Peristiwa Internasional

Gen Z Nepal Torehkan Sejarah dengan Darah

Rabu, 10 September 2025 - 13:33 | 6.98k
Asap membumbung tinggi setelah Gen Z membakar gedung parlemen Nepal. (Foto: Hindustan Times)
Asap membumbung tinggi setelah Gen Z membakar gedung parlemen Nepal. (Foto: Hindustan Times)

TIMESINDONESIA, NEPAL – Demonstrasi besar-besaran dijalankan warga Nepal setelah pemerintah setempat melarang penggunaan media sosial. Protes ini sebagian besar diikuti warga dengan usia belasan hingga 28 tahun ataul ebih dikenal dengan sebutan Gen Z.

Diketahui, pemerintah Nepal mengeluarkan larangan penggunaan platform media sosial termasuk Facebook, X, YouTube, WhatsApp, dan Instagram (4/9/2025). Langkah tersebut diambil untuk menjaga tata kelola dan melawan disinformasi, namun publik menilai langkah itu sebagai dalih untuk menutup kritik.

Advertisement

TikTok dan Viber menjadi pengecualian karena sudah terdaftar di negara tersebut. Tetapi bagi Gen Z, kebijakan tersebut hanyalah simbol dari pengekangan kebebasan berpendapat yang sudah terlalu lama mereka alami.

Dari titik inilah api perlawanan menyala. Ribuan pelajar dan anak muda turun ke jalan, menuntut lebih dari sekadar kebebasan digital. Mereka menuntut transparansi, penghapusan korupsi, dan keadilan sosial.

Langit Nepal Membara

Demonstrasi berkembang menjadi gelombang revolusi moral yang mengguncang ibu kota Kathmandu hingga ke berbagai kota lain. Gedung parlemen dikepung, kantor partai dan rumah pejabat dibakar, dan protes bergulir menjadi simbol perlawanan terhadap rezim lama.

Aparat merespons dengan kekerasan brutal, menembakkan gas air mata, peluru karet, hingga peluru tajam ke arah massa. Dalam bentrokan itu, setidaknya 19 orang tewas dan puluhan lainnya terluka.

Tragedi Berdarah saat Rumah Politisi Menjadi Sasaran

Tragedi berdarah tersebut memaksa pemerintah mengambil langkah mundur. Pelarangan media sosial akhirnya dicabut dan akses ke platform digital dipulihkan. Bahkan, Perdana Menteri K.P. Sharma Oli akhirnya mengundurkan diri.

Selama masa jabatannya Sharma menuai banyak kritikan akibat maraknya korupsi dan lemahnya kepemimpinan. Meski demikian, demonstrasi tidak berhenti. Gen Z menuntut pengunduran diri massal para pejabat, pembentukan pemerintahan baru, serta penyelidikan penuh atas kekerasan aparat yang menelan korban.

Kemarahan merambah ke rumah-rumah politisi senior Nepal yang sudah lengser sebelumnya. Dilansir dari Times of India Sher Bahadur Deuba (mantan Perdana Menteri) dan istrinya, Arzu Rana Deuba (Menteri Luar Negeri) ditarik keluar dari rumah dan dipukuli oleh massa.

Sementara itu Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Keuangan, Bishnu Prasad Paudel, dikejar, dipukuli dan dilucuti pakainnya oleh para pengunjuk rasa hingga harus menyelamatkan diri ke tengah sungai. Bahkan, Istri mantan Pendana Menteri PM Jhalanath Khanal bahkan kehilangan nyawa terpanggang api saat rumah mereka dibakar demonstran. 

Musikus Turun Jalan 

Di tengah gejolak, muncul sosok Balen Shah, Wali Kota Kathmandu yang dulunya seorang rapper dan kini menjelma tokoh politik independen. Ia menjadi simbol baru yang dielu-elukan generasi muda sebagai harapan masa depan.

Tagar Balen for PM merebak di media sosial setelah akses dipulihkan, mencerminkan harapan besar rakyat terhadapnya. Dalam pernyataannya, Shah menyerukan agar demonstrasi tetap damai, sambil mengingatkan bahwa kini giliran generasi muda memimpin negeri.

Ketika darah mengalir di jalan-jalan Kathmandu dan kota-kota lain, Nepal menyaksikan lahirnya babak baru dalam sejarahnya. Gen Z bukan sekadar generasi yang tumbuh dengan media sosial, melainkan gelombang perubahan yang menolak dibungkam.

Perlawanan Gen Z tersebut menyingkap luka lama akibat korupsi, pengekangan, dan pemerintahan yang lalai. Mereka berharap perlawanan yang mereka tabuh akan melahirkan tekad untuk menyalakan fajar baru yang lebih adil, transparan, dan bebas. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khodijah Siti
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES