TIMESINDONESIA, TANGERANG – Setiap pagi, sebelum bel masuk berbunyi, saya sering memperhatikan anak-anak datang ke sekolah dengan tangan masih menggenggam ponsel. Ada yang sedang menonton video pendek, ada yang sibuk bermain gim, ada pula yang sibuk memotret diri dengan berbagai pose.
Di usia yang seharusnya penuh tawa polos dan rasa ingin tahu, sebagian dari mereka sudah begitu akrab dengan dunia digital dunia yang ramai, cepat, dan sering kali bising oleh banjir informasi.
Di era digital, pengetahuan memang mudah diakses. Namun, pengetahuan tanpa karakter ibarat kapal tanpa kompas berlayar cepat, tapi tak tahu arah. Anak-anak kita kini hidup di tengah limpahan informasi, tapi justru sering kehausan makna. Mereka tahu banyak hal, tapi belum tentu memahami mana yang benar, mana yang baik.
Pendidikan karakter menjadi penting, bukan karena dunia makin modern, tapi karena dunia makin kehilangan empati. Kita bisa mencetak anak-anak yang pandai berhitung, menulis kode, atau membuat konten viral, tapi tanpa budi pekerti, semua itu tak berarti.
Sering kali, kita menyalahkan teknologi sebagai biang keladi. Padahal, yang perlu diwaspadai bukan teknologinya, melainkan bagaimana kita memperlakukannya. Gawai, internet, dan media sosial hanyalah alat. Jika dibimbing dengan benar, mereka bisa menjadi jembatan belajar yang luar biasa.
Kuncinya ada pada pendampingan. Anak-anak perlu diajarkan digital wisdom kebijaksanaan dalam dunia digital. Mereka perlu tahu bahwa di balik layar ada nilai, di balik komentar ada perasaan, dan di balik setiap klik ada tanggung jawab.
Pendidikan karakter tak bisa berdiri di satu kaki. Sekolah dan rumah harus berjalan seirama. Guru bisa mengajarkan disiplin, kerja sama, dan empati di kelas, tetapi nilai-nilai itu akan tumbuh kokoh hanya jika diperkuat di rumah.
Orang tua pun perlu hadir, bukan sekadar sebagai pengatur screen time, tapi sebagai teman berbicara dan pendengar yang tulus. Anak-anak perlu tahu bahwa perhatian orang tua lebih berharga daripada notifikasi dari ponsel mereka.
Saya percaya, mengajar di era digital bukan soal seberapa canggih metode yang kita pakai, tetapi seberapa dalam kita bisa menyentuh hati peserta didik. Teknologi boleh mengambil alih banyak hal, tapi tidak akan pernah menggantikan peran guru yang tulus dan menginspirasi.
Anak-anak akan lupa pada rumus, tetapi mereka tidak akan lupa pada guru yang sabar, pada senyum yang menenangkan, pada nasihat yang menguatkan. Di tengah banjir informasi, ketulusan guru adalah jangkar yang menahan mereka agar tidak hanyut.
Pendidikan karakter adalah tentang menyalakan cahaya, bukan sekadar memadamkan gelap. Kita tidak bisa menutup akses anak-anak pada dunia digital, tapi kita bisa membekali mereka dengan hati yang kuat dan nurani yang terang.
Sebagai guru, tugas kita bukan sekadar memastikan mereka lulus ujian, tapi agar mereka lulus dalam kehidupan. Di dunia yang terus berubah ini, mari kita ajarkan anak-anak bukan hanya cara berpikir, tetapi juga cara menjadi manusia yang menghargai, memahami, dan berempati. (*)
***
*) Oleh : Umi Haniah, S.Pd., M.Pd, Guru SDN Sudimara 5, Ciledug, Kota Tangerang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: opini@timesindonesia.co.id
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
| Editor | : Hainorrahman |
Pemkot Surabaya Kucurkan Dana Rp5 Juta per RW untuk Dukung Kreativitas Anak Muda
Dari Papan Reklame ke Caption Media Digital
Ledakan di Masjid SMAN 72 Jakarta, 8 Orang Luka-Luka
PPI Turki: 3 Mahasiswa Indonesia Raih Prestasi di Ajang Internasional YTB
SPPG Dodik Bela Negara Rindam V/Brawijaya Siap Layani Ribuan Pelajar
UIN Malang Siap Sambut Ratusan Kiai hingga Presiden dalam Halaqah Akbar 2025
Pemkab Sumba Timur Angkat Bicara Soal Antrean Panjang di Sejumlah SPBU Kota Waingapu
Single Anyar 'Ego' dari Padi Reborn Sudah Bisa Dinikmati di Berbagai Platform Musik
BBPP Ketindan Gelar Forum Konsultasi Publik: Wujudkan Pelayanan yang Inklusif, Informatif, dan Inovatif
Iko Uwais Debut Sutradara untuk Film Timur