Peristiwa Daerah

Bromo Sunset Music and Culture Probolinggo, Surga Dunia Wisata Indonesia

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 17:48 | 3.46k
Suasana kemeriahan Bromo Sunset Music and Culture
Suasana kemeriahan Bromo Sunset Music and Culture "Seven Lakes" di Amphitheater Jembatan Kaca Seruni Point Bromo, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Sabtu (18/10/2025). (FOTO: Hainor Rahman/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Ajang Bromo Sunset Music and Culture tahun ini membawa semangat baru dalam promosi pariwisata di Kabupaten Probolinggo. Mengusung konsep “Seven Lakes”, kegiatan ini menegaskan kekayaan alam dan budaya daerah yang disebut miniatur Jawa Timur.

Gus Haris, Penggagas Bromo Sunset Music and Culture, yang juga sebagai Bupati Probolinggo menjelaskan bahwa ide “Seven Lakes” lahir dari potensi alam luar biasa yang dimiliki Kabupaten Probolinggo.

Advertisement

Ia menyebut, wilayah ini bukan hanya dikenal dengan Gunung Bromo, melainkan juga deretan pesona lain yang tak kalah menakjubkan.

“Probolinggo itu bukan hanya Bromo. Ada Argopuro, ada Madakaripura, dan masih banyak lagi. Kita punya pulau Gili, tanah yang subur, bukit, sungai, hingga danau. Semuanya ada di Probolinggo, sehingga pantas disebut surga dunia wisata di Indonesia,” ujar Gus Haris di Amphitheater Jembatan Kaca Seruni Point Bromo, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Sabtu (18/10/2025).

Menurutnya, konsep 3B "Bromo, Bentar, dan Bremi" menjadi simbol kekayaan wisata alam Probolinggo. Ketiganya mewakili panorama gunung, pantai, dan perbukitan yang berpadu dalam satu wilayah.

Ia menyebut bahwa kawasan ini juga memiliki sungai terbaik Ragting, kebun teh, dan sumber air panas yang potensial untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata unggulan.

Bromo-Sunset-Music-and-Culture-2.jpg

Lebih lanjut, Gus Haris menuturkan bahwa “Seven Lakes” terinspirasi dari keberadaan tujuh danau di Kecamatan Tiris, yang selama ini menjadi surga tersembunyi bagi para pecinta alam. Ketujuh danau itu memiliki karakter unik dan keindahan berbeda-beda.

“Ada Danau Segaran, Danau Merah yang sewaktu-waktu berubah warna, Danau Argo untuk para pemancing, Ranu Agung, hingga Ranu Katak. Semuanya ada di satu kecamatan. Ini alasan utama kita mengusung konsep Seven Lakes,” ungkapnya.

Ia menambahkan, angka tujuh memiliki makna filosofis mendalam menggambarkan tujuh hari, tujuh lapisan langit, serta momentum 7 November yang menjadi hari pembukaan kegiatan Bromo Sunset Music and Culture tahun ini.

“Konsep ini bukan hanya soal wisata alam, tapi juga tentang perpaduan culture tourism dan nature tourism,” ujarnya.

Dalam pengembangannya, kegiatan ini juga didukung penuh oleh Bank Indonesia (BI) yang ikut mendorong sektor ekonomi kreatif dan UMKM melalui pariwisata berkelanjutan.

Bromo-Sunset-Music-and-Culture-3.jpg

Ke depan, ia menyebut akan ada pengembangan wisata lain yang tak kalah menarik, mulai dari tujuh air terjun hingga tujuh pantai yang akan diperkenalkan ke publik nasional dan internasional. Kecamatan Tiris dan Krucil akan menjadi kawasan prioritas pengembangan dengan konsep wisata berbasis alam dan budaya.

“Ekonomi dan UMKM harus bergerak bersama wisata. Wisatawan nantinya bisa tinggal di Tiris dan Krucil, menikmati keindahan alam sekaligus produk lokal masyarakat,” jelasnya.

Sebagai puncak acara, Bromo Sunset Music and Culture juga akan menghadirkan Grand Fashion Show di atas danau, yang menjadi simbol harmoni antara seni, budaya, dan alam.

“Bayangkan, panggung fashion di atas permukaan danau. Seperti apa? Silakan hadir dan rasakan sendiri,” tutup Gus Haris dengan senyum optimis. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES