Ekonomi

Berkat Program MBG, Petani Semangka di Bondowoso Untung Terus dan Tak Lagi Merugi

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 17:03 | 1.05k
Petani Semangka di Kabupaten Bondowoso menjadi pemasok ke SPPG dan mengalami untung berlipat-lipat (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Petani Semangka di Kabupaten Bondowoso menjadi pemasok ke SPPG dan mengalami untung berlipat-lipat (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BONDOWOSOProgram Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah kini tidak hanya menebarkan manfaat bagi anak-anak di sekolah, tetapi juga memberi dampak ekonomi yang nyata bagi para petani lokal di Bondowoso

Salah satunya dirasakan oleh Hariyanto (48), petani semangka asal Desa Grujugan Lor, Kecamatan Jambesari Darussholah, yang kini bisa kembali tersenyum setelah lama terpuruk akibat harga panen yang anjlok.

Advertisement

Enam bulan lalu, Hariyanto yang akrab disapa Rian Semangka Balap tersebut nyaris putus asa. Harga semangka hasil panennya terjun bebas hanya Rp2.500 per kilogram. 

Banyak buah yang akhirnya dibiarkan membusuk di kebun karena biaya panen tak sebanding dengan hasil jual. 

Namun kini, berkat adanya dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menjadi ujung tombak program MBG, kehidupan ekonominya mulai berbalik arah.

“Sekarang harga semangka yang saya jual ke dapur SPPG bisa sampai Rp9.000 per kilogram. Dalam seminggu bisa tiga kali kirim, sekali kirim rata-rata 370 kilogram,” ujarnya saat ditemui di Gudang Buah miliknya. 

Perubahan itu bukan hanya soal harga. Dengan pasokan yang stabil, Rian kini bisa meraup pendapatan hingga lebih dari Rp10 juta per pekan, dari hasil penjualan semangka ke sejumlah dapur SPPG di Bondowoso. Bahkan, ia pernah mengirim hingga 1,1 ton semangka dalam satu hari ke dua dapur berbeda.

Selama sepuluh bulan terakhir, Rian tercatat telah menjadi pemasok rutin untuk enam dapur SPPG yang tersebar di Bondowoso dan Situbondo. Antara lain di SPPG Jambesari, SPPG Dadapan-Grujugan, serta beberapa dapur di wilayah perbatasan kabupaten.

Namun, menjadi pemasok untuk dapur SPPG bukan perkara mudah. Menurutnya, setiap pengiriman harus melalui proses pengecekan ketat. Semangka harus manis, dagingnya merah, dan beratnya antara 2,5 sampai 4 kilogram. 

“Sebelum dikirim, biasanya saya belah dulu satu atau dua untuk uji rasa. Kalau kurang manis atau masih mentah, bisa langsung dikembalikan,” tuturnya, Sabtu (18/10/2025). 

Kualitas yang tinggi menuntut ketelitian dan kerja sama erat dengan petani lain. Karena itu, untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, Rian menggandeng banyak mitra petani di Bondowoso, Jember, hingga Lumajang. 

Di Bondowoso saja, ia memiliki jaringan petani dengan total lahan sekitar 20 hektar. Bila dihitung seluruhnya, jumlah mitra yang bekerja sama dengannya kini sudah mencapai ratusan orang.

Rian bukan orang baru di dunia perdagangan buah. Sejak tahun 2004, ia telah menjadi pemasok semangka ke sejumlah kota besar seperti Surabaya, Jakarta, dan Bali. Namun, setelah bermitra dengan dapur SPPG, ia memilih mengurangi pengiriman ke luar daerah.

“Sebelumnya bisa kirim delapan ton ke luar kota, sekarang saya batasi jadi lima ton saja. Karena permintaan dari dapur SPPG juga terus jalan,” katanya.

Perputaran bisnisnya kini turut menghidupi delapan orang pekerja di sekitar rumahnya, mulai dari sopir, kuli angkut, hingga penjaga gudang. “Ini bukan sekadar soal keuntungan, tetapi juga kesempatan membuka lapangan kerja bagi warga sekitar,” pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES