TIMESINDONESIA, MAJALENGKA – Musim kemarau identik dengan langit cerah dan hembusan angin kencang. Kondisi ini menjadi momen yang dinanti para pecinta layangan di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Tak hanya anak-anak, para remaja hingga orang dewasa pun ramai-ramai kembali memainkan permainan tradisional ini, menjadikannya primadona hiburan lintas generasi.
Di berbagai lapangan terbuka dan persawahan yang mengering, pemandangan langit penuh warna-warni layangan menjadi tontonan yang menghibur. Suara dengung tali dan gemuruh sorak-sorai terdengar riuh saat layangan saling adu kekuatan di udara.
Antusiasme masyarakat terhadap permainan ini menunjukkan bahwa layangan bukan sekadar permainan masa kecil, tetapi juga sarana hiburan, rekreasi, bahkan ajang silaturahmi antarwarga.
Fenomena ini juga menjadi ajang silaturahmi antarwarga, bahkan di beberapa titik digelar kompetisi layangan yang menyatukan pemain dari berbagai desa dan kecamatan di wilayah Kabupaten Majalengka.
Bagi sebagian warga, bermain layangan menjadi cara untuk melepas penat dari aktivitas harian. Sementara bagi lainnya, permainan ini menjadi pengingat nostalgia masa kecil yang kini kembali hidup bersama anak-anak mereka.
Antusiasme ini tidak hanya terlihat dari keramaian, tapi juga dari komentar para warga yang turut menikmati tradisi tersebut.
"Dari kecil saya memang suka main layangan. Sekarang anak saya juga ikut-ikutan, jadi bisa main bareng. Ini bukan cuma permainan, tapi sudah jadi bagian dari hidup kami di kampung," ujar Dapid (35), warga Sindangkasih, Majalengka, Minggu (27/7/2025).
Sementara itu, Wida (45), seorang ibu rumah tangga yang menonton anaknya bermain, mengaku senang permainan tradisional masih diminati. "Daripada main gadget terus, mending anak-anak main layangan. Lebih sehat dan bisa bersosialisasi," ungkapnya, Minggu (27/7/2025).
Meski demikian, aparat setempat tetap mengimbau agar permainan ini dilakukan di tempat yang aman, jauh dari jaringan listrik dan jalan raya, demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Dengan segala keunikannya, layangan kembali membuktikan daya tariknya sebagai warisan budaya permainan tradisional yang tetap relevan di tengah arus digitalisasi.
Fenomena ini juga menjadi ajang silaturahmi antarwarga, bahkan di beberapa titik digelar kompetisi layangan yang menyatukan pemain dari berbagai desa dan kecamatan di wilayah Kabupaten Majalengka. (*)
Pewarta | : Jaja Sumarja |
Editor | : Deasy Mayasari |
Pemkab Banyuwangi Bangun Jembatan Sementara Roda Empat, Target Rampung Sebulan
Mikroekonomi BBM di Jember
Menag Apresiasi Laporan Pengawasan Haji 2025, Dorong Pengambilan Kebijakan Strategis
Timnas Indonesia Incar Menang di 90 Menit Lawan Vietnam
Gubernur Khofifah: Bansos Jangan untuk Judol
Vietnam Siapkan Eksekutor Penalti untuk Final Lawan Timnas Indonesia
Terbesar di Dunia, Kemenag Sebut Aset Wakaf Indonesia Mencapai Rp2.000 Triliun
Tunggu Rekening Beres, 6 Ribu Lebih Warga Pacitan Segera Terima Bansos DBHCHT
Sate Gebug 1920 Malang Kuliner Legendaris yang Tetap Bertahan Lebih dari 100 Tahun
Haji 2025, Kemenag RI: 447 Jamaah Wafat, 25 Masih Dirawat di Arab Saudi dan 3 Jamaah Hilang