Dari Timor Timur ke Hutan Gerilya Aceh, Kisah Perjuangan Suwarto Sang Veteran Kopassus

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Menjadi veteran bukan hanya hak bagi mereka yang berseragam tentara. Setiap warga negara yang ikut mempertahankan Indonesia dari ancaman asing, baik rakyat biasa maupun prajurit resmi, berhak menyandang predikat itu. Mereka satu tujuan: menjaga kedaulatan bangsa.
Salah satu sosok yang mengabdikan hidupnya bagi republik adalah Letkol Purn. Suwarto Priyoadmodjo, S.H.. Pria kelahiran Yogyakarta, 10 Desember 1945, ini hampir dua dekade mengemban tugas di tubuh Kopassus (1970–1989).
Advertisement
Ia terjun di berbagai misi, mulai dari operasi militer di Kalimantan, Timor-Timur (Operasi Seroja), hingga menghadapi Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Terinspirasi dari Pejuang Kemerdekaan
Suwarto muda tumbuh dengan semangat perjuangan yang ia baca dari kisah para pahlawan. Dari situlah hatinya tergugah memilih jalan hidup sebagai prajurit. Tahun 1970 ia resmi bergabung dengan Kopassus, meniti karier dari komandan peleton hingga dipercaya sebagai komandan batalyon.
Pada 1976, ia ditugaskan dalam Operasi Seroja, merespons deklarasi sepihak kemerdekaan Timor Timur oleh Partai Fretilin.
“Kami diterjunkan dari udara dan langsung dihujani tembakan dari bawah. Rasa takut pasti ada. Tapi sebagai prajurit TNI, apalagi pasukan elit, kami wajib berani dan patuh pada tugas,” kenangnya saat ditemui di kantor LVRI Jawa Timur, Selasa (19/8/2025).
Seperti tercatat dalam sejarah, Operasi Seroja 7 Desember 1975 melibatkan Grup 1 Kopassandha (kini Kopassus) dan Brigade 18 Linud Kostrad yang diterjunkan dengan sembilan pesawat Hercules C-130 TNI AU untuk merebut Dili. Suwarto masih ingat betul duka kehilangan rekan seperjuangan, namun tekadnya tak pernah luntur.
Dari Timor Timur ke Aceh
Perjalanan Suwarto berlanjut ke Aceh. Ia menjadi wakil dari tim Karsayuda yang pertama kali dikirim menghadapi GAM, di bawah pimpinan Letkol Sofyan Effendi. Selama hampir setahun, timnya bergerak di lapangan hingga berhasil menangkap Menteri Penerangan GAM kala itu.
“Meski tidak setiap hari baku tembak, suasananya tetap mencekam. Musuh bergerilya, sembunyi, lalu muncul tiba-tiba. Tapi tim kami tetap fokus sampai akhirnya berhasil menangkap tokoh penting GAM,” ujarnya.
Dari Militer ke Pengabdian Sipil
Mengakhiri tugas di Kopassus, Suwarto kemudian dikaryakan untuk berbagai peran sosial-politik hingga 1995. Meski resmi pensiun, semangat pengabdian tidak berhenti. Sejak 2018, ia aktif di LVRI Jawa Timur dan kini menjabat sebagai Kepala Biro Organisasi.
Di usianya yang menginjak 79 tahun, ia kerap hadir di sekolah maupun seminar, menanamkan nilai Pancasila, cinta tanah air, dan semangat ’45 kepada generasi muda.
Menurutnya, generasi sekarang tidak perlu mengangkat senjata untuk melanjutkan perjuangan. “Mengikuti upacara kemerdekaan dengan khidmat saja sudah bentuk penghormatan. Itu cara sederhana menanamkan cinta tanah air,” pesannya.
Ia menutup dengan harapan agar generasi muda teguh memegang sumpah pemuda dan melawan musuh bangsa masa kini.
“Sekarang musuh kita bukan lagi tentara asing, tapi narkoba, perjudian, fitnah. Itu yang harus kita lawan. Belajarlah sungguh-sungguh, raih cita-cita, lalu abdikan diri untuk bangsa,” ujar Suwarto. (*)
Pewarta: Luluk Listiani
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |