Peristiwa Daerah

Bentangan Merah Putih di Sungai Ciwulan Tasikmalaya Warnai Festival Tasik Baseuh ke-9

Minggu, 09 November 2025 - 22:09 | 920
Sejumlah pegiat arus deras saat membentangkan bendera Merah Putih usai pengarungan bersama di Sungai Ciwulan pada Event Tasik Baseuh Enjoy #9, Minggu (9/11/2025) sore (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Sejumlah pegiat arus deras saat membentangkan bendera Merah Putih usai pengarungan bersama di Sungai Ciwulan pada Event Tasik Baseuh Enjoy #9, Minggu (9/11/2025) sore (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Aliran Sungai Ciwulan yang membelah Kota Tasikmalaya dari kaki Gunung Cikuray hingga bermuara di pesisir selatan, kembali menjadi pusat perhatian. 

Menjelang Peringatan Hari Pahlawan 10 November, ratusan pegiat olahraga arus deras, komunitas lingkungan, hingga warga lintas generasi, berkumpul dalam pembentangan bendera Merah Putih berukuran besar di sepanjang tepian Sungai Ciwulan sebagai bagian dari Festival Sungai Tasik Baseuh Enjoy (TBE) ke-9. pada Minggu (9/11/2025) sore.

Advertisement

Bukan hanya dari Tasikmalaya, para peserta datang dari berbagai kota di Indonesia. Bahkan, seorang warga negara Inggris turut ambil bagian dalam kegiatan yang selama hampir satu dekade dikenal sebagai ruang kolaborasi antara olahraga air, budaya, edukasi lingkungan, solidaritas sosial, dan gerakan merawat sungai.

Ketua Pelaksana Festival Sungai Tasik Baseuh Enjoy #9 Asep Maksum atau yang akrab disapa Chopet, menegaskan bahwa Tasik Baseuh lebih dari sekadar kegiatan rekreasi air.

Festival-Tasik-Baseuh-2.jpgSeorang peserta saat berfoto pada pengarungan bersama di Sungai Ciwulan pada Event Tasik Baseuh Enjoy #9, Minggu (9/11/2025) sore (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

“Pembentangan bendera ini bukan hanya simbolik. Ini cara kita mengingatkan diri bahwa perjuangan tidak berhenti pada masa lalu. Sungai Ciwulan adalah bagian dari hidup kita. Maka, menjaga sungai adalah bentuk kepahlawanan hari ini,” ujar Chopet.

Menurutnya, hubungan emosional masyarakat dan sungai di banyak kota telah terputus oleh modernisasi, pembangunan tak berkelanjutan, serta minimnya pemahaman lingkungan. Melalui festival ini, warga diajak kembali menyentuh air, merasakan arus, memahami alirannya, dan melihat sungai sebagai sumber kehidupan, bukan sekadar bentang alam.

Rangkaian Kegiatan TBE #9

Festival Tasik Baseuh tahun ini berlangsung pada 7–9 November 2025, yang sekaligus menjadi bagian dari rangkaian Hari Jadi Kota Tasikmalaya ke-24.

Kegiatan dipusatkan di Kampung Salapan, Kelurahan Urug, Kecamatan Kawalu, sebuah wilayah yang telah menjadi ruang berkumpulnya komunitas peduli sungai.

Dalam rangkaian kegiatannya TBE #9 ini meliputi Fun Rafting, Kayaking, dan Riverboarding, Pelatihan Teknik Olahraga Arus Deras serta Pasar Rakyat UMKM dan Produk Lokal sekaligus gelaran Jambore Kayak Indonesia, sebagai ajang temu dan berbagi pengalaman antar pegiat olahraga sungai dari berbagai daerah.

Festival ini juga menghadirkan tokoh nasional olahraga petualangan alam, seperti Lody Korua dan Made Brown, yang selama ini aktif dalam pendampingan ekspedisi dan pelatihan keselamatan arus deras di berbagai sungai Indonesia.

Panggilan untuk Kesadaran

Sementara itu Presiden Republik Aer Tasikmalaya, Harniwan Obech, menyampaikan bahwa pembentangan bendera ini merupakan panggilan hati untuk menyadarkan kembali identitas masyarakat.

Festival-Tasik-Baseuh-3.jpgPeserta Jambore Kayak Indonesia berfoto bersama usai pengarungan bersama di Sungai Ciwulan pada Event Tasik Baseuh Enjoy #9, Minggu (9/11/2025) sore (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

“Warga kota kadang lupa bahwa kita dibesarkan oleh alam yang sama, tanah yang sama, air yang sama. Sungai Ciwulan mengalir di setiap kisah hidup orang Tasikmalaya. Kalau kita tidak menjaganya, kita kehilangan bagian dari diri kita sendiri,” tegasnya.

Sungai Ciwulan memiliki rekam sejarah panjang dalam perkembangan peradaban Tasikmalaya.

Sebagai penyangga ruang hidup, sungai ini mengairi sawah dan kebun yang menghasilkan bahan pangan dan sebagai jalur interaksi antar kampung, sungai dulu menjadi tempat pertemuan, aktivitas masyarakat, dan pertukaran pengetahuan.

Selain tu juga menjadi ruang ekonomi, dimana Sungai Ciwulan mendukung usaha ikan air tawar, kerajinan bambu, hingga wisata air.

Namun dalam dekade terakhir, Sungai Ciwulan menghadapi ancaman serius. Lembaga riset lingkungan ECOTON mencatat meningkatnya pencemaran mikroplastik dalam air, sedimen, bahkan organisme sungai. 

Limbah rumah tangga, kebiasaan konsumsi air kemasan, dan minimnya edukasi pengelolaan sampah menjadi faktor utamanya semakin rusaknya habitat sungai Ciwulan.

“Pembentangan bendera ini bukan seremoni. Ini manifesto perlawanan lingkunganmelawan pencemaran, melawan kelalaian, dan melawan lupa akan jati diri."ungkapnya.

Momentum menjelang Hari Pahlawan ini menurutnya mengingatkan bahwa perjuangan tidak selalu berupa perang atau pertempuran. Hari ini, perjuangan adalah menjaga keberlanjutan kehidupan dan sungai adalah nadi dari kehidupan tersebut.

"Tadi saya sempat berbincang dengan Pak Lody Korua bahwa  Festival Tasik Baseuh ke-9 akan menjadi bukti bahwa gerakan ekologis dapat dilakukan dengan penuh kegembiraan, kebersamaan, dan kreativitas sosial."pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES