TIMESINDONESIA, JAKARTA – Konsumsi makanan ultra-proses (ultra-processed foods/UPF) kembali menjadi sorotan setelah sebuah studi terbaru mengungkap dampak buruknya bagi kesehatan pria, khususnya sistem reproduksi dan kualitas sperma.
Dikutip dari Healthline, Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Cell Metabolism pada 28 Agustus 2025 itu menemukan bahwa pola makan tinggi makanan ultra-proses dapat menurunkan kualitas sperma, menambah berat badan, serta meningkatkan kadar kolesterol.
Bahkan, risiko gangguan ini tetap muncul meski jumlah kalori yang dikonsumsi sama dengan diet berbahan makanan segar.
“Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi makanan ultra-proses berbahaya bagi kesehatan metabolik dan reproduksi, terlepas dari jumlah kalori yang dikonsumsi,” tulis tim peneliti.
Dampak pada Hormon dan Sperma
Dalam studi tersebut, 43 pria berusia 20–35 tahun diminta menjalani dua pola makan berbeda: diet berbahan segar dan diet berbahan ultra-proses, masing-masing selama tiga minggu dengan jeda tiga bulan.
Hasilnya, mereka yang mengonsumsi makanan ultra-proses mengalami peningkatan senyawa phthalate cxMINP—zat kimia dalam plastik yang diketahui mengganggu sistem hormon.
Selain itu, kadar testosteron dan hormon perangsang folikel (FSH) yang berperan penting dalam produksi sperma juga menurun. Peneliti menduga sebagian zat pengganggu hormon ini berasal dari kemasan plastik makanan ultra-proses.
Fenomena ini dinilai sejalan dengan tren penurunan jumlah sperma global hingga 60 persen sejak 1970-an, periode ketika konsumsi makanan ultra-proses mulai meningkat pesat.
Ahli Peringatkan Risiko
Philip Werthman, ahli urologi sekaligus Direktur Center for Male Reproductive Medicine and Vasectomy Reversal di Los Angeles, menegaskan bahwa kualitas makanan lebih penting daripada sekadar jumlah kalori.
“Bukan soal berapa banyak kalori yang Anda makan, tapi jenis kalorinya. Itulah yang memengaruhi kesehatan,” ujarnya kepada Healthline.
Sementara itu, Kristin Kirkpatrick, pakar gizi dari Cleveland Clinic, menilai hasil penelitian ini sebagai peringatan keras. “Bahkan pria sehat tetap berisiko mengalami gangguan hormon bila terlalu banyak mengonsumsi makanan ultra-proses,” katanya.
Para ahli juga menekankan bahwa kesehatan reproduksi sangat terkait dengan kondisi tubuh secara keseluruhan. Kenaikan berat badan, diabetes tipe 2, hingga kolesterol tinggi dapat memperburuk kualitas sperma.
Meski begitu, Michael Eisenberg, profesor urologi dari Stanford University, mengingatkan agar hasil penelitian ini ditafsirkan dengan hati-hati.
“Memang ada kecenderungan penurunan kualitas semen, namun intervensi penelitian hanya berlangsung tiga minggu, sedangkan siklus produksi sperma membutuhkan waktu dua hingga tiga bulan,” jelasnya. (*)
Pewarta | : Wahyu Nurdiyanto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Haaland Borong Dua Gol, Manchester City Libas Manchester United 3-0
Umbulan Tanaka, Pesona Wisata Air Terjun Bernuansa Jepang di Malang Selatan
BBQ Buffet Sentuhan Lokal dan Internasional Hadir di Fairfield by Marriott Bali Legian
Where to Find Whoosh in Indonesian Train Stations
Jelajah Sejarah Penuh Makna: Heritage Photowalk Surabaya Gabungkan Budaya dan Kemanusiaan
Makanan Ultra-Proses Bisa Turunkan Kualitas Sperma Pria
Kreasi Membanggakan Anak Bangsa: PPITurki.store Capai 400 Konsumen dalam Sepekan
Kelezatan Kuliner Melayu, Mie Lendir Khas Kepulauan Riau Hadir di Kota Malang
Aspirasi Berujung Jeruji
Livoli Divisi Utama 2025, LavAni Juara Putaran Reguler Pertama