Menjelajah Pantai Srakung, Hidden Gem yang Mulai Viral di Gunungkidul

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Kabupaten Gunungkidul seolah tidak pernah kehabisan stok wisata pantai. Di balik barisan perbukitan karst dan jalan-jalan berliku, selalu saja ada pantai baru yang muncul dari balik pegunungan yang sepi.
Tak heran jika banyak orang menyebut wilayah ini sebagai surganya pantai di Yogyakarta. Karena setiap lekuk pantainya memberikan keindahan, dan salah satunya yang saat ini tengah menjadi perbincangan para pejalan adalah Pantai Srakung.
Advertisement
Pantai Srakung terletak di Dusun Nujo, Kalurahan Pucung, Kapanewon Girisubo. Pantai Srakung seolah bersembunyi di antara tebing-tebing Pegunungan Seribu.
Luasnya memang tak sebesar pantai-pantai populer seperti Wediombo atau Indrayanti, namun pesonanya justru ada pada kesunyian dan keintimannya dengan alam. Area pasir putihnya sempit, diapit tebing kokoh di kanan dan kiri pantai yang setiap saat dihantam debur ombak. Suaranya menggema, memantul di tebing tebing pegunungan.
Usai memarkir sepeda motor, terlihat lanskap Srakung yang tampak seperti teluk mungil yang memeluk laut selatan. Saat berjalan menuruni bukit menuju are pantai, pengunjung bisa menyaksikan warna biru laut bergradasi dari toska di tepi, hingga biru tua di bagian tengah samudra.
Saat sore tiba, cahaya jingga matahari memantul di dinding tebing, menciptakan kilau keemasan yang memukau. Pemandangan ini menjadi momen yang sering diburu fotografer dan pencinta senja.
Sementara di tebing sebelah kiri, para pemancing rock fishing sedang asyik duduk dengan khusuk menunggu kailnya disambar ikan. Sementara di bawah mereka debur ombak menghantam bukit bukit karang berukuran kecil yang curam.
Para pemancing rock fishing sedang bertengger di atas tebing menunggu umpannya disambar ikan, minggu, 19/10/2025. (FOTO: Eko Susanto/TIMES Indonesia)
Tak jauh dari Srakung, terdapat Pantai Sadeng dan Pantai Ngungap yang lebih dahulu dikenal. Namun Srakung hadir dengan karakter yang berbeda, lebih tenang, lebih personal, dan terasa seperti pantai pribadi.
Di bagian atas, terdapat area camping ground yang memungkinkan pengunjung bermalam di bawah langit penuh bintang. Malam di Srakung begitu hening; hanya suara ombak dan desir angin laut yang menemani.
Dari Pantai Sepi Menjadi Destinasi Baru
Minggu (19/10/2025), TIMES Indonesia berkesempatan mengunjungi Pantai Srakung. Akses menuju lokasi kini sudah cukup mudah. Pengunjung hanya perlu mengetik “Pantai Srakung” di Google Maps.
Rute dari Gmap akan menuntun sampai ke area parkir di atas bukit. Kendaraan roda dua maupun roda empat bisa diparkir di sana, lalu perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 150 meter menuruni jalan tanah berbatu menuju pantai.
Dari titik parkir saja, panorama laut Selatan sudah terlihat di kejauhan. Perjalanan menurun itu menawarkan pemandangan perbukitan hijau dan langit biru yang menyatu di cakrawala. Sesekali, aroma asin laut menyapa lebih dulu sebelum mata benar-benar bertemu pasir putih.
Di lokasi, TIMES Indonesia menemui Suroto, ketua Karang Taruna Sinar Remaja Dusun Nujo.
“Pantai Srakung ini sebenarnya sudah ada sejak lama, sebelum pandemi,” ujar Suroto. “Dulu yang datang hanya para pemancing. Baru tahun 2024 kami dari karang taruna mulai membenahi lokasi pantai agar lebih layak jadi tempat wisata.”
Proses pembenahan dilakukan secara gotong royong, hanya dua minggu sekali. Perlahan, usaha itu membuahkan hasil. Setelah pergantian tahun 2025, Pantai Srakung mulai ramai dikunjungi wisatawan.
“Yang aktif mengelola hanya beberapa orang saja seperti saya, Ari, Teguh, dan beberapa teman yang kadang ikut jaga di parkiran,” tambahnya.
Suroto berpose di area camping ground pantai Srakung. Srakung telah dikelola secara mandiri oleh Karang taruna Dusun Nujo, Kalurhan Pucung, Kapanewon Girisubo. (FOTO; TIMES Indonesia/Eko Susanto)
Untuk saat ini, pengunjung belum dikenai tiket masuk resmi. “Hanya biaya kebersihan seikhlasnya. Ada yang kasih dua ribu, ada yang lima ribu, kami terima saja,” kata Suroto.
Selain itu, pengelola juga menyewakan tikar dengan harga Rp5.000, serta menyediakan tenda camping berkapasitas 4–6 orang dengan biaya sewa Rp50.000 per malam. “Tendanya sumbangan dari kampus UTDI,” jelas Suroto.
Kampus yang sama juga membantu menyediakan lampu panel surya di area parkir, jalan menuju pantai, hingga lokasi camping ground. “Jadi sekarang area camping ground sudah terang kalau malam. Gak gelap lagi,” katanya tersenyum.
Menuju Wisata Mandiri
Ke depan, pantai Srakung yang dikelola secara mandiri oleh karang taruna Dusun Nujo berencana membangun gazebo dan warung kecil di sekitar pantai. Saat ini, belum tersedia warung makan atau fasilitas MCK.
“Torennya sudah ada di dekat parkiran, tinggal nanti disambungkan untuk kamar mandi,” jelas Suroto. Semua bantuan itu, katanya, juga berkat dukungan Kampus UTDI. Sedangkan panel surya dari Taman Edukasi Listrik.
Pantai Srakung buka setiap hari, mulai pukul 07.00–18.00 WIB untuk akhir pekan, dan pukul 08.00–16.00 WIB pada hari biasa. Selain bersantai di pasir putih, pengunjung juga bisa memancing rock fishing dari tebing yang ada di kiri dan kanan pantai.
Bagi engunjung yang akan camping bisa memesan tenda melalui pengelola pantai Srakung atas nama Suroto dengan nomor WA: 0823-2807-8422.
Bagi pengunjung yang ingin mencari ketenangan, Srakung menawarkan pengalaman berbeda. Tidak ada hiruk pikuk wisata komersial, tidak ada bising pengeras musik.
Hanya debur ombak, semilir angin laut, dan bukit hijau yang menjadi dinding alami. Di sinilah pesona sejati pantai Srakung. Sederhana, sunyi, dan begitu memikat. Menjadikan Srakung seperti pantai pribadi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |