Ekonomi
TIMESINDONESIA, PACITAN – Nama “Pak Mamat” mungkin terdengar seperti nama orang biasa. Namun, di Pacitan, nama itu punya makna istimewa, yakni Paket Maksimal Tapi Hemat, sebuah program wisata bergaransi pertama di kota berjuluk Kota Seribu Goa ini.
Program yang digagas oleh Muhammad Rofiqin (50) ini hadir dengan konsep layanan wisata terpadu, lengkap, dan fleksibel dalam sistem pembayarannya, sesuatu yang jarang ditawarkan biro perjalanan lain.
“Kami melayani semua kebutuhan wisatawan yang datang ke Pacitan: hotel, tiket wisata, konsumsi, pemandu, dan lain-lain. Apa pun kebutuhan wisata, kami siap layani,” ujar Rofiqin saat ditemui di Pacitan, Minggu (12/10/2025).
Yang membuat program ini berbeda adalah sistem garansi layanan. Pembayaran dilakukan dengan uang muka 50 persen, dan pelunasan dibayar setelah kegiatan selesai. Jika ada layanan yang tidak sesuai harapan, pelanggan berhak mendapat potongan sesuai tingkat ketidakpuasan mereka.
“Kami ingin wisatawan merasa aman. Kalau tidak puas, bisa dikurangi sesuai penilaian mereka,” tegas Rofiqin.
Tiga Paket, Satu Tujuan: Wisata Nyaman dan Terjangkau
Program Pak Mamat menawarkan tiga pilihan utama: Marem, Manteb, dan Maksimal, yang disesuaikan dengan kebutuhan serta anggaran wisatawan.
Paket Marem berisi layanan dasar seperti makan dan kunjungan destinasi wisata. Sementara paket Manteb menawarkan pengalaman lebih lengkap dengan tambahan layanan kuliner tradisional dan jajanan jadul khas Pacitan.
Adapun paket Maksimal memberikan fasilitas terbaik, termasuk hotel premium, souvenir eksklusif, dan pemandu wisata lokal dengan rasio satu pemandu untuk 30 tamu.
“Kami ingin wisatawan menikmati pengalaman terbaik, tapi tetap hemat,” jelas Rofiqin.
Dorong Ekonomi dan Lapangan Kerja Masyarakat Pacitan
Sejak diluncurkan pada 10 Oktober 2025, program Pak Mamat mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Tak hanya menjadi solusi wisata, inisiatif ini juga membuka peluang kerja bagi warga lokal — mulai dari pemuda, mahasiswa, hingga pensiunan.
“Yang banyak justru dari kalangan pensiunan. Mereka punya waktu dan pengalaman melayani wisatawan,” ungkap Rofiqin.
Minat wisatawan juga terus meningkat. Dalam waktu dekat, rombongan wisata dari Sukoharjo, Pasuruan, dan Yogyakarta dijadwalkan berkunjung ke Pacitan dengan total lebih dari 150 peserta.
Menarik Wisatawan Masuk
Berbeda dengan biro perjalanan lain yang membawa warga Pacitan berwisata ke luar daerah, Pak Mamat justru berfokus menarik wisatawan dari luar kota datang ke Pacitan.
“Kami ingin membawa uang orang luar ke Pacitan. Jadi, wisata ini harus memberi manfaat langsung bagi masyarakat lokal,” ujar Rofiqin.
Seluruh tenaga kerja yang terlibat dalam program ini merupakan warga lokal yang telah dilatih agar memiliki kompetensi dan profesionalisme di bidang pariwisata.
Bagi Rofiqin, pariwisata bukan hanya soal pendapatan daerah, tapi juga tentang efek domino ekonomi yang ditimbulkan.
“Kalau wisatawan datang, tiketnya mungkin cuma Rp10–50 ribu, tapi mereka bisa belanja sampai Rp200 ribu. Itu yang menggerakkan ekonomi,” jelasnya.
Ia juga mengajak seluruh warga Pacitan, termasuk perantau, untuk ikut mempromosikan keindahan alam dan potensi daerahnya.
“Kalau wisata Pacitan sepi, jangan hanya menyalahkan pemerintah. Semua warga punya tanggung jawab mempromosikan daerahnya,” pesannya.
Dengan semangat “From Hore to Hero”, Rofiqin berharap wisatawan yang datang tidak hanya bersenang-senang, tetapi juga menjadi pahlawan bagi perekonomian lokal.
“Siapa pun yang datang dan berwisata di Pacitan, mereka adalah pahlawan—heronya ekonomi masyarakat Pacitan,” pungkasnya. (*)
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |