TIMESINDONESIA, MAGELANG – Berawal dari kecintaan terhadap dunia pertanian, Slamet Prehatin, pria kelahiran Kabupaten Magelang, 30 Juli 1978, kini sukses menekuni profesi sebagai petani sekaligus prosesor kopi Arabika.
Dengan tekad kuat, ia tidak hanya memproduksi kopi berkualitas, tetapi juga berhasil memperkenalkan produk kopi Arabika asal Magelang ini hingga menembus pasar mancanegara.
Slamet memulai perjalanan di dunia kopi sejak tahun 2020. Ia menggarap lahan dengan menanam berbagai klon atau jenis arabika. Mulai dari tipika, lini S, segararutaang, borboun, hingga kartika.
Dari hasil panennya, ia kemudian memproses menjadi produk unggulan seperti, Kopi Arabika Munthuk, Arabika Cinde, dan Arabika Baros.
Salah satu hasi produk Slamet Prehatin yang dipasarkan hingga Malaysia. (Dok: Slamet Prehatin For TIMES Indonesia
Dalam proses belajar, lelaki yang akrab disapa dengan Pak Komik ini tidak berjalan sendiri. Ia banyak mendapat ilmu dari sahabat-sahabatnya.
"Saya banyak belajar dari teman -teman saya, ada Mas Rinto seorang prosesor Kopi Arabika asal Kaliangkrik, Mas Wiwin dari Kopi Santung Jogja, Mas Aji dari Kopi Cagar Rasa Kaliangkrik dan Komunitas Klaster Kopi Magelang," ujarnya kepada TIMES Indonesia, Rabu (24/9/2025).
Berkat pengalaman, pengetahuan dan dukungan dari temannya itulah, kualitas kopi yang ia hasilkan bisa terus terjaga.
Slamet menuturkan, jenis olahan yang paling digemari konsumen adalah proses natural, meski varian fullwash, honey, dan wine juga memiliki cukup banyak penikmat.
Karena kualitas yang tetap terjaga, pemasaran produknya pun kian meluas, bukan hanya pasar lokal, namun hingga ke mancanegara, Malaysia.
Dalam memasarkan produknya, Slamet mengandalkan strategi digital. Ia aktif memanfaatkan media sosial seperti, WhatsApp, Facebook, Instagram, hingga marketplace Tokopedia.
“Kami ingin kopi arabika Magelang semakin dikenal luas, baik di dalam negeri maupun luar negeri,” ucapnya.
“Kesukaan para pelanggan memang berbeda -beda, justru kendala kami saat ini bukan pada pemasaran, melainkan jumlah produksi yang masih belum mampu memenuhi permintaan pasar,” lanjut Slamet.
Ia menyebut, tantangan utama dalam membudidayakan kopi adalah serangan hama, terutama penyakit rebah batang dan jamur.
Pelanggan kopi Slamet Prehatin yang berada di Malaysia. (Dok: Slamet Prehatin For TIMES Indonesia)
Meski demikian, hal itu tidak menyurutkan langkah Slamet. Berkat semangat dan kerja kerasnya, ia juga mendapatkan dukungan dari pemerintah melalui program TKM Mandiri Kementerian Tenaga Kerja, yang memberikan bantuan senilai Rp20 juta.
Dengan semangatnya inilah, lelaki yang juga berprofesi sebagai seorang guru, telah berhasil menginspirasi banyak pelaku UMKM kopi di Indonesia.
Kiprah dan kepiawaiannya dalam mengatur waktu, menunjukkan bahwa dengan ketekunan dan strategi yang tepat, kopi lokal bisa memiliki daya saing global. (*)
Pewarta | : Hermanto |
Editor | : Ronny Wicaksono |
Hari Tani Nasional 2025, Husen akan Kawal Aspirasi Pejuang Air Penopang Lumbung Pangan
Membangun Pendidikan melalui Desa dan Kota
Menpora Cabut Permenpora Nomor 14 Tahun 2024, Ini Komentar Ketua KONI Kota Tasikmalaya
BEM PTNU Se-Nusantara Tegas Tolak Anarkisme Gerakan Mahasiswa
Dana PBB-P2 Diduga Digelapkan, Warga Temuasri Banyuwangi Tuntut Pertanggungjawaban Pemdes
Livoli Divisi Utama 2025, Setelah Gagal di laga Pertama Ganevo Yogya Kalahkan Pasundan
Ajak Kembali ke Alam, Utama Spice Gelar "Reconnect with Nature" di Kul Kul Farm
Eddy Soeparno: Pidato Prabowo di PBB Tegaskan Peran Indonesia sebagai Motor Perdamaian Dunia
Wali Kota Banjar Janji Fasilitasi Bantuan untuk Rumah Tak Layak Huni Rudi
Komisi C DPRD Sidoarjo Sidak Proyek Alun-alun Rp24,6 Miliar, Temukan Deviasi 2 Persen