Wisata

Potensi Tersembunyi Lahan Terbengkalai, Wisata Lembah Pangonan di Madiun Kini Naik Daun

Minggu, 26 Oktober 2025 - 10:30 | 1.75k
Kolam renang menjadi primadona Wisata Lembah Pangonan di Madiun. (Foto: Yupi Apridayani/TIMESIndonesia)
Kolam renang menjadi primadona Wisata Lembah Pangonan di Madiun. (Foto: Yupi Apridayani/TIMESIndonesia)

TIMESINDONESIA, MADIUN – Areal persawahan yang membentang di kawasan perbukitan Dusun Watu Gong, Desa Sukosari, Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun menjadi lanskap Wisata Lembah Pangonan. Tempat tetirah dengan destinasi utama kolam renang itu kini tengah naik daun.

Tak kurang dua ratus pengunjung datang tiap akhir pekan. Sebagian besar pengunjung datang untuk berenang. Tidak hanya menyuguhkan suasana alami. Kolam renang Pangonan juga bebas bahan penjernih air. Air diperoleh dari sumur pompa air dalam.

Advertisement

Pengunjung yang datang tidak hanya dari warga sekitar. Tetapi juga dari wilayah terdekat. Salah seorang di antaranya adalah Khofifah warga Jalan Merpati, Kelurahan Nambangan Lor, Kota Madiun. Meskipun jarak tempuh cukup jauh, dia antusias datang bersama dua orang anaknya untuk berenang.

"Tahu tempat ini teman. Ternyata tempatnya enak dan bersih. Bisa lihat pemandangan sawah juga," tuturnya sambil menunggu anaknya dari tepi kolam renang.

Waktu awal operasional, kolam renang hanya buka Sabtu-Minggu saja. Sekarang ditambah Rabu dan Kamis karena banyak permintaan. Tiket masuk ke tempat wisata yang dikelola kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat itu juga relatif murah. Hanya Rp 5 ribu saja.

"Tempat wisata ini dibuka mulai Agustus 2024. Bangunan fisik dan fasilitas milik pemerintah desa. Sedangkan pengelolaannya diserahkan pokdarwis," ujar Taufan Riyadi pengelola Wisata Lembah Pangonan, Sabtu (25/10/2025).

Selain kolam renang juga tersedia gazebo luas menghadap ke lembah Bangunan berbentuk joglo itu sering digunakan untuk arisan, rapat atau gathering komunitas. "Juga ada area camping ground. Jadi bisa untuk kegiatan berkemah dalam jumlah kecil maupun besar," jelas Taufan.

Semula Tanah Terbengkalai dan Tempat Menggembala Ternak

Di balik tempat dengan pemandangan indah itu, siapa sangka Wisata Lembah Pangonan semula adalah lahan tidak produktif dan terbengkalai. Tanah aset desa seluas sekitar 3 ribu meter persegi itu semula hanya ditumbuhi rumput dan digunakan untuk 'angon' atau menggembala ternak. Sehingga diberi nama Pangonan yang artinya tempat menggembala ternak.

"Sulit air sehingga sulit ditanami. Dulu dijual juga tidak laku," ungkap Arno Pranoto salah seorang warga dan tokoh masyarakat setempat.

Areal persawahan di sekitarnya juga semula juga tadah hujan. Bertanam padi hanya bisa dilakukan satu tahun sekali. Itupun juga hasilnya tidak selalu bagus tergantung curah hujan. Setelah dibangun tempat wisata kondisi tersebut berubah.

Satu paket dengan pembangunan kolam renang, pemerintah Desa Sukosari membangun sumur pompa air dalam. Air sumur digunakan untuk mengisi kolam renang sekaligus mengairi sawah sekitar. "Air bekas buangan dari kolam renang bisa untuk mengairi sawah. Jadi sekarang sawah di sini bisa bertanam padi lebih dari satu kali. Bahkan bisa tiga kali setahun," ungkap Arno.

Tidak hanya itu akses jalan kini juga lebih terbuka. Semula jalan hanya dari tanah dan sempit. Hanya bisa dilewati sepeda motor atau traktor. Kini jalan menuju kolam renang sudah diperlebar dan dibeton. "Tinggal sedikit saja dari arah jalan raya yang belum dibangun. Harapan warga bisa segera diperbaiki supaya lebih nyaman dilewati kendaraan," kata Arno.

Warga juga berharap Wisata Lembah Pangonan dikembangkan lagi sehingga dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar. Salah satunya dibuat sentra kuliner atau penjualan produk lokal desa. "Kalau tempat wisata ramai pengunjung, warga sini bisa berjualan makanan atau produk UMKM," ujarnya.

Bagi Hasil Pengelolaan Wisata Mendongkrak PADes Sukosari

Pemerintah Desa Sukosari menyerahkan pengelolaan Wisata Lembah Pangonan kepada kelompok sadar wisata (pokdarwis) dengan sistem bagi hasil. Pokdarwis Sukosari yang beranggotakan anak-anak muda desa setempat mendapat bagian 60 persen dari pendapatan.

"Rata-rata satu bulan pendapatan masuk ke desa Rp 5 juta. Total selama tahun 2024 sekitar Rp 50 juta," ungkap Nurjanah Bendahara Desa Sukosari.

Sebelum ada tempat wisata, pendapatan desa hanya bersumber dari sewa tanah kas desa (TKD) dan bagi hasil BUMDes. Wisata Lembah Pangonan juga menjadi destinasi wisata pertama di Desa Sukosari.

"Pendapatan dari sektor pariwisata juga baru ada tahun ini. Sebelumnya dari TKD dan sewa ruko BUMDes saja," ujarnya.

Pendapatan dari bagi hasil pengelolaan tempat wisata nantinya akan dialokasikan untuk pengembangan Wisata Lembah Pangonan. Termasuk penambahan fasilitas untuk pengunjung. Dengan harapan destinasi wisata itu bisa berkembang dan memberi kontribusi lebih besar.

"Belum ada target pendapatan. Yang penting bisa bermanfaat dulu bagi masyarakat. Kalau wisatanya berkembang otomatis pendapatan akan mengikuti," kata Nurjanah.

Wisata Lembah Pangonan juga sudah diusulkan masuk daftar destinasi wisata Kabupaten Madiun yang akan ditetapkan melalui surat keputusan bupati. Saat ini tempat wisata di Desa Sukosari, Kecamatan Dagangan itu tengah disupervisi oleh dinas pariwisata, pemuda dan olahraga (disparpora) Kabupaten Madiun. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES