Peristiwa Daerah

Edukasi Reptil ala Panji: Mengenalkan Pentingnya Edukasi Tentang Binatang untuk Warga Bandung

Sabtu, 19 Juli 2025 - 19:22 | 8.81k
Panji bersama teman komunitas, dan anak-anak pengunjung yang menyukai binatang reptil berfoto bersama (Dok.Foto: TIMES Indonesia - Djarot)
Panji bersama teman komunitas, dan anak-anak pengunjung yang menyukai binatang reptil berfoto bersama (Dok.Foto: TIMES Indonesia - Djarot)

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Berangkat dari ketertarikannya terhadap hewan sejak kecil, Panji Fakulo Pamungkas, atau akrab disapa Panji, salah satu sosok penggerak Bandung Musang Bulan Lovers (BMBL), berupaya membalikkan persepsi satwa-satwa eksotis seperti reptil yang kerap kali disalahpahami masyarakat.

Melalui BMBL, komunitas pecinta reptil yang aktif di kawasan Tegalaga, Kota Bandung ini, Panji kini aktif mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya memahami karakter hewan—khususnya reptil—melalui komunitas BMBL.

Advertisement

"Kami hadir bukan hanya sebagai penggemar, tapi juga sebagai edukator. Tujuan utama kami adalah menyampaikan bahwa tidak semua hewan, khususnya reptil, bersifat buas atau berbahaya," ujar Panji saat ditemui di area gathering komunitas, Sabtu (19/07/25).

“Setiap akhir pekan, BMBL rutin menggelar pertemuan terbuka di kawasan Tegalaga, Bandung Selatan. Komunitas ini membawa serta sejumlah hewan reptil yang telah diternakkan secara legal dan dirawat dengan baik,” katanya.

Panji menekankan bahwa semua hewan yang dibawa ke lokasi umum telah melalui seleksi ketat dan dipastikan tidak membahayakan pengunjung.

"Reptil yang kami bawa adalah hasil ternak, bukan hasil tangkapan dari alam. Mereka sudah terbiasa dengan manusia dan tidak menganggap manusia sebagai ancaman. Artinya, hewan-hewan ini relatif aman dan bisa berinteraksi dengan pengunjung dalam batas tertentu," jelasnya.

Meski begitu, Panji tetap menegaskan pentingnya kewaspadaan dalam menangani hewan tertentu, terutama ular berbisa. Ia menyebut bahwa tidak semua jenis ular layak untuk di-handling secara bebas (free handling) kecuali oleh orang yang benar-benar berpengalaman.

Menurut Panji, ular menjadi salah satu hewan yang paling sering disalahpahami. Banyak masyarakat yang langsung menganggap semua ular berbahaya dan menyerang manusia. Padahal, berdasarkan pengamatan komunitas, sebagian besar ular justru bersifat defensif.

"Mereka cenderung tidak menyerang kecuali merasa terancam. Bahkan, ular yang kami bawa seringkali hanya diam atau menghindar jika didekati," paparnya.

Ia juga berbagi tips sederhana dalam mengenali ular berbisa dan tidak berbisa. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah memperhatikan bentuk kepala. Namun Panji mengingatkan bahwa pengetahuan tersebut tidak bisa dijadikan patokan mutlak dan masyarakat awam sebaiknya tidak mencoba mengidentifikasi ular sendiri tanpa pendampingan ahli.

"Misalnya, ular hijau ekor merah seperti Trimeresurus insularis atau ular beludak Indonesia memiliki bisa yang cukup berbahaya. Namun ada juga ular hijau seperti Gonyosoma atau yang dikenal sebagai ular bajing, yang tidak berbisa sama sekali," katanya.

Panji juga memberikan edukasi tentang pentingnya tidak meniru aksi-aksi ekstrem dengan hewan berbisa yang biasa dilakukan oleh para handler profesional. Masyarakat umum, kata dia, sebaiknya hanya berinteraksi dengan reptil yang sudah jinak dan tidak berbahaya.

"Untuk ular berbisa, tidak disarankan untuk di-free handling kecuali oleh orang yang benar-benar paham dan berpengalaman. Itu bukan sesuatu yang layak ditiru karena resikonya sangat tinggi," ujar Panji dengan tegas.

Menurutnya, keselamatan pengunjung dan hewan adalah prioritas utama. Karena itu, BMBL selalu membawa reptil-reptil yang sudah jinak dan terbiasa dengan interaksi manusia saat melakukan kegiatan di ruang publik.

Menjadikan Reptil Sebagai Sarana Pendidikan

Panji berharap kehadiran komunitas ini bisa mengubah persepsi masyarakat terhadap hewan reptil. Ia ingin menyampaikan bahwa keberadaan hewan, termasuk yang dianggap eksotik, memiliki potensi besar untuk menjadi alat edukasi, bukan sekadar tontonan atau ketakutan.

"Melalui pendekatan yang benar, kita bisa belajar banyak hal dari hewan. Termasuk bagaimana bersikap bijak terhadap makhluk hidup lain, menjaga ekosistem, dan mengurangi ketakutan yang tak berdasar," tutupnya.

Komunitas BMPL kini terbuka bagi siapa saja yang ingin mengenal reptil lebih dekat. Setiap Sabtu dan Minggu, mereka membuka kesempatan bagi masyarakat umum untuk datang, belajar, dan berdiskusi langsung dengan para anggota komunitas. Dengan demikian, edukasi mengenai hewan bisa lebih dekat dan mudah diterima oleh berbagai kalangan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES