TIMESINDONESIA, PONOROGO – Grebeg Tutup Suro di Somoroto bukan sekedar perayaan budaya, ia adalah napak tilas peradaban Bantarangin, yang menghidupkan kembali jejak spiritual sejarah dan kearifan lokal masyarakat Kabupaten Ponorogo bagian barat.
Somoroto menyimpan sejumlah legenda yang tak hanya beraroma sejarah, tapi juga mistis dan budaya lokal yang kuat.
Somoroto dipercaya sebagai lokasi Kerajaan Bantarangin, yang dipimpin Raja Klono Sewandono, dan kisahnya pun diabadikan dalam seni Reog Ponorogo.
Masyarakat Somoroto dalam minggu-minggu ini mengadakan Grebeg Tutup Suro, sebagai prosesi budaya yang mencerminkan perlawanan kultural terhadap narasi sejarah resmi Ponorogo.
Masyarakat Somoroto juga akan melakukan kirab pusaka, dan pusaka-pusaka yang dikirab adalah peninggalan leluhur, akan diarak keliling desa sebagai bentuk penghormatan dan pelestarian tradisi.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, yang notabene dilahirkan di wilayah barat Ponorogo sangat mengapresiasi adanya Grebeg Tutup Suro.
"Grebeg Tutup Suro ini menjadi simbol identitas lokal Somoroto, yang ingin mempertahankan sejarahnya," kata Bupati Sugiri Sancoko, Kamis (24/7/2025).
Masyarakat Somoroto berebut gunungan hasil bumi di area monumen Bantarangin. (Foto: Thoriq/TIMES Indonesia)
Ia juga mengakui kalau Somoroto punya sejarah peradaban sendiri di masa lalu, Menurutnya, Monumen Bantarangin di Desa Somoroto,adalah pusat Kerajaan Bantarangin tempat lahirnya seni Reog Ponorogo.
"Tradisi ini menjadi pengingat akan kekayaan Prabu Klono Sewandono yang konon pernah melakukan pasewakan agung dan keliling kerajaan demi rakyatnya, " ulas Bupati Sugiri Sancoko.
Orang nomor satu di Pemkab Ponorogo ini juga membeberkan, bahwa Somoroto pernah menjadi peradaban sejarah masa lalu Ponorogo, dibuktikan dengan adanya Pasarean Astana Srandil,
"Di situ tempat bersemayamnya para bupati Somoroto. Lokasi tersebut sering diziarahi, karena diyakini menyimpan energi spiritual dan sejarah panjang," jelas Bupati Sugiri Sancoko.
Ia pun menyimpulkan, tradisi Grebeg Tutup Suro ini menunjukkan bagaimana masyarakat Somoroto menjaga akar budaya di tengah arus modernisasi.
"Dan Grebeg Tutup Suro ini menjadi bagian dari proses kontemplatif masyarakat, menyatukan masa lalu, doa, dan harapan masa depan," kata Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko. (*)
Pewarta | : M. Marhaban |
Editor | : Ronny Wicaksono |
Gerindra Puncaki Elektabilitas Tertinggi di Jatim Versi The Republic Institute
Gaya Hidup Digital Picu Food Waste di Kalangan Remaja
Spirit Kuat Situs Wurandungan dalam Umbul Dungo Puja Bekti
Upacara Sakral Petik Tirta Amerta jadi Pembukaan Festival Kali Brantas #4
Hindari Macet Ketapang, Ini Rekomendasi Tempat Wisata di Banyuwangi yang Wajib Dicoba
'Jalan, Pulang' Single baru MALIQ & D'Essentials yang Penuh Makna
Soal Penutupan Minimarket, Satpol PP Banyuwangi: Kita Mengacu Penyempurnaan Peraturan
Antusias Pengunjung Membludak di Tong Tong Night Market 2025
Hasto Divonis 3,5 Tahun, Ganjar Beri Tanggapan Begini
Tiga Dapur Sehat Diresmikan, Bupati Amalia Desiana: Banjarnegara Butuh 70 SPPG