TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao, tak kuasa menahan air mata saat negaranya resmi diterima sebagai anggota ke-11 ASEAN. Momen bersejarah itu disahkan dalam pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-47 ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (27/10/2025).
Keputusan tersebut dituangkan dalam penandatanganan “Deklarasi Penerimaan Timor Leste ke dalam ASEAN” oleh seluruh pemimpin negara anggota, termasuk Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.
“Melihat ASEAN sebagai sebuah kawasan, kami berpandangan bahwa dengan bergabung bersama ASEAN, banyak isu dan suara kami bisa didengar. Kalau kami sendiri, orang akan bertanya, siapa kami, negara kecil,” ujar Xanana dengan suara bergetar.
Ia mengenang perjalanan panjang negaranya sejak mengajukan diri menjadi anggota ASEAN pada 2011. “Kami tidak akan sampai ke titik ini tanpa bantuan saudara-saudara kami di ASEAN — dalam semangat unity in diversity, persatuan dalam keberagaman,” katanya.
Bergabungnya Timor Leste menandai babak baru bagi Asia Tenggara. Perluasan keanggotaan ini menjadi salah satu agenda utama KTT ke-47 ASEAN yang digelar pada 26–28 Oktober 2025, dengan tema “Forging a Resilient and Inclusive Future Together” — membentuk masa depan yang tangguh dan inklusif bersama.
Di tengah upaya memperkuat komunitas kawasan, KTT kali ini juga menjadi saksi berakhirnya konflik lama antara dua anggota ASEAN, Thailand dan Kamboja. Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menandatangani perjanjian damai perbatasan di hadapan Ketua ASEAN, PM Malaysia Anwar Ibrahim, serta disaksikan langsung oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Meski negaranya sedang berduka atas wafatnya Ibu Suri Sirikit, PM Anutin tetap terbang ke Kuala Lumpur demi menandatangani kesepakatan tersebut. Berdasarkan perjanjian itu, seluruh tawanan perang akan dibebaskan dan pengamat ASEAN akan ditempatkan untuk memastikan perdamaian berjalan.
Trump, yang turut hadir sebagai mitra dialog, menyebut perjanjian itu sebagai “pembelajaran berharga bagi Timur Tengah, khususnya Gaza.”
Selain agenda perdamaian dan keanggotaan baru, para pemimpin ASEAN juga bertemu dengan mitra strategis seperti Amerika Serikat, Jepang, India, dan Korea Selatan.
Dalam KTT ASEAN–AS, Presiden Prabowo Subianto menegaskan pentingnya menjaga kawasan Indo-Pasifik yang damai, terbuka, dan sejahtera.
“Amerika Serikat telah lama, dan harus terus, menjadi mitra pertumbuhan serta mitra perdamaian di Indo-Pasifik,” kata Prabowo. Ia menekankan bahwa keterlibatan AS telah membantu memperkuat integrasi ekonomi dan konektivitas ASEAN.
Sementara dalam KTT ASEAN–Jepang, Prabowo menyebut kemitraan dengan Tokyo sebagai “jangkar kokoh bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan.” Ia mengapresiasi dukungan Jepang terhadap sentralitas ASEAN di tengah ketegangan global.
“Di dunia yang penuh ketidakpastian, kerja sama kita tetap menjadi jangkar yang kokoh bagi perdamaian dan stabilitas,” ujarnya.
Di sisi lain, dalam KTT ASEAN–India, Perdana Menteri Narendra Modi bersama para pemimpin ASEAN menetapkan tahun 2026 sebagai Tahun Kerja Sama Maritim ASEAN–India.
“Abad ke-21 adalah abad kita — abad India dan ASEAN,” tegas Modi, menyoroti kerja sama di bidang keamanan maritim, ekonomi biru, dan bantuan kemanusiaan.
Dalam sesi pleno KTT, Presiden Prabowo kembali menyerukan pentingnya persatuan dan sentralitas ASEAN sebagai pondasi utama menjaga stabilitas kawasan.
“Menghadapi ketidakpastian global, mari kita memimpin dengan tujuan. Bukan hanya untuk kawasan kita, tetapi untuk dunia yang lebih stabil, adil, dan inklusif,” ujar Prabowo.
Menurutnya, di tengah rivalitas geopolitik yang semakin tajam, ASEAN harus memperkuat koordinasi ekonomi, integrasi regional, dan transformasi digital agar tetap tangguh menghadapi guncangan global.
Pada Sesi Retret KTT, Prabowo mengingatkan bahwa kekuatan ASEAN justru terletak pada kemampuannya menjaga solidaritas di tengah perbedaan.
“Dunia saat ini terpecah belah. Persaingan semakin tajam, kepercayaan memudar. Dalam situasi seperti ini, ASEAN harus tetap bersatu. Tanpa persatuan dan sentralitas, kita berisiko dipecah belah oleh kekuatan yang lebih besar,” tegasnya.
Bagi Prabowo, semangat ASEAN adalah dialog, kesabaran, dan saling menghormati. “Itulah cara ASEAN bertahan dan tumbuh,” katanya.
Dari penyambutan Timor Leste hingga perjanjian damai Thailand–Kamboja, pesan persatuan menggema kuat dari Kuala Lumpur. ASEAN bukan hanya berbicara tentang ekonomi dan kerja sama, tetapi juga tentang tekad untuk menjadikan Asia Tenggara kawasan yang damai dan berdaulat.
Ketika ASEAN kian besar dan kian terjalin dengan kekuatan dunia, yang harus tumbuh bersamaan adalah persahabatan — bukan rivalitas, apalagi permusuhan. (*)
| Pewarta | : Antara |
| Editor | : Imadudin Muhammad |
Tracing the Spirit of Tatah Natah with Nyoman Bratayasa at Tugu Kunstkring Paleis
Gelar Sumbar Expo 2025, Gubernur: UMKM Harus Mampu Bersaing
Zahra Fitriyana Bicara Eskalasi Kesataraan Gender dengan Advokasi Woman Empowerment
'Livin' Bank Mandiri Catatkan Transaksi Fantastis Rp3.220 Triliun dalam 9 Bulan
Superbank Cetak Laba Rp80,9 Miliar di Q3
Sumpah Pemuda dalam Gaya Gen Z ala UK Petra, Wujudkan Batik yang Berinovasi dengan AI
Tangan-Tangan Kecil Penyelamat Pesisir Pantai Kenjeran
Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Kendalikan Harga Komoditas di Daerah Berinflasi Tinggi
Purbaya: Presiden Prabowo Sukses Pulihkan Kepercayaan Rakyat
Menkeu Purbaya Sebut Presiden Prabowo Subianto Pulihkan Optimisme Publik dalam Dua Bulan Terakhir