Peristiwa Nasional

Perpustakaan Nasional RI: Simbol Literasi, Inklusif, dan Siap Hadapi Era Digital

Minggu, 24 Agustus 2025 - 10:35 | 7.11k
Sejumlah pengunjung membaca buku di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Sejumlah pengunjung membaca buku di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

TIMESINDONESIA, JAKARTAPerpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) bukan sekadar tempat menyimpan buku, tetapi juga ikon literasi bangsa.

Gedung megah yang berdiri di Jalan Medan Merdeka Selatan No. 11, Jakarta Pusat ini diresmikan pada 17 Mei 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Daoed Joesoef. Sejak itu, Perpusnas terus berkembang, menghadirkan layanan yang makin modern sekaligus inklusif.

Advertisement

Perpustakaan Tertinggi di Dunia

Dengan ketinggian 126,3 meter, terdiri dari 24 lantai ditambah tiga lantai basement, Perpusnas tercatat sebagai perpustakaan tertinggi di dunia. Dari lantai atas, pengunjung bisa menikmati pemandangan ibu kota, sekaligus merasakan atmosfer pusat literasi terbesar di Indonesia.

Menyimpan Naskah Berharga Dunia

Perpusnas juga menjadi rumah bagi sejumlah naskah kuno yang diakui UNESCO sebagai warisan dunia. Beberapa di antaranya adalah I La Galigo, Babad Diponegoro, hingga Negarakertagama. Koleksi ini menegaskan bahwa perpustakaan bukan hanya tentang membaca, tetapi juga menjaga warisan peradaban bangsa.

Panggung Seni dan Budaya

Selain menjadi tempat membaca, Perpusnas juga aktif menghadirkan kegiatan seni dan budaya. Gedung auditorium kerap dipakai untuk pameran maupun pertunjukan. Salah satunya adalah pementasan teater Lima Fragmen Perang Djawa karya Stage of Wawan Sofwan, yang digelar dalam rangka memperingati 200 tahun Perang Jawa.

Ramah untuk Semua Kalangan

Inklusivitas juga menjadi perhatian utama. Lantai 7 Perpusnas secara khusus diperuntukkan bagi lansia dan penyandang disabilitas. Ribuan koleksi buku braille, ratusan audiobook, hingga layanan petugas yang fasih bahasa isyarat menjadi bukti nyata bahwa literasi adalah hak semua orang. Perpusnas bahkan menyiapkan program untuk mencegah penurunan fungsi kognitif bagi pengunjung lanjut usia.

Bertransformasi di Era Digital

Di era kecerdasan buatan (AI), Perpusnas juga terus berbenah. Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, menegaskan pentingnya transformasi menuju layanan digital, bukan sekadar mendigitalisasi buku.

“Seluruh layanan perpustakaan harus berbasis digital, sejalan dengan pola pikir baru yang berorientasi pada layanan modern. Kita tidak boleh tertinggal oleh perkembangan teknologi,” ujarnya dalam Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) ke-16 di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Meski demikian, Aminudin mengingatkan bahwa di balik teknologi, ada tanggung jawab besar untuk menjaga warisan budaya, meningkatkan kapasitas manusia, dan melayani masyarakat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES