Peristiwa Nasional

Merekam Panggung Harmoni Lintas Iman saat Milad Ke-72 Kang Said di Masjid Cheng Hoo Surabaya

Minggu, 27 Juli 2025 - 15:57 | 9.02k
Kang Said bersama tokoh lintas iman dalam syukuran Milad Ke-72 di Masjid Cheng Hoo, Surabaya. (Foto: Theofany/TI)
Kang Said bersama tokoh lintas iman dalam syukuran Milad Ke-72 di Masjid Cheng Hoo, Surabaya. (Foto: Theofany/TI)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Sabtu malam yang hangat, 26 Juli 2025, menjadi momen tak terlupakan di Masjid Cheng Hoo Surabaya, Jatim. Di bawah langit kota yang bersahabat, cahaya lentera menyatu dengan cahaya cinta dan keberagaman. 

Di sinilah ulang tahun (Milad) Ke-72 Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, akrab disapa Kang Said, dirayakan dalam suasana penuh semangat kebersamaan, toleransi, dan harmoni lintas iman.

Advertisement

Langkah pertama memasuki halaman masjid terasa seperti menapak panggung peradaban. Barongsai berwarna merah emas menari lincah menyambut tamu undangan. Mereka membelah riuh sorak anak-anak kecil dan tawa keluarga. 

Tak lama berselang, lantunan shalawat nan syahdu menggema dari tim Polda Jawa Timur, menambah khidmat suasana. Ada pula tari tradisional Jawa, tari Tiongkok, hingga lagi-lagu nasional. Beragam dunia, budaya,  bentuk penghormatan tersaji. Semua menyatu dalam pangkuan semangat Indonesia. Semangat Kang Said.

Kang Said adalah tokoh Nusantara yang sangat disegani. Ia adalah mantan ketum PBNU dua periode yang sangat dikenal dengan Islam Nusantara.

Acara ini bukan hanya perayaan ulang tahun seorang tokoh. Ia menjadi simbol kuat bagaimana nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin dipraktikkan secara nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Sebuah panggung yang mempertemukan tokoh-tokoh dari berbagai latar belakang: Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu, hingga penganut kepercayaan. Tidak hanya hadir, mereka semua turut mengucapkan selamat ulang tahun dengan penuh rasa hormat dan persaudaraan.

Tampak sosok Alim Markus, tokoh Tionghoa sekaligus pemilik Maspion Grup, berdiri penuh semangat di podium. “Saya telah 20 tahun bersahabat dengan beliau,” ucapnya dengan suara yang tegas namun sarat emosi.

“Beliau bukan hanya ulama, tapi pemimpin Nusantara. Saya sangat hormat dan mencintai beliau sebagai teman baik,” tambahnya. 

Kalimat sederhana. Namun menggambarkan dalamnya persahabatan lintas etnis dan keyakinan antara dua sosok pemimpin bangsa.

Gema tepuk tangan menggema. Wajah-wajah yang hadir tampak berseri. Tidak sedikit yang terharu. Dalam atmosfer malam yang bersahaja, hadirin seakan menyaksikan wujud nyata Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, juga memberikan testimoni penuh makna. “Kang Said bukan hanya tokoh nasional. Beliau adalah tokoh internasional dengan keilmuan yang paripurna. Pemikiran-pemikiran beliau selalu melampaui zamannya,” ungkap Emil.

Menurut Emil, filsafat keilmuan yang dimiliki Kang Said menjadi sumbu pencerahan dan kebijaksanaan. “Beliau adalah aset bangsa yang harus terus kita jaga, kita teladani,” tambah Emil, disambut anggukan hadirin.

Suasana semakin hangat ketika penyampaian cendera mata dan doa bersama dilakukan oleh tokoh lintas agama. Masing-masing menyampaikan doa dengan cara dan keyakinannya, namun dalam satu niat: mendoakan panjang umur, kesehatan, dan keberkahan untuk Kang Said. 

Tak ada sekat, tak ada pembeda. Semua menjadi satu dalam langit spiritualitas yang sama.

Dari sisi panggung, senyuman Kang Said tampak tulus dan hangat. Dalam usia 72 tahun, ia tetap tampil karismatik dan sederhana. Bagi banyak orang, Kang Said bukan sekadar ulama. Ia adalah guru bangsa yang menebarkan nilai-nilai toleransi, keberagaman, dan semangat persatuan.

Malam itu, Masjid Cheng Hoo bukan sekadar bangunan ibadah. Ia menjelma menjadi rumah besar Indonesia, tempat segala anak bangsa berkumpul, berdialog, dan saling menguatkan. Dari tarian barongsai hingga lantunan shalawat, dari pidato lintas agama hingga doa bersama, semuanya menjadi lembaran-lembaran sejarah yang mencatat betapa pentingnya menjaga toleransi dalam kehidupan bernegara.

Ada pula dialog bertema “Global Collaboration in Technology Education”. Dialog ini digelar okeh Yayasan Said Aqil Siroj Center (SASC). Tampak Dr. Arief Fahrudin; (ketua Umum Yayasan SAS Center), Dr. Sony H. Haribowo (ketua Dewan Pakar SAS Center),  dan Prof. KH. Said Aqil Siroj.  

Dalam kesempatan ini SAS Center juga meluncurkan Digital Library untuk menambah khazanah keilmuan dan keislaman.

Milad ke-72 Kang Said ini menjadi bukti bahwa Indonesia masih memiliki harapan. Harapan yang terwujud dalam wajah-wajah penuh cinta, dalam pelukan lintas agama, dan dalam suara doa yang melangit bersama.

Dalam zaman yang sering terpolarisasi oleh perbedaan, Kang Said menunjukkan bahwa cinta dan ilmu adalah jembatan penghubung. Milad ini bukan sekadar ulang tahun. Perayaan ini merupakan ungkapan atas nilai-nilai luhur yang terus Kang Said gaungkan. Yakni, nilai yang menjadikan Indonesia rumah bersama bagi semua. (*)

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rifky Rezfany

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES