Peristiwa Internasional

Serangan Israel Tewaskan 63 Warga Gaza di Tengah Krisis Kelaparan yang Kian Memburuk

Senin, 28 Juli 2025 - 11:45 | 9.25k
Warga Palestina berebut mendapatkan bantuan makanan di dapur umum di Kota Gaza. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu juga memperingatkan lebih dari 20 persen ibu hamil dan menyusui mengalami gizi buruk. (foto: Abdel Kareem Hana/AP)
Warga Palestina berebut mendapatkan bantuan makanan di dapur umum di Kota Gaza. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu juga memperingatkan lebih dari 20 persen ibu hamil dan menyusui mengalami gizi buruk. (foto: Abdel Kareem Hana/AP)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 63 orang di berbagai wilayah Gaza, hanya beberapa jam setelah militer Israel mengumumkan akan menghentikan operasi militer selama 10 jam setiap hari di sejumlah area untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk.

Dikutip dari Aljazerra, pada Minggu (27/7), militer Israel menyatakan akan menghentikan serangan setiap hari mulai pukul 10.00 hingga 20.00 waktu setempat di beberapa wilayah Gaza tengah dan utara, termasuk Al-Mawasi, Deir el-Balah, dan Kota Gaza.

Advertisement

Jalur khusus untuk distribusi makanan dan bantuan medis juga dijanjikan dibuka dari pukul 06.00 hingga 23.00. Namun, serangan udara tetap terjadi di Gaza City, yang justru disebut sebagai “zona aman”. Menurut laporan warga, sebuah toko roti menjadi sasaran.

Kondisi kemanusiaan di Gaza terus memicu kecaman global. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan enam kematian baru akibat kelaparan dalam 24 jam terakhir, termasuk dua anak-anak. Sejak Oktober 2023, jumlah korban tewas karena kelaparan mencapai 133 jiwa, salah satunya bayi berusia lima bulan, Zainab Abu Haleeb.

“Selama tiga bulan saya menunggu di rumah sakit, dan akhirnya saya hanya bisa menerima kenyataan anak saya meninggal,” kata Israa Abu Haleeb, ibu Zainab, sambil suaminya menggendong jasad putri mereka yang dibungkus kain kafan putih.

Kelaparan Meluas

Program Pangan Dunia (WFP) menyebut satu dari tiga warga Gaza tidak makan selama berhari-hari, dengan hampir 500.000 orang mengalami kondisi mirip kelaparan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu juga memperingatkan lebih dari 20 persen ibu hamil dan menyusui mengalami gizi buruk.

Falestine Ahmed, seorang ibu di Gaza, menceritakan berat badannya turun drastis dari 57 kg menjadi 42 kg. “Saya dan anak saya didiagnosis mengalami malnutrisi parah. Di rumah hampir tidak ada makanan. Sekalipun ada, harganya tidak sanggup kami beli,” ujarnya.

Meski Israel telah mengizinkan koridor bantuan baru dan Uni Emirat Arab serta Yordania mengirim suplai melalui udara, distribusi bantuan tetap minim dan berbahaya. Satu kali penyaluran bantuan bahkan melukai 11 orang ketika palet bantuan jatuh menimpa tenda pengungsi di dekat Jalan al-Rasheed.

Israel terus membantah adanya kelaparan di Gaza dan menyatakan tengah berupaya meningkatkan akses kemanusiaan. Namun, kesaksian para pengungsi menunjukkan kondisi sebaliknya. “Anak-anak saya sudah seminggu tidak makan. Saya rela mempertaruhkan nyawa demi mencari sepotong roti,” kata Smoud Wahdan, seorang ibu yang mencari tepung untuk keluarganya.

Tahani, ibu lain yang anaknya menderita kanker, menambahkan, “Saya mencari makanan untuk anak-anak saya. Saya berharap dunia melihat penderitaan ini. Orang-orang di sini sedang sekarat.”  

PBB Desak Israel Perlonggar Pos Pemeriksaan

Lembaga kemanusiaan pun kewalahan. Liz Allcock dari Medical Aid for Palestinians menyatakan, “Saya belum pernah melihat Gaza seperti ini. Banyak orang yang benar-benar tinggal kulit dan tulang. Uang tidak ada artinya karena tak ada makanan yang bisa dibeli. Semua orang, tanpa terkecuali, mengalami kekurangan pangan parah.”

PBB menyebut bantuan hanya bisa berjalan efektif jika Israel mempercepat izin pergerakan konvoi di pos pemeriksaan. Kepala bantuan PBB, Tom Fletcher, mengakui ada sedikit kelonggaran, namun situasi saat ini membutuhkan langkah yang jauh lebih besar. “Ada kemajuan, tetapi bantuan dalam jumlah masif mutlak diperlukan untuk mencegah kelaparan dan krisis kesehatan yang lebih buruk,” tegasnya. (*/aljazerra)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES