TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Denting bola yang beradu, sorak sorai semangat, dan tawa lepas anak-anak memeriahkan Kamp Olahraga Adaptif di Banyuwangi. Selama dua hari, dari 11 hingga 12 Agustus 2025, kamp yang digagas oleh Perkins International bekerja sama dengan PAVIC Filipina ini menjadi wadah bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk menembus batasan dan merayakan inklusi.
Kegiatan yang digeber di Gor Tawangalun, Banyuwangi ini, mengusung tema ‘Olahraga Tanpa Batas/Sport Without Limits’. Tujuannya tak lain untuk memastikan setiap anak, tanpa terkecuali, mendapatkan haknya untuk berolahraga.
Bukan sekadar bermain, mereka diajak mengenal beragam cabang olahraga yang telah disesuaikan, seperti Bocce, Goal Ball, Soccer Ball, serta berbagai cabang atletik. Adaptasi ini menjadi kunci agar setiap anak dapat berpartisipasi sesuai dengan kebutuhan unik mereka.
Menurut Project Manager Perkins di Indonesia, Tuti Hendrawati, kamp ini adalah perayaan inklusi dan kekuatan. Ia menegaskan bahwa olahraga bukanlah sebuah keistimewaan, melainkan hak setiap anak untuk bergerak, bermain, dan menjadi bagian dari sebuah tim.
"Anak-anak ini juga pantas merasakan hal yang sama. Tugas kitalah untuk memberi mereka kesempatan itu," ujar Tuti, Selasa (12/8/2025).
Dia menjelaskan bahwa olahraga adaptif tidak hanya memberikan manfaat fisik seperti meningkatkan kekuatan dan koordinasi, tetapi juga manfaat emosional yang jauh lebih penting, seperti meningkatkan kepercayaan diri dan rasa memiliki.
Selama ini, masih Tuti, anak-anak berkebutuhan khusus seringkali terpinggirkan dalam kegiatan fisik, diremehkan, atau bahkan terlalu dilindungi. Padahal, mereka memiliki potensi luar biasa yang seringkali tidak terlihat.
"Biarkan mereka belajar mengambil risiko, memimpin, percaya pada tim, dan berani mencoba lagi. Beri mereka ruang untuk tumbuh, karena dari situlah kepercayaan diri sejati akan muncul," tambahnya.
Untuk memperkuat pesan ini, kamp tidak hanya melibatkan siswa, tapi juga para guru dan orang tua. Peserta datang dari berbagai sekolah luar biasa, termasuk SLB Negeri Banyuwangi, SLB Negeri Tamanagung, SLB PGRI Jajag, SLB Matahati, dan bahkan SLB Negeri Panggungsari dari Kabupaten Trenggalek.
Kehadiran Dr. Lauren Lieberman dari State University of New York dan Mr. Roden, Vice President PAVIC Filipina, sebagai mentor, menjadi bukti keseriusan kegiatan ini. Mereka memberikan bimbingan langsung agar olahraga adaptif dapat diterapkan secara berkelanjutan di sekolah.
Tuti berharap, model pendidikan ini bisa menjadi agenda rutin di sekolah. "Bila perlu, ke depannya bisa dibuat kompetisi antar siswa supaya lebih menarik," katanya.
Harapan ini disambut baik oleh Muhammad Jaenudin, Pengawas Satkordik Cabdindik Jatim Banyuwangi. Dia mengapresiasi inisiatif Perkins dan menyatakan dukungannya penuh.
"Kami akan mendukung kegiatan ini untuk diterapkan di SLB-SLB yang ada di Banyuwangi," ungkapnya.
Kegiatan ini juga memberikan dampak langsung bagi para guru. Nurhadi Windoyo, Guru SLBN Banyuwangi, yang merupakan tunanetra, merasa terbantu. Menurutnya, materi-materi yang didapatkan sangat membantu dan mudah untuk dipahami.
“Semoga kegiatan seperti ini tidak hanya digelar sekali, tapi harus berkelanjutan agar pola penerapannya dapat diaplikasikan disekolah-sekolah,” imbuhnya. (*)
Pewarta | : Fazar Dimas Priyatna |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
TKA Menuju Mobilitas Sosial Inklusif
Cegah Korupsi di Pacitan, Direktur Monitoring KPK RI Ingatkan Pejabat Jaga Integritas
Demo Akbar Guncang Pati, 100 Ribu Warga Turun ke Jalan
Menag Hadir di JATMA, Prof Amin Aziz: Sudah Tepat, Sesuai Prinsip Manajerial dan Kepemimpinan
Cara Membuat Infografis Analisis SWOT Profesional di Canva
Warga Bangun Jembatan Bambu Secara Swadaya, Begini Kata BSBK Bondowoso
Diserbu Warga, 2 Ton Beras Ludes dalam 30 Menit di Pemalang
Menteri Imipas Sebut Riza Chalid Berada di Kuala Lumpur
Cegah Toxic Relationship di Kalangan Remaja, Tim UM Buat Permainan Edukatif
OJK Jabar Catat Kinerja Industri Jasa Keuangan Tetap Positif Meski Pertumbuhan Melambat