Peristiwa Daerah

Rencana Jalan Tembus Candi Panggung Belum Jalan, Tertahan Akibat Penolakan Warga

Rabu, 15 Oktober 2025 - 19:38 | 1.39k
Lokasi lahan yang bakal dijadikan jalan tembusan. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Lokasi lahan yang bakal dijadikan jalan tembusan. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Rencana pembangunan jalan tembus di kawasan RW 9 Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, hingga kini belum juga terlaksana. Proyek yang dirancang menghubungkan Jalan Simpang Candi Panggung menuju kawasan Jalan Soekarno-Hatta itu terhambat karena sebagian warga Perumahan Griya Santa menyatakan penolakan.

Jalan tembus tersebut direncanakan membentang dari RW 9 hingga RW 12 Mojolangu. Namun, penolakan datang dari warga RW 12 yang merupakan bagian dari kompleks perumahan Griya Santa. Mereka beralasan, pembukaan akses baru itu dikhawatirkan mengganggu kenyamanan serta keamanan lingkungan.

Advertisement

Sementara itu, warga RW 9 menilai jalan tersebut sangat dibutuhkan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di Simpang Candi Panggung, terutama pada jam sibuk pagi dan sore hari.

“Kalau jalan tembus ini jadi, kendaraan bisa langsung menuju Jalan Soekarno-Hatta tanpa harus memutar lewat Candi Panggung. Bisa jadi solusi kemacetan,” ujar Juniadi (60), warga RW 9, Rabu (15/1/2025).

Dari pantauan di lapangan, sebagian lahan calon jalan sudah dibersihkan dan dipasangi pembatas sepanjang sekitar 500 meter, dengan rencana lebar jalan sekitar 10 meter. Namun, pembangunan belum dapat dilanjutkan lantaran tembok pembatas perumahan masih berdiri.

“Setiap pagi dan sore macetnya parah di Simpang Candi Panggung. Kalau akses ini dibuka, pasti bisa mengurai kepadatan,” tambah Juniadi.

Ia menyebutkan, kemacetan di kawasan tersebut meningkat dalam enam tahun terakhir seiring bertambahnya jumlah mahasiswa dan pengguna jalan dari luar daerah.

“Sejak Jembatan Tunggulmas dibuka, kendaraan makin banyak dan menumpuk di Simpang Lima Tunggulwulung,” ujarnya.

Kondisi serupa juga dirasakan Ahmad Taufik (29), warga Kecamatan Sukun yang setiap hari melintas di jalur itu.

“Hampir tiap hari macet. Kalau ada jalan alternatif baru, pasti bisa bantu mengurai lalu lintas. Sekarang ini jalur alternatif masih terbatas,” ungkapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES