TIMESINDONESIA, BANGKALAN – Gerakan mahasiswa bukan hanya soal olah pikir, demonstrasi dan berhenti pada diskusi di ruang kuliah. Gerakan mahasiswa juga harus mampu menjawab persoalan nyata di masyarakat. Banyak catatan bahwa sejumlah inovasi dan dedikasi tulus mahasiswa ternyata juga membawa angin segar perubahan bagi masyarakat luas. Terutama msyarakat perdesaaan.
Salah satunya adalah inovasi pengolahan limbah biomassa yang selama ini kerap dibuang dan tidak dimanfaatkan. Lewat sentuhan inovatif mahasiswa, kini berubah menjadi sumber energi dan penghasilan baru bagi warga Desa Lapa Daya, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, Madura.
Lewat kegiatan “BEM Berdampak” yang diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (BEM UTM), masyarakat setempat diajak memanfaatkan potensi limbah lokal untuk menciptakan energi terbarukan sekaligus meningkatkan perekonomian desa.
Yang menarik, kegiatan yang di-support Kemendiktisaintek RI ini bukan lagi sekadar soal mahasiswa turun untuk mengabdi langsung ke masyarakat desa. Kegiatan ini adalah sebuah model riil hilirisasi riset yang langsung menyentuh kebutuhan riil masyarakat. Terutama masyarakat di tingkat perdesaan.
Dari Masalah Jadi Peluang
Desa Lapa Daya, seperti banyak desa pertanian di Madura, menghadapi persoalan limbah biomassa yang melimpah. Selama ini, limbah pertanian dan peternakan hanya dibuang atau dibakar begitu saja, menimbulkan masalah lingkungan dan menjadi sumber polusi.
Melihat potensi yang terbuang sia-sia ini, tim BEM UTM yang terdiri dari mahasiswa berbagai disiplin ilmu tergerak untuk menawarkan solusi. Dengan dibantu dan didampingi dosen mereka yakni Sabarudin Achmad (aspek teknis), Iskandar Dzulkarnain (aspek sosial), Eki Samsuki (aspek manajemen), dan Uswatun Hasanah (aspek pasar), mereka memperkenalkan teknologi pembuatan briket dari limbah biomassa.
Langkah nyata sejumlah mahasiswa yang dapat gelontoran dana Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakatdidanai (DP2M) Kemendiktisaintek RI ini tidak hanya soal aspek teknis, namun juga menyentuh aspek pemberdayaan masyarakat. Dengan pelatihan dan pendampingan yang diberikan, warga Desa Lapa Daya kini memiliki keterampilan baru dalam mengolah limbah menjadi briket. Hal ini membuka peluang usaha baru, sekaligus mengurangi ketergantungan pada energi konvensional yang harganya semakin mahal.
"Kami ingin menunjukkan bahwa ilmu yang kami pelajari di kampus bisa memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Limbah yang selama ini dianggap masalah, ternyata bisa menjadi sumber energi dan penghasilan," ujar Yanuar Pratama Dicha Putra, salah satu mahasiswa perwakilan BEM UTM, Selasa (4/11/2025).
Mengubah Wajah Desa
Inovasi kreatif mahasiswa UTM ini ternyata menghasilkan dampak berantai yang positif bagi Desa Lapa Daya.
Dari dampak positif di bidang perekonomian misalnya. Di desa Lapa Daya mulai muncul sumber pendapatan baru bagi masyarakat. Limbah yang sebelumnya tidak bernilai ekonomi (zero value) kini dapat diolah menjadi briket yang memiliki nilai jual.
"Hal ini juga dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang harganya fluktuatif," kata Uswatun Hasan, dosen pendamping.
Sementara untuk lingkungan sekitar, kegiatan ini mendorong pengelolaan limbah yang lebih bertanggung jawab. Tumpukan limbah biomassa yang dapat mencemari lingkungan kini dapat dikurangi dengan diolah menjadi produk yang bermanfaat. "Mendukung prinsip ekonomi sirkular," imbuhnya.
Yang jauh lebih penting adalah soal transfer ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dari kampus kepada masyarakat. "Warga tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga menjadi pelaku yang terampil dalam mengelola energi terbarukan, yang meningkatkan kemandirian komunitas," ujar Sabarudin Achmad.
Pengabdian yang Berkelanjutan
Yang membedakan kegiatan positif mahasiswa ini dengan kegiatan pengabdian masyarakat biasa adalah pendekatan komprehensif yang mencakup empat aspek penting: teknis, sosial, manajemen, dan pemasaran. Pendekatan ini memastikan bahwa program tidak berhenti saat mahasiswa meninggalkan desa, tetapi bisa berlanjut secara mandiri oleh masyarakat.
"Kami tidak hanya mengajarkan cara membuat briket, tetapi juga membekali warga dengan kemampuan manajemen dan strategi pemasaran. Ini yang membuat program bisa berkelanjutan," imbuh Sabarudin.
Inspirasi bagi Generasi Muda
Keberhasilan kegiatan mahasiswa di Desa Lapa Daya ini adalah bukti nyata bahwa mahasiswa bisa menjadi agen perubahan. Agen pembangunan yang membawa manfaat positif bagi masyarakat.
"Inisiatif semacam ini sejalan dengan visi pemerintah dalam mendorong ketahanan energi dan pertumbuhan ekonomi desa," ungkap Eki Samsuki.
Kegiatan ini juga menunjukkan bagaimana kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat bisa menciptakan solusi inovatif untuk permasalahan riil di masyarakat. Diharapkan, model serupa bisa direplikasi di desa-desa lain di Indonesia, menciptakan manfaat yang lebih luas dan berkelanjutan.
“Kami berharap program ini tidak berhenti di sini, tetapi dapat dikembangkan lebih luas ke desa-desa lainnya di Madura. Ini adalah bukti bahwa pengabdian mahasiswa dapat memberikan dampak nyata,” ucap Iskandar Dzulkarnain, yang juga sebagai pendamping kegiatan ini.
Dengan semangat dan inovasi yang ditunjukkan mahasiswa UTM, mimpi untuk menciptakan Indonesia yang mandiri energi dan sejahtera semakin nyata terwujud. Hal kecil ini dimulai oleh mahasiswa dari desa kecil seperti Lapa Daya. (*)
| Pewarta | : Faizal R Arief |
| Editor | : Faizal R Arief |
Aritmia, Pembunuh Sunyi di Usia Muda
Jalan Kaki Ringan Dapat Memperlambat Alzheimer
Musisi Asal Blitar Luncurkan Mini Album Tahu Brontak dengan Lagu Bertema Lingkungan dan Sosial
Kakkoii Budget, All U Can Eat ala Jepang yang Ramah di Kantong
Film Baru Kamila Andini Empat Musim Pertiwi Raih 2 Penghargaan di TIFF 2025
Raja Charles Anugerahi Gelar Kesatria untuk David Beckham
Advokasi Assyifa Shandi Hidupkan Eksistensi Cagar Budaya Bandung
Pertumbuhan Ekonomi RI Q3 Diyakini Tembus di Atas 5%
Meski Terus Anjlok, Bitcoin Masih Jadi Primadona Investor
Asbisindo Targetkan Pangsa Pasar Bank Syariah Tembus 20%