TIMESINDONESIA, JAKARTA – “Tidur nyenyak dan hati tenang ternyata dimulai dari usus yang sehat.”
Tahukah Anda bahwa lebih dari 95% serotonin dalam tubuh kita tidak dibuat di otak, melainkan di usus?
Serotonin, yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan, berperan penting dalam mengatur suasana hati, rasa nyaman, dan bahkan siklus tidur.
Di dalam dinding usus, terdapat jutaan sel khusus bernama enterochromaffin cells. Sel inilah yang memproduksi serotonin dari asam amino triptofan — bahan baku yang berasal dari makanan seperti kacang, tempe, pisang, dan susu.
Namun sel-sel ini tidak bekerja sendiri. Mereka sangat bergantung pada keberadaan mikrobiota usus yang sehat, atau kondisi yang disebut gut eubiosis.
Gut eubiosis menggambarkan keadaan seimbang antara mikroba “baik” dan “jahat” di usus.
Ketika bakteri baik seperti Lactobacillus, Bifidobacterium, dan Rhodopseudomonas mendominasi, usus menghasilkan banyak asam lemak rantai pendek (SCFA) dan senyawa indole yang mampu mengaktifkan gen enzim TPH1 (tryptophan hydroxylase-1).
Enzim TPH1 inilah yang mengubah triptofan menjadi 5-hydroxytryptophan (5-HTP) — langkah awal pembentukan serotonin.
Jadi, semakin sehat mikrobiota usus Anda, semakin aktif jalur pembentukan serotonin berjalan.
Ketika malam tiba dan cahaya meredup, serotonin hasil produksi usus dan otak akan diubah menjadi melatonin di kelenjar pineal.
Melatonin inilah hormon yang memberi sinyal kepada tubuh bahwa sudah waktunya beristirahat.
Produksinya diatur oleh dua enzim kunci:
• AANAT (arylalkylamine N-acetyltransferase) – mengubah serotonin menjadi N-acetylserotonin.
• HIOMT (hydroxyindole-O-methyltransferase) – mengubah N-acetylserotonin menjadi melatonin.
Hasil akhirnya adalah tidur yang lebih dalam, mood yang lebih stabil, dan regenerasi jaringan mukosa yang lebih optimal.
Sebaliknya, jika usus dalam kondisi dysbiosis — misalnya akibat stres, pola makan buruk, atau antibiotik berlebihan — maka:
• Triptofan banyak dialihkan ke jalur kynurenine (jalur inflamasi), bukan serotonin.
• Produksi serotonin dan melatonin menurun.
• Akibatnya: gangguan tidur, mudah cemas, depresi ringan, hingga sindrom iritasi usus (IBS).
Kondisi ini menjelaskan mengapa peradangan usus kronis sering berkaitan dengan gangguan suasana hati dan gangguan tidur.
Untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem mikroba usus, beberapa langkah ilmiah dan mudah dilakukan adalah:
“Healthy gut, healthy mind, and restful sleep.”
Gut eubiosis bukan hanya soal pencernaan — tapi fondasi bagi kesehatan otak, emosi, dan pola tidur.
Dengan menjaga keseimbangan mikrobiota, kita membantu tubuh memproduksi serotonin dan melatonin secara alami, tanpa harus bergantung pada obat tidur atau antidepresan.
*) Oleh: apt. Ge Recta Geson, S.Si, M.Farm.Klin.
| Pewarta | : Ge Recta Geson |
| Editor | : Dhina Chahyanti |
Pemerintah Ubah Skema Pembiayaan Kopdes Merah Putih untuk Percepat Pembangunan 80 Ribu Koperasi
Polisi Selidiki Ledakan di SMAN 72 Jakarta Utara, 54 Orang Luka-Luka
Soeharto, Kepahlawanan yang Diperdebatkan
Semarak Hari Pahlawan 10 November 2025 Bandara Dhoho Kediri Tandai Penerbangan Perdana Super Air Jet
20 Ribu Warga Kota Malang Terima BLTS Rp900 Ribu, Pencairan Melalui Bank Himbara
Bupati Nanik Sumantri Lantik Welly Kristanto Jadi Sekda Definitif Magetan, Rotasi Pejabat Eselon II Segera Menyusul
Katanya Sudah Fiber Optic, Kok Pas Hujan Internet Tetap Ngadat?
Polres Sumba Timur Sita 530 Botol Miras Pinaraci dalam Operasi Rutin
China Menambah Satu Lagi Kapal Induk Fujian, AS dan Sekutunya Ketar-ketir
3 Peralatan Dapur Modern untuk Gaya Hidup Praktis