TIMESINDONESIA, JAKARTA – Psikolog Klinis lulusan Universitas Indonesia (UI) A. Kasandra Putranto mengatakan bahwa kelelahan bekerja (burnout) adalah kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental akibat stres kronis di tempat kerja.
"Burnout terjadi ketika tuntutan pekerjaan tinggi tidak diimbangi dengan sumber daya yang memadai," kata Kasandra di Jakarta, Kamis (31/7/2025).
Mengutip Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di tahun 2019, keadaan burnout diklasifikasikan sebagai sindrom yang muncul akibat stres kerja yang tidak terkelola dengan baik.
Cirinya pun terbagi menjadi tiga yakni burnout secara fisik yang ditandai dengan adanya rasa kelelahan terus menerus, penderitanya mengalami gangguan tidur dan mudah sakit.
Burnout secara psikologis membuat penderitanya merasa kehilangan motivasi, merasa tidak dihargai dan mudah marah. Sedangkan burnout perilaku kerja ditandai dengan adanya penurunan produktivitas, sinisme terhadap pekerjaan dan sering absen.
Kasandra mengatakan bahwa ada beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Langkah pertama yakni melakukan identifikasi dini melalui peningkatan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental, melakukan pemeriksaan psikologis secara berkala dan melakukan deteksi dini atas gejala stres dan burnout.
Langkah kedua berkaitan dengan manajemen waktu dan beban kerja. Tetapkan batas waktu kerja yang jelas, hindari multitasking berlebihan dan prioritaskan tugas penting.
Di samping itu, kembangkan diri dan kompetensi dengan mengikuti pelatihan untuk meningkatkan rasa percaya diri dan efektivitas. Carilah tantangan kerja yang sesuai dengan kapasitas pribadi.
Jangan lupa untuk membangun dukungan sosial melalui komunikasi yang sehat dengan rekan kerja dan atasan, serta terlibat dalam komunitas atau kelompok kerja yang positif.
"Penting juga untuk menyeimbangkan hidup dan kerja atau yang biasa kita sebut work-life balance. Sisihkan waktu untuk kegiatan pribadi dan keluarga, lakukan aktivitas relaksasi baik olahraga, hobi dan meditasi," katanya.
Kasandra juga menekankan pentingnya untuk mendorong lingkungan kerja menjadi kondusif dan terbuka terhadap keluhan karyawan.
Lebih lanjut, dia memberikan strategi untuk mengatasi rasa burnout melalui istirahat yang cukup dan memberikan jeda pada waktu kerja.
"Ambillah cuti bila diperlukan untuk pemulihan mental dan fisik," saran dia.
Bagi pihak yang memerlukan konsultasi bersama psikolog atau konselor dapat menghubungi pihak terkait untuk mengelola stres secara profesional, dan mendapatkan terapi seperti mindfulness, Cognitive Behavioral Therapy (CBT), Behavior Activation, dan penanganan lain yang efektif dalam menangani burnout.
Jika dirasa belum cukup, penderita burnout dapat mengevaluasi tujuan berkarir. Lakukanlah tinjauan kembali terhadap tujuan dan nilai pribadi dalam pekerjaan.
Pertimbangkan perubahan peran jika pekerjaan saat ini tidak lagi sejalan dengan kepuasan diri. Jika ada hal yang mengganjal, sampaikan adanya beban kerja yang berlebihan secara asertif kepada atasan sambil mendiskusikan alternatif pembagian tugas atau fleksibilitas kerja. (*)
Pewarta | : Antara |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Eks Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong Ditunjuk sebagai Pelatih Baru Uslan HD
Steven Knight Janjikan Kisah James Bond Lebih Berani
Rojali, Mal dan Etika Konsumsi Belanja Urban
Menjadi Pemimpin dalam Keberagaman
KAI Daop 8 Surabaya Permudah Pembatalan Tiket Terdampak KA Anjlok
Ketakutan Negara pada Simbol One Piece Saat Bumi Menjerit
Fenomena Bendera One Piece, Wamendagri: Enggak Masalah
Ahmad Tomi Wijaya Resmi Pimpin Halaqoh BEM Pesantren se-Indonesia 2025-2027
Pekan ASI Sedunia, RS Premier Surabaya Luruskan Miskonsepsi Susu Formula
Bupati Pangandaran Letakkan Batu Pertama Cath Lab, RSUD Pandega Siap Jadi Rujukan KJSU KIA