TIMESINDONESIA, MALANG – Popularitas game Roblox di kalangan anak-anak dan remaja Indonesia memicu perdebatan mengenai manfaat dan risiko yang ditimbulkan. Platform game online ini dinilai mampu menjadi sarana edukasi interaktif, namun di sisi lain menyimpan potensi bahaya jika tidak diawasi dengan ketat.
Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr. Arina Restian, menegaskan bahwa Roblox memiliki dua sisi yang sama kuatnya.
“Menurut saya, Roblox itu memiliki sisi positif dan negatif. Positifnya terdapat edukasi terkait keilmuan matematika, fokus, dan strategi. Tetapi juga karena adanya oknum-oknum yang memunculkan sisi negatif seperti kekerasan, pornografi, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Kekhawatiran terhadap konten negatif Roblox juga pernah disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) serta Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen). Keduanya mengingatkan orang tua dan sekolah untuk aktif mengawasi anak saat bermain Roblox, mengingat risiko seperti aksi bebas, interaksi dengan orang asing, hingga cyber bullying.
Arina menilai, pendampingan orang tua dan guru menjadi kunci agar Roblox bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang aman. Ia mencontohkan penggunaan project based learning di sekolah dasar sebagai salah satu metode efektif.
“Anak-anak bisa merasakan keseruan belajar melalui Roblox, di lain sisi guru juga bisa menyampaikan materi dengan lebih lancar,” tambahnya.
Menurutnya, pemanfaatan Roblox harus berpijak pada regulasi yang ada, seperti UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Pornografi yang melarang akses konten pornografi bagi anak.
“Jadi yang pertama kita harus berpacu pada payung hukum ya… Artinya melarang penyediaan akses konten pornografi pada anak,” tegas Arina.
Untuk meminimalisasi risiko, ia merekomendasikan penggunaan fitur kontrol usia resmi, edukasi literasi digital, dan kolaborasi sekolah-orang tua. Strategi ini mencakup pembatasan informasi pribadi, penolakan ajakan mencurigakan, dan pengawasan melalui server privat edukatif.
“Kalau mau main Roblox, anak-anak harus dikontrol oleh sekolah. Misalnya memastikan ada admin dari sekolah dan admin dari orang tua. Dengan begitu, anak-anak bisa merasa senang namun pembelajaran tetap aman dan nyaman,” jelasnya.
Arina merangkum tiga kunci penting agar pemanfaatan Roblox aman dan berkelanjutan: keamanan digital, produktivitas, dan literasi digital yang memadai. Ia juga mendorong adanya sinergi antara dunia pendidikan, lembaga perlindungan anak, dan pemerintah.
“Adanya sinergi dengan kebijakan pemerintah agar pemanfaatan game edukasi sesuai dengan regulasi yang ada,” pungkasnya. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Demo di Pati Ricuh, Polisi Tembakkan Gas Air Mata dan Water Cannon
Rayakan 80 Tahun Kemerdekaan, Eiger Mengukir Sejarah Panjat Tebing Indonesia
Cegah Stunting, Warga Gresik Gelar Lomba Memasak Menu Sehat dan Bergizi
Polres Pacitan Targetkan 21 Ton Beras SPHP Ludes dalam Gerakan Pangan Murah
Praperadilan Ditolak, Sidang Tipikor Bandung Jadi Harapan Tersangka Kasus PJU Cianjur
Bupati Pati Terancam Dimakzulkan, DPRD Bentuk Pansus Usai Demo Ricuh
Kagumi Petani Raup 1,2 Miliar, Bupati Gresik Ingin Jadikan Daerahnya Sentra Melon Greenhouse
Aktivis Desak Pemkot Malang Segera Terbitkan Perda Larangan Plastik Sekali Pakai
Tertibkan Kendaraan Dinas, Pemkab Bondowoso Temukan Plat Palsu
Paradoks Disiplin Pendidikan