Peristiwa Nasional

Pemerintah Akselerasi PLTS untuk Capai Swasembada Energi Nasional

Kamis, 06 November 2025 - 23:52 | 270
Tenaga Ahli Menteri ESDM Satya Hangga Yudha Widya Putra menjadi keynote speech dalam acara
Tenaga Ahli Menteri ESDM Satya Hangga Yudha Widya Putra menjadi keynote speech dalam acara "Solar & Storage Live Indonesia 2025" di Tangerang, Banten, Kamis (6/11/2025). (Foto: Dokumentasi pribadi)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pemerintah mengoptimalkan pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dalam rangka mewujudkan target swasembada energi sesuai pilar kedua Astacita.

Tenaga Ahli Menteri ESDM Satya Hangga Yudha Widya Putra, mengatakan sektor energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia memasuki babak baru dengan target besar dan fokus pada PLTS berkapasitas 100 GW.

Advertisement

"Target kita sudah clear. Pemerintah mendukung PLTS ini sebagai sumber energi yang harus dioptimalkan dan dikembangkan sekarang dan ke depannya," jelasnya saat menjadi keynote speech dalam acara "Solar & Storage Live Indonesia 2025" di Tangerang, Banten, Kamis (6/11/2025).

Hangga, panggilannya, menjelaskan harga listrik PLTS semakin kompetitif dari waktu ke waktu.

Hal ini didorong oleh perkembangan teknologi, meningkatnya kesadaran global, serta banyaknya investor dan teknologi yang tersedia.

Menurut dia, kendaraan listrik juga menjadi salah satu momentum karena PLTS bisa digunakan untuk mengisi daya listriknya.

Secara keseluruhan, Indonesia memiliki potensi pemanfaatan EBT yang besar, yakni mencapai 3.687 GW, yang mayoritas atau 3.294 GW berasal dari energi surya.

"Dibandingkan dengan kapasitas PLTS terpasang saat ini yang masih sekitar 916 MW, potensi ini wajib dioptimalkan, terutama dengan harga battery energy storage system (BESS) yang semakin kompetitif," sebut Hangga.

Sebagai contoh, program dedieselisasi atau konversi PLTD ke EBT dan penggunaan PLTS atap untuk skala rumah tangga sekitar 10-20 kW, dapat terus digencarkan.

Hangga juga menekankan bahwa kebijakan PLTS harus sinkron dengan kondisi lapangan khususnya dari segi iklim, cuaca, lahan, dan regulasi.

Regulasi PLTS atap yang sudah lama perlu dikaji ulang, apakah masih relevan atau butuh dimodifikasi, baik itu melalui peraturan menteri, peraturan presiden, maupun peraturan pemerintah.

Hangga juga mengatakan tantangan pengembangan PLTS meliputi investasi awal yang masih tinggi (capital expenditure), dan masalah intermitensi atau ketidakpastian suplai listrik karena tergantung cuaca.

"Program konversi PLTD menjadi PLTS di daerah 3T juga harus diiringi dengan penguatan infrastruktur baik on-grid maupun off-grid, dan sistem penyimpanan daya yang memadai," katanya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES