Perundingan Dagang China-AS di Madrid Bahas TikTok dan Isu Tarif

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Tim perdagangan China dan China (AS) kembali menggelar putaran baru perundingan di Madrid, Spanyol, pada Minggu (14/9) hingga Senin (15/9/2025). Pertemuan ini menandai tahap yang lebih konkret dibandingkan putaran sebelumnya yang digelar di Swiss, Inggris, dan Swedia.
TikTok Jadi Sorotan
Isu TikTok menjadi salah satu topik utama. Wakil Menteri Perdagangan China Li Chenggang mengatakan kedua pihak mencapai konsensus kerangka dasar untuk menyelesaikan isu tersebut melalui kerja sama, termasuk mengurangi hambatan investasi dan memperkuat hubungan ekonomi.
Advertisement
“China menentang politisasi, instrumentalisasi, dan mempersenjatai isu teknologi dan perdagangan. Kami akan melindungi kepentingan nasional dan hak perusahaan China,” tegas Li dalam konferensi pers di Madrid.
Platform berbasis video pendek itu memang lama menjadi sasaran tekanan politik di AS. Mulai dari ancaman Donald Trump untuk memaksa penjualan pada masa jabatannya, hingga kebijakan “jual atau larang” dari pemerintahan Joe Biden.
Perundingan Intensif di Palacio de Santa Cruz
Perundingan berlangsung di Palacio de Santa Cruz, kantor Kementerian Luar Negeri Spanyol. Diskusi teknis dimulai Minggu sore hingga larut malam, kemudian dilanjutkan pada Senin pagi hingga sore hari.
Wakil Direktur Administrasi Dunia Maya China Wang Jingtao turut hadir dalam pertemuan, bersama juru bicara Kementerian Perdagangan China He Yadong.
Pandangan Akademisi dan Analis
Direktur Pusat Penelitian China di IE University, Spanyol, Felix Baldivieso, menyebutkan perundingan ini membawa sinyal positif.
“Dua perekonomian terbesar di dunia mampu bekerja sama ketika kepentingan global mengharuskannya,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Wakil Ketua Belt and Road Institute di Swedia, Hussein Askary, yang menilai kepercayaan bersama mulai meningkat setelah beberapa putaran negosiasi.
Ekonom senior UNCTAD Liang Guoyong menekankan pentingnya menjaga sistem perdagangan multilateral berbasis WTO. “Dalam menghadapi tantangan global, semua negara harus mendukung WTO sebagai inti sistem perdagangan internasional,” katanya.
Isu Tarif dan Dampak Global
Perundingan ini digelar di tengah meningkatnya tarif perdagangan AS terhadap sejumlah negara. Kebijakan tersebut dikhawatirkan melemahkan sistem perdagangan multilateral dan menurunkan kepercayaan bisnis.
Fabian Zuleeg, Kepala Ekonom di European Policy Centre, memperingatkan:
“Bahkan kemungkinan penerapan tarif sudah menimbulkan ketidakstabilan. Jika benar diberlakukan, dampaknya akan sangat serius secara global.”
Di luar Palacio de Santa Cruz, hampir seratus jurnalis meliput jalannya negosiasi. Warga dan wisatawan pun ikut menyaksikan. Seorang wisatawan asal AS mengeluhkan harga kopi yang naik dari 10 dolar menjadi 16 dolar per pon, sementara seorang profesional muda asal Brasil khawatir tarif AS terhadap daging sapi akan merugikan produsen di negaranya.
Harapan untuk Stabilitas Ekonomi Global
Para analis menilai tidak ada pihak yang menang dalam perang dagang. Sebaliknya, proteksionisme justru merugikan semua negara. Melalui dialog terbuka dan pengurangan hambatan, China dan AS diharapkan mampu menciptakan tatanan ekonomi global yang lebih stabil dan sejahtera.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |