Soeharto Layak Pahlawan Nasional, Gus Aan: Tak Ada Pemimpin yang Sempurna
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Presiden ke-2 Republik Indonesia, Jenderal Besar Soeharto, dinilai layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Penilaian itu disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Bustanul Arifin Genggong, Probolinggo, Jatim, KH Ahmad Syamsul Askandar (Gus Aan). Menurutnya, jasa Soeharto dalam membangun bangsa terlalu besar untuk diabaikan.
“Tidak ada pemimpin yang sempurna di dunia ini. Semua punya jasa dan kesalahan. Tapi jasa besar Soeharto terhadap negara ini sudah seharusnya dihargai,” kata Gus Aan saat ditemui di Genggong, Sabtu (9/11/2025).
Advertisement
Gus Aan menilai, selama 32 tahun memimpin, Soeharto berhasil membawa Indonesia ke arah pembangunan yang terencana. Melalui Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), arah pembangunan nasional tersusun rapi dari pusat hingga daerah.
“Kebijakan pembangunan Soeharto membuat bangsa ini punya arah yang jelas. Banyak infrastruktur berdiri, pertanian maju, dan stabilitas ekonomi terjaga,” ujarnya.
Ia menambahkan, pada masa pemerintahan Soeharto, praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) tidak semasif saat ini. “Sekarang justru korupsi terjadi di berbagai level, bahkan di tingkat desa. Di masa Soeharto, birokrasi lebih disiplin dan pembangunan berjalan,” kata Gus Aan.
Menurutnya, penilaian terhadap Soeharto selama ini terlalu berat sebelah. Kesalahan di masa akhir kekuasaannya seolah menutupi seluruh jasanya terhadap bangsa.
“Gus Dur pernah bilang, Soeharto itu jasanya besar, dosanya juga besar. Itu pernyataan yang adil. Kita tidak bisa menghapus kebaikan seseorang hanya karena kesalahannya,” ucapnya.
Karena itu, Gus Aan menilai pemerintah perlu mempertimbangkan kembali pemberian gelar Pahlawan Nasional bagi Soeharto. “Penghargaan itu bukan bentuk pengkultusan, tapi apresiasi negara atas kontribusi nyata terhadap pembangunan dan keutuhan bangsa,” tegas dosen hukum Unzah Probolinggo ini.
Ia menambahkan, semangat penghargaan terhadap jasa para pemimpin adalah bentuk kedewasaan bangsa dalam melihat sejarah. “Bung Karno sudah menegaskan, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Artinya, kita harus adil dalam menilai sejarah,” ujarnya.
Gus Aan juga mengingatkan, setiap bulan November bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Momentum ini, menurutnya, bukan hanya untuk mengenang para pejuang kemerdekaan, tetapi juga untuk meneladani sosok pemimpin yang berkontribusi besar setelah kemerdekaan.
“Peringatan Hari Pahlawan seharusnya juga menjadi waktu untuk menimbang kembali siapa saja tokoh yang pantas diberi penghargaan atas jasanya,” katanya.
Ia berharap perdebatan soal pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto tidak dilihat dari kacamata politik. “Lihatlah dari sisi pengabdian dan dampak nyata bagi rakyat. Kalau ukurannya itu, Soeharto layak disebut pahlawan pembangunan,” tutup Gus Aan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
| Editor | : Deasy Mayasari |
| Publisher | : Rifky Rezfany |