Sejarah Panjang Cappadocia, Negeri Dongeng di Jantung Turki

TIMESINDONESIA, TURKI – Cappadocia bukan hanya situs sejarah, tetapi juga salah satu destinasi wisata paling populer di dunia. Bahkan, UNESCO menetapkan kawasan Göreme dan situs batuan Cappadocia sebagai Warisan Dunia sejak 1985.
Balon udara menjadi ikon wisata modern, tetapi nilai sejarahnya tetap menjadi daya tarik utama. Perpaduan antara alam, budaya, dan sejarah ribuan tahun menjadikan Cappadocia sebuah “museum hidup” di tengah Turki.
Advertisement
Munculnya Balon Udara
Awal mula Cappadocia menjadi tempat wisata modern erat kaitannya dengan keunikan lanskap batuan vulkanik serta peninggalan sejarahnya. Wilayah ini mulai dibuka untuk wisatawan pada akhir abad 20-an. Sementara itu, balon udara mulai diperkenalkan di Cappadocia pada akhir tahun 1980-an.
Pada tahun 1989, sebuah perusahaan wisata lokal mengadakan penerbangan balon udara pertama untuk turis. Ide ini muncul karena kondisi geografis Cappadocia sangat ideal: angin stabil, lembah yang luas, serta pemandangan unik dari atas ketinggian. Sejak saat itu, balon udara berkembang pesat dan menjadi ikon wisata utama Cappadocia.
Kini, ratusan balon udara terbang setiap pagi, terutama pada musim panas dan gugur. Wisata balon udara tidak hanya menjadi daya tarik utama, tetapi juga simbol internasional Cappadocia, menjadikannya salah satu lokasi penerbangan balon terbesar di dunia.
Letak geografis dan Jejak Peradaban Kuno
Cappadocia terletak di Anatolia Tengah, Turki, dan dikenal memiliki bentang alam yang sangat khas. Kawasan ini terbentuk dari letusan gunung berapi purba, seperti Gunung Erciyes dan Gunung Hasan, yang menghasilkan lapisan abu vulkanik lunak.
Selama ribuan tahun, erosi angin dan air membentuk tebing, lembah, serta menara batu yang unik, yang kini dikenal sebagai “fairy chimneys” atau cerobong peri. Kondisi geologis inilah yang menjadi dasar terbentuknya permukiman gua dan kota bawah tanah.
Sejarah manusia di Cappadocia berawal sejak zaman prasejarah. Suku Hatti dan Het pertama kali menghuni kawasan ini, sebelum akhirnya dikuasai oleh bangsa Persia, Romawi, hingga Bizantium.
Nama Cappadocia sendiri berasal dari bahasa Persia kuno Katpatuka yang berarti “negeri kuda-kuda indah.” Sejak awal, wilayah ini menjadi jalur perdagangan penting karena berada di persimpangan rute Jalur Sutra.
Kota Bawah Tanah dan Pertahanan
Salah satu keunikan Cappadocia adalah kota bawah tanahnya yang luas, seperti Derinkuyu dan Kaymakli. Kota bawah tanah ini dibangun berlapis-lapis hingga kedalaman puluhan meter di bawah tanah.
Lorong-lorongnya dipakai sebagai tempat tinggal, tempat ibadah, gudang makanan, hingga jalur pelarian. Fungsinya terutama untuk melindungi penduduk dari invasi bangsa asing, termasuk serangan bangsa Arab dan Mongol.
Setelah dikuasai Bizantium, Cappadocia beralih ke tangan Seljuk dan kemudian Utsmaniyah. Setiap periode kekuasaan meninggalkan jejak budaya tersendiri, mulai dari arsitektur, bahasa, hingga sistem pertanian.
Meski perlahan penduduk pindah dari rumah gua ke permukiman modern, warisan sejarah tetap terjaga. Sejak abad ke-20, pemerintah Turki mulai melestarikan kawasan ini sebagai situs warisan budaya.
"Waktu terbaik mengunjungi tempat ini adalah musim dingin. Meskipun kadang ada penundaan untuk jadwal naik balon udara tapi pada musim ini wisatawan tidak terlalu ramai dan kita bisa lebih leluasa menikmati keindahan alam sekitar," ungkap Lolandra, salah satu anggota PPI Turki.
Dengan perpaduan sejarah panjang, warisan budaya, dan inovasi pariwisata modern, Cappadocia berhasil menjelma menjadi salah satu destinasi paling ikonik di dunia. Setiap sudut Cappadocia seakan mengingatkan bahwa perjalanan wisata bukan sekadar rekreasi, melainkan juga sebuah perjalanan menelusuri jejak peradaban manusia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khodijah Siti |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |