya yang dulu tidak terlalu paham soal pentingnya kuliah, sekarang malah sering cerita ke tetangga soal pendidikan,” ujarnya tersenyum.
Berbekal dari pengalamannya, Nisa pun memberikan pesan kepada remaja dari kalangan kurang mampu, untuk tidak takut untuk menempuh pendidikan tinggi seperti dirinya.
“Jangan takut kuliah hanya karena masalah biaya. Banyak beasiswa yang bisa dicoba. Yang penting, punya niat dan tahu tujuan awalnya berkuliah. Nanti rezeki dan jalan itu akan mengikuti,” pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |