TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Masyarakat Banyuwangi diminta lebih waspada seiring dengan penurunan suhu udara yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Cuaca dingin ekstrem ini bukan hanya membuat kita menggigil, tetapi juga berpotensi memicu berbagai masalah kesehatan.
Seperti yang diketahui, fenomena bediding tengah menyelimuti wilayah Jawa Timur, termasuk Banyuwangi, dimana kondisi ini membuat malam dan pagi hari terasa jauh lebih dingin dari biasanya. Dengan suhu terendahnya mencapai 14 derajat Celcius disejumlah kecamatan di Bumi Blambangan yang akan berlangsung hingga bulan Agustus 2025, seiring dengan puncak musim kering.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi, Amir Hidayat menjelaskan, banyak resiko penyakit yang disebabkan oleh bediding. Yang mana suhu udara dingin dapat memicu beberapa resiko penyakit dari mulai yang ringan hingga berat jika suhu menjadi ektrim.
Adapun, dampak ringan dari suhu dingin yang paling umum yaitu Influenza atau flu dan pilek. Dikatakan, suhu dingin dapat memperlambat kinerja salah satu bagian organ pernapasan bernama Silia yang ada pada hidung.
“Lambatnya kinerja Silia menyebabkan mudah masuk virus melalui pernafasan, karena tugas Silia sendiri adalah menyaring kotoran, virus dan bakteri masuk dalam sistem pernapasan,” jelasnya pada, Senin (21/7/2025).
“Kulit kering dan bibir pecah juga perlu diperhatikan, karena suhu dingin dapat menarik kelembaban kulit,” imbuh Amir.
Selain itu, resiko lain yang mengintai saat suhu udara tinggi yakni nyeri otot dan sendi. terjadinya nyeri otot dan sendi tersebut karena suhu dingin menyebabkan otot menegang.
“Nyeri otot dan sendi ini termasuk resiko sedang. Itu sangat tidak nyaman untuk tubuh,” kata Amir.
Resiko tinggi yang sangat berbahaya akibat suhu dingin yaitu Hipotermia. Penyakit ini dapat terjadi apabila suhu udara dingin terus berlangsung lama, sehingga menyebabkan penurunan suhu tubuh.
“Hipotermia adalah suatu kondisi di mana suhu tubuh turun di bawah normal, yakni suhu tubuh kurang dari 35 derajat celcius,” papar Amir.
Adapun tanda Hipotermia sendiri, masih kata Amir, yakni menggigil, fokus konsentrasi yang berkurang, kehilangan koordinasi tubuh, hingga kasus terparahnya dapat menyebabkan kematian.
Suhu dingin juga dapat memicu serangan jantung. Hal tersebut bisa terjadi karena suhu dingin menyebabkan tekanan darah sehingga memaksa jantung bekerja lebih keras dari biasanya untuk merespon suhu dingin.
“Meningkatkan resiko serangan jantung bagi yang komorbid.” ujar Amir.
Untuk mengatasi dan mengurangi dampak daripada suhu dingin selama fenomena Bediding, Dinkes memberikan beberapa tips yang dapat diterapkan diantaranya :
“Dengan memahami dan menerapkan langkah-langkah tersebut, masyarakat Banyuwangi diharapkan dapat menghadapi fenomena bediding dengan lebih baik dan tetap menjaga kesehatan di tengah kondisi cuaca yang ekstrim,” tutur Amir. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |
Genjot PAD Pemkab Morotai Naikkan Biaya Sewa dan Retrebusi, PT Harta Samudra Minta Keringanan
Jalan Baru Pengembangan SDM ASN
DPRD Gresik Pertanyakan Poskamladu untuk Nelayan Tak Dianggarkan di P-APBD
Manchester United Datangkan Striker Bryan Mbeumo dari Brentford
Menteri Keuangan AS Serukan Audit Komprehensif atas Kinerja Federal Reserve
Mulai 1 Agustus 2025 KA Pasundan Hadir Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation
BEM Kristiani Tolak Dominus Litis Kejaksaan dalam RKUHAP
Jelang Debut di Eropa, Simak Yuk Spesifikasi dan Fitur Redmi 15C
Koperasi Merah Putih dan Arah Baru Ekonomi Desa
7 Must-Visit Spots in Malang: From Hidden Springs to Waterfalls