PCNU Kota Malang dan UIN Maliki Bergerak Pulihkan Mental Santri Korban Tragedi Al Khoziny

TIMESINDONESIA, MALANG – Dari reruntuhan itu, bukan hanya tembok yang jatuh. Semangat belajar para santri juga ikut roboh. Tapi di Malang, keluarga besar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) dan Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang tak tinggal diam.
Mereka bergerak. Bukan membawa batu atau semen, tapi membawa harapan. Harapan untuk membangun kembali mental para santri Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, yang sempat terguncang karena bencana itu.
Advertisement
Dari Malang untuk Sidoarjo
Ada 11 santri asal Kota Malang yang saat kejadian berada di lokasi tragedi. Beberapa masih menyimpan trauma yang dalam, satu di antaranya bahkan mengalami luka fisik.
Kini, mereka menjadi fokus utama kegiatan trauma healing dan mental recovery yang digelar PCNU, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Iklim (LPBI) PCNU Kota Malang bekerja sama dengan tim konselor dari UIN Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang.
Konseling digelar di salah satu Mushala di Kedungkandang, Kota Malang, Jatim, Sabtu, 11 Oktober 2025.
Kegiatan ini bukan sekadar pendampingan psikologis biasa. Tapi sebuah ikhtiar bersama untuk mengembalikan santri pada semangatnya.
Dr. KH Israqunnajah, Ketua PCNU Kota Malang menyampaikan, trauma itu tak terlihat, tapi membekas dalam. "Santri-santri kita bukan hanya kehilangan tempat belajar, tapi juga rasa aman. Maka tugas kita sekarang mengembalikan rasa itu,” ujarnya.
Gerakan Bersama Keluarga Besar NU
Program pemulihan ini diinisiasi LPBI NU Kota Malang bersama berbagai lembaga di lingkungan NU, dengan dukungan penuh dari UIN Maliki. Kolaborasi ini menjadi wujud nyata kepedulian dunia pendidikan dan keagamaan terhadap bencana yang menimpa keluarga besar pesantren.
Ketua LPBI PCNU Kota Malang, Chilmi Wildan, menjelaskan bahwa tim trauma healing telah diterjunkan sejak awal Oktober.
“Kami hadir untuk mendampingi para santri yang masih mengalami gangguan psikologis pascakejadian. Mereka butuh ruang aman untuk bercerita, menangis, dan perlahan menemukan ketenangan,” katanya.
Selain santri, para wali santri juga mendapat sesi khusus konseling. “Kami paham, trauma tidak hanya menimpa korban langsung. Orang tua pun ikut terguncang. Mereka perlu dibimbing agar bisa mendampingi anak-anaknya dengan sabar dan benar,” tambahnya.
UIN Maliki: Dari Kampus untuk Kemanusiaan
Keterlibatan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang memberi warna tersendiri. Para dosen dan mahasiswa psikologi diterjunkan langsung ke lapangan. Mereka mendengarkan cerita, memberi terapi sederhana, hingga mengajak santri bermain edukatif untuk mengembalikan semangat belajar.
“Ini bagian dari tridarma perguruan tinggi, pengabdian masyarakat. Kami ingin menunjukkan bahwa ilmu psikologi Islam bukan hanya untuk teori di kelas, tapi juga untuk menyembuhkan,” ujar Dr Mahfur, salah satu konselor UIN Maliki.
Menurut Mahfur, program trauma healing ini dilakukan dengan metode pendekatan keagamaan dan edukatif. Santri diajak berdzikir bersama, menulis harapan, hingga bercerita tentang mimpi mereka ke depan.
“Tujuannya satu: mengembalikan mental belajar mereka agar siap kembali ke pondok, melanjutkan cita-cita yang sempat tertunda,” ujar Mahfur yang juga wakil ketua PCNU Kota Malang ini.
Bagi NU Kota Malang, kegiatan ini bukan seremonial, tapi panggilan hati. “Kita ingin santri kembali tersenyum, kembali mengaji, kembali percaya bahwa hidup selalu punya harapan,” tambahnya.
Dari Malang, gerakan kecil ini menyebar seperti lingkaran air di telaga. Mungkin tak bisa menghapus trauma seketika, tapi cukup untuk menyalakan kembali semangat para santri yang sempat padam.
Karena bagi NU, bencana bukan akhir perjuangan. Namun awal dari pengabdian yang lebih dalam.
Dari reruntuhan Al-Khoziny, lahirlah kekuatan baru: santri yang belajar lagi, dengan hati yang sembuh. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Bayhaqi Kadmi |
Publisher | : Rifky Rezfany |