Peristiwa Daerah

Dari Banyuwangi ke Dunia, Festival Gandrung Sewu 2025 Bukti Pesona Budaya Indonesia Tak Luntur

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 18:47 | 2.30k
Banyuwangi Festival Gandrung Sewu 2025. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)
Banyuwangi Festival Gandrung Sewu 2025. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGIPantai Boom Marina di Kabupaten Banyuwangi, kembali berubah menjadi lautan manusia pada Sabtu (25/10/2025). Di atas hamparan pasir dengan latar Selat Bali, ribuan penari Gandrung Sewu tampak menari serempak di tepi pantai.

Ya, itulah momen puncak gelaran Banyuwangi Festival Gandrung Sewu 2025, sebuah pertunjukan tari kolosal yang masuk dalam kalender Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.

Advertisement

Mengusung tajuk “Selendang Sang Gandrung”, perhelatan tahun ini menampilkan 1.350 penari dan pemusik dalam satu panggung megah yang berpadu dengan panorama alam laut timur Pulau Jawa.

Setiap gerakan tarian dan kibasan selendang, seolah menceritakan kisah panjang perjalanan budaya Banyuwangi yang tak lekang dimakan zaman.

Yang membuat perhelatan ke-12 ini kian istimewa adalah hadirnya 200 penari dari luar daerah, termasuk dari Jakarta, Sulawesi Selatan, Sumatra Selatan, Papua, hingga partisipasi diaspora dari Amerika Serikat. Keikutsertaan mereka, menjadi simbol bahwa Gandrung Sewu merupakan warisan budaya Indonesia yang mendunia.

Gandrung-Sewu-2.jpgSuasana ribuan penari gandrung. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)

Tema “Selendang Sang Gandrung” sendiri mengangkat sisi mendalam dari kehidupan seorang penari Gandrung. Mereka bukan hanya penghibur di atas panggung, tapi juga penjaga nilai-nilai leluhur yang diwariskan lintas generasi.

Dalam setiap ayunan selendang, terselip kisah perjuangan, dedikasi, dan cinta terhadap budaya yang terus hidup di hari masyarakat Banyuwangi.

“Selendang merah menari gemulai, berputar indah penuh pesona. Selamat datang para tamu kehormatan, di Bumi Blambangan the Sunrise of Java," pantun Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, saat membuka acara, Sabtu (25/10/2025).

Ipuk mengatakan, Gandrung Sewu adalah tari kolosal dari Banyuwangi yang dimulai sejak tahun 2012 dan konsisten diselenggarakan setiap tahunnya, serta menjelma menjadi ikon kebudayaan Kabupaten Banyuwangi.

Lebih dari sekadar pertunjukan, Gandrung Sewu adalah panggung kebanggaan. Ribuan penari menari serempak di tepi pantai, menjadi simbol harmoni, kebersamaan, dan kecintaan terhadap tanah kelahiran.

"Hari ini di tepian Selat Bali, kita menyaksikan ribuan penari Gandrung menari serentak bukan untuk sekadar memukau mata, tetapi menyampaikan pesan kepada kita semua dari jiwa Banyuwangi kepada dunia bahwa keindahan lahir dari kebersamaan dan harmoni," ujar Ipuk.

Menurut orang nomor wahid di Bumi Blambangan itu, Gandrung Sewu bukan hanya jadi ajang budaya belaka, tetapi menjadi etalase budaya yang mendorong perputaran ekonomi masyarakat.

"Sebagai bagian dari Banyuwangi Festival, Gandrung Sewu merupakan strategi dalam meningkatkan pariwisata dan menjadikan lokomotif pertumbuhan ekonomi," tuturnya.

Di hadapan ribuan penonton yang memadati Pantai Marina Boom, festival ini sekali lagi menegaskan bahwa Banyuwangi bukan hanya daerah dengan panaroma indah, tetapi juga gudangnya seni tradisi. 

Dan sore itu, di bawah langit keemasan Banyuwangi, ribuan selendang merah menari serempak seolah menegaskan bahwa pesona budaya Indonesia akan terus hidup, dari Banyuwangi untuk dunia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES