Peristiwa Internasional

Setelah Qatar, Ada Kabar Mesir Terancam Diserang Israel

Sabtu, 13 September 2025 - 09:38 | 8.52k
Tentara terlihat selama latihan gabungan Mesir-AS (Bright Star 2025) di pangkalan militer Mohamed Naguib, 3 September 2025 lalu. (FOTO :Middle East Eye)
Tentara terlihat selama latihan gabungan Mesir-AS (Bright Star 2025) di pangkalan militer Mohamed Naguib, 3 September 2025 lalu. (FOTO :Middle East Eye)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Setelah menyerang Hamas di Qatar, terbesit kabar, Israel juga berencana menyerang Hamas di Kairo, karena itu Mesir memutus hubungan keamanan dengan negara zionis itu.

Media Yediot Ahronot melansir, Mesir telah memperingatkan, jika Israel menyerang wilayah Mesir, itu sama dengan "deklarasi perang".

Advertisement

Media milik Saudi, Al Arabiya juga  melaporkan, Mesir telah memutuskan mengurangi koordinasi keamanan dengan Israel "hingga pemberitahuan lebih lanjut" sebagai tanggapan atas serangan Qatar.

Sumber yang dikutip oleh jaringan tersebut menyebutkan Mesir sedang melakukan "reorganisasi" komunikasi keamanannya dengan Israel.

Pada saat yang sama, media Middle East Eye (MEE) yang berkantor pusat di London melaporkan bahwa Mesir mendapatkan kabar, bahwa Israel berencana menargetkan para pemimpin Hamas di Kairo, Mesir. 

"Mesir telah memperingatkan Israel bahwa setiap serangan ke wilayahnya akan ditanggapi dengan kekuatan," kata pejabat senior Mesir.

"Laporan intelijen menunjukkan bahwa Israel telah merencanakan pembunuhan terhadap para pemimpin Hamas di Kairo selama beberapa waktu, karena Mesir telah menggagalkan upaya sebelumnya selama negosiasi gencatan senjata di kota itu selama dua tahun terakhir," ujar seorang sumber keamanan tingkat tinggi seperti disampaikan kepada MEE.

Selasa lalu, sekitar 12 serangan udara menghantam bangunan tempat tinggal di ibu kota Qatar , Doha, sekitar pukul 4 sore waktu setempat (1 siang GMT), yang menargetkan pimpinan Hamas, sebuah serangan yang telah memicu kecaman di seluruh dunia.

Pernyataan pejabat senior Mesir kepada MEE itu muncul sebagai tanggapan atas ancaman ucapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyatakan Israel akan menargetkan Hamas di negara lain. 

Dalam pidato videonya setelah serangan Doha, Benjamin Netanyahu mengancam akan menargetkan Hamas dimana saja.

"Saya katakan kepada Qatar dan semua negara yang melindungi teroris, usir mereka atau bawa mereka ke pengadilan. Karena jika tidak, kami yang akan melakukannya," ujar Benjamin Netanyahu.

Benjamin Netanyahu membandingkan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 sama dengan serangan 11 September 2001 di AS. Karenanya Benjamin Netanyahu kemudian membingkai kampanye Israel melawan Hamas itu sebagai bagian dari perang global melawan terorisme.

"Kami melakukan persis apa yang dilakukan Amerika ketika memburu teroris al-Qaeda di Afghanistan dan ketika membunuh Osama bin Laden di Pakistan," ujar Benjamin Netanyahu.

Mesir Siap Membalas

"Setiap upaya pembunuhan terhadap para pemimpin Hamas di tanah Mesir akan dianggap oleh Mesir sebagai pelanggaran kedaulatannya dan oleh karena itu merupakan deklarasi perang oleh Israel, yang tidak akan ragu kami balas," kata sumber keamanan Mesir. 

Mesir  memperingatkan Israel, bahwa serangan semacam itu akan ditanggapi dengan kekuatan.

Meskipun tidak ada pemimpin Hamas yang diketahui secara resmi tinggal di Mesir, pejabat keamanan itu mengatakan beberapa diantaranya telah tinggal di sana selama bertahun-tahun, bahkan sebelum perang meletus.

Serangan yang menargetkan para pemimpin senior Hamas di Doha , yang untuk saat ini tampaknya telah gagal, memicu kemarahan Qatar dan menimbulkan pertanyaan bagi Mesir tentang perannya sebagai mediator dalam perundingan penyanderaan.

Pada Jumat malam, laporan mengatakan, bahwa Mesir yang menjadi mediator kunci selain Qatar sedang mengevaluasi kembali hubungannya dengan Israel.

Sementara itu, seorang sumber Hamas mengatakan bahwa Kairo sedang mempertimbangkan untuk menerima para pemimpin Hamas yang saat ini bermarkas di Doha setelah beberapa diantaranya menjadi sasaran serangan Israel.

Untuk saat ini, kata sumber tersebut, gagasan tersebut masih sebatas kemungkinan, bukan keputusan resmi.

Sumber itu menambahkan bahwa Mesir mungkin mempertimbangkan langkah tersebut hanya jika menerima jaminan dari AS, karena Mesir khawatir akan menampung sejumlah besar pemimpin Hamas yang terkait dengan Ikhwanul Muslimin.

Sumber tersebut juga mengatakan Mesir telah menyimpulkan bahwa pemerintah sayap kanan Israel "tidak menghormatinya", yang mendorong Mesir untuk memperkeras nadanya terhadap Israel.

Menurut sumber tersebut, Mesir, Turki, dan Arab Saudi sedang dalam pembicaraan mengenai langkah-langkah terkoordinasi dengan AS-Israel, dengan menegaskan bahwa tidak ada perbedaan antara Trump dan Smotrich. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES