TIMESINDONESIA, MATARAM – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Nusa Tenggara Barat menunjukkan perkembangan yang signifikan dengan telah tercapainya sekitar 47 persen dari total target penerima manfaat per 15 September 2025. Angka ini berada di atas capaian rata-rata nasional yang masih berada pada kisaran 27-28 persen.
"Angka ini lebih tinggi dari capaian rata-rata nasional yang baru mencapai 27-28 persen," ungkap Ketua Satuan Tugas (Satgas) MBG NTB, Ahsanul Khalik, di Mataram, Selasa (23/9/2025).
Hingga saat ini, jumlah penerima manfaat di NTB telah mencapai 862.734 orang. Kelompok yang menerima manfaat terdiri dari santri pondok pesantren, pelajar SMA/SMK, serta ibu hamil, ibu menyusui, dan balita yang dilayani melalui posyandu.
"Perkembangan di NTB cukup signifikan. Dari total 623 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), sudah 269 beroperasi, sekitar 270 dalam tahap persiapan, dan sisanya masih diverifikasi," ujarnya.
Ahsanul memaparkan sebaran SPPG telah menjangkau seluruh kabupaten dan kota. Realisasi tertinggi terdapat di Lombok Timur dengan 93 SPPG dari target 159, disusul Lombok Tengah (50 dari 127), dan Lombok Barat (38 dari 82). Sementara untuk wilayah Sumbawa, realisasi baru mencapai 10 dari 51 SPPG, Dompu (8 dari 34), Sumbawa Barat (14 dari 59), Lombok Utara (10 dari 28), Kota Mataram (26 dari 47), dan Kota Bima (16 dari 19).
"Percepatan capaian program di NTB dipengaruhi dukungan pemerintah provinsi, bupati, dan wali kota yang secara langsung diminta gubernur untuk menggerakkan seluruh potensi daerah," kata Ahsanul.
Selain bertujuan menurunkan angka stunting dan gizi buruk, program MBG juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Hingga saat ini, tercatat 11.650 tenaga kerja telah terserap dalam operasional dapur MBG, mencakup posisi juru masak, tenaga lapangan, dan ahli gizi. Jika seluruh 623 dapur telah beroperasi, proyeksi tenaga kerja yang terserap dapat mencapai 29.281 orang.
"Ini luar biasa. Anak-anak bisa mendapatkan gizi seimbang, sementara ekonomi lokal bergerak melalui penyerapan tenaga kerja dan penguatan sektor pertanian serta UMKM," ujarnya.
Program MBG di NTB juga melibatkan 944 mitra lokal, yang terdiri dari 25 koperasi, 3 BUMDes, 469 UMKM, dan 447 pemasok. Sebagian besar bahan pangan diperoleh dari pasar tradisional, sehingga mendorong perputaran ekonomi di tingkat akar rumput.
"Contoh di Pasar Paok Motong, sebelum ada MBG pedagang sayur bisa jualan sampai sore. Sekarang, jam 10 pagi dagangan sudah habis. Ini bukti nyata dampak ekonomi," katanya.(*)
Pewarta | : Antara |
Editor | : Faizal R Arief |
Bukan dari Semarang, Sesuai Namanya Wingko Babat dari Babat Lamongan
Terungkap! Kisah Nyata Farel Prayoga Warnai Air Mata di Ujung Sajadah 2
Raih Miss Universe Indonesia 2025, Sanly Liu: Kemenangan Bukan Sekadar Mahkota
Tim Kemenbud RI Tinjau Kerusakan Museum Bagawanta Bhari Kediri
Konsekuensi Menjadi Sarjana
Hong Kong Lumpuh, Ribuan Penerbangan Batal Akibat Terjangan Topan Super Ragasa
Tancap Gas! Askab PSSI Banyuwangi Siapkan Tiga Kegiatan Pembinaan dan Kompetisi
Spanyol Jadi Negara Eropa Pertama Terapkan Embargo Senjata Total ke Israel
Susunan Pengurus Golkar Pacitan Masih dalam Proses Penyusunan
Disamarkan dengan Jagung dan Sawi, 297 Batang Ganja Terungkap di Papua