TIMESINDONESIA, MALANG – Di tangan para siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Al Fir Ma’unah Jabung, Kabupaten Malang, potongan kayu sederhana bisa berubah menjadi karya seni yang memukau. Dengan ketelatenan dan kreativitas tinggi, mereka mampu membuat kriya kayu siluet, seni memotong kayu membentuk gambar wajah manusia atau objek tertentu, yang kini menjadi salah satu program unggulan sekolah tersebut.
Seni kriya ini bukan sekadar kegiatan keterampilan biasa, tetapi menjadi bagian dari pendidikan vokasional yang dirancang untuk membekali para siswa penyandang disabilitas dengan keahlian praktis. Melalui program ini, para guru berharap murid dapat memiliki bekal keterampilan hidup dan bahkan bisa mandiri secara ekonomi setelah lulus.
Putri Faizatul, guru sekaligus penanggung jawab program kriya kayu siluet di SLB Al Fir Ma’unah, menuturkan bahwa proses pembelajaran dilakukan dengan penuh kesabaran dan pendekatan yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa.
“Tergantung anaknya, kadang ada yang sulit, kadang ada yang gak sulit. Kalau tunarungu, kalau ganda gini agak sulit. Tapi saat ini bahkan dia sudah bisa sendiri mengerjakan kriya kayu siluet ini,” ujar Putri.
Menurutnya, keterampilan ini diwariskan dari generasi ke generasi siswa, sehingga setiap tahun akan selalu ada penerus yang mampu mengembangkan karya serupa. “Ini kan yang ngerjain dari generasi ke generasi ya, bukan setiap anak yang kelas berapa yang mempunyai kemampuan. Nanti dilatih, diasah sampai bisa, jadi ada penerusnya,” tambahnya.
Pembuatan kriya kayu siluet ini memerlukan ketelitian tinggi dan konsentrasi kuat. Semua dikerjakan masih secara manual, tanpa bantuan mesin potong modern.
“Prosesnya digergaji manual. Jadi dari foto, disiluetkan hitam putih, lalu di-print sesuai ukuran yang diinginkan pemesan. Setelah itu, ditempel di atas triplek dan dipotong mengikuti pola,” jelas Putri.
Waktu pengerjaan pun bervariasi tergantung tingkat kesulitan pola. “Kalau yang banyak polanya itu lama, bisa lebih dari tiga hari. Kalau yang sederhana, paling hanya tiga hari,” imbuhnya.
Meski terlihat rumit, Putri menegaskan bahwa manfaat dari kegiatan ini sangat besar bagi para siswa. Selain melatih konsentrasi dan keuletan, kegiatan ini juga mengajarkan kemandirian dan memberi mereka harapan masa depan yang lebih baik.
“Ada manfaatnya. Nanti bisa buat bekal mereka juga di masa depannya. Entah untuk buka usaha di rumah atau yang lainnya. Jadi lulusan SLB tidak hanya nganggur,” ungkapnya.
Saat ini, penjualan kriya kayu siluet ini masih dilakukan secara konvensional. Pihak sekolah masih ingin mengembangkan penjualan online, untuk bisa menggaet lebih banyak customer.
"Untuk pemesanan, bisa kontak kami di whatsapp sekolah atau DM di IG sekolah," pungkasnya.
Kepala SLB Al Fir Ma’unah, Evy Yuli Hastuti, menjelaskan bahwa program pelatihan kriya kayu siluet ini telah berjalan sejak tahun 2022. Sejak itu, sudah puluhan karya berhasil diciptakan oleh para siswa.
“Sudah ada puluhan karya yang mereka hasilkan. Mulai dari foto Presiden dan Wakil Presiden RI, foto Garuda Pancasila, topeng, tokoh nasional, hingga pesanan pribadi lainnya,” ungkap Evy.
Menurut Evy, kriya kayu siluet ini menjadi program unggulan sekaligus pembeda antara SLB Al Fir Ma’unah dengan sekolah luar biasa lainnya. Baik di Malang, Jawa Timur, atau Indonesia. Selain kriya kayu, sekolah ini juga memiliki beragam program keterampilan lain yang disesuaikan dengan minat dan bakat siswa.
“Selain kriya kayu siluet, kami juga punya program membuat jamu sinom, keset anyam, sambal pecel, topeng, tata kecantikan, hingga teknik informatika,” jelasnya.
Program-program tersebut, lanjut Evy, bertujuan agar anak-anak penyandang disabilitas memiliki keahlian yang aplikatif dan dapat menjadi modal hidup setelah lulus.
“Pada dasarnya, program yang kami berikan ini menyesuaikan dengan minat dan bakat murid yang ada di sini. Misalnya, tata kecantikan kami buka karena ada murid yang minat di bidang ini, jadi kami fasilitasi,” tambahnya.
Selain menjadi media pembelajaran, karya kriya kayu siluet ini juga menjadi salah satu penyumbang pendapatan sekolah. Harga satu karya dibanderol mulai dari Rp100 ribu, tergantung ukuran dan tingkat kerumitan. Hasil penjualan biasanya digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran dan memberikan apresiasi kepada siswa yang terlibat.
Program pelatihan ini diharapkan dapat menjadi jembatan bagi para siswa SLB untuk lebih mandiri, sekaligus menghapus stigma bahwa anak disabilitas tidak bisa produktif. Dari ruang kelas sederhana di Jabung, siswa SLB Al Fir Ma'unah menunjukkan bahwa setiap anak memiliki potensi luar biasa, asalkan diberi kesempatan dan bimbingan yang tepat. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Raih Miss Celebrity Indonesia 2025, Karina Icha Siap Menuju Panggung Internasional
Menu MBG Basi, Wali Kota Malang Minta Penegakan SOP dan Sanksi Tegas
DPRD Sidoarjo Libatkan Ponpes Bahas Raperda Fasilitasi Pesantren
Potret Pemuda dalam Shadow State
Update Terbaru: Tim DVI Berhasil Identifikasi 2 Korban Tragedi Ponpes Al Khoziny
Cegah Banjir saat Musim Hujan, Sungai di Sidoarjo Mulai Dikeruk
Dian Sandi: Nama Debora Lende yang Terseret Isu Dana BOS Bukan Anggota DPRD NTT dari PSI
Bupati Ponorogo: Pekarangan Rumah Bisa Jadi Kunci Ketahanan Pangan Keluarga
Talk Show Kesehatan Inspiratif RSUD Hj Anna Lasmanah Banjarnegara
Tekad Neng Sely Membumikan Budaya Daerah di Kalangan Generasi Muda