TIMESINDONESIA, GRESIK – Suasana Desa Bedanten, Kecamatan Bungah, Gresik, akhir pekan ini terasa istimewa. Dalam rangka memeriahkan HUT ke-80 RI, warga menggelar festival kuliner tempo dulu yang menghadirkan beragam hidangan khas pesisir dengan cita rasa autentik.
Adapun menu jajanan yang disajikan bermacam macam kuliner tempo dulu mulai ghetuk, kelanting, gatot, nogosari, ketan bumbon, srawot dan lainnya.
Kegiatan bertajuk "Peken Madanten" ini digelar oleh Pemerintah Desa Bedanten bersama Komunitas Pemerhati Sejarah dan Budaya Bedanten.
Gelaran ini sukses menyedot perhatian, tak hanya warga setempat, tetapi juga pengunjung dari luar desa.
Bazar Jajanan Tempo Doeloe diikuti oleh 13 RT yang masing-masing menghadirkan stan kuliner khas. Selain itu, Pengurus Pelestarian Makam Penggede (PPMP) Bedanten turut membuka stan khusus menampilkan benda-benda pusaka koleksi Museum Madanten.
Abhiseka, Pegiat Sejarah dan Budaya sekaligus Pengurus Pelestari Makam Penggede (PPMP) Desa Bedanten menyampaikan meski digelar perdana, kegiatan ini berlangsung meriah.
"Alhamdulillah, antusias masyarakat luar biasa. Banyak sekali yang datang, baik dari Desa Bedanten maupun dari luar desa," katanya, Senin (11/8/2025).
Selain kali ini, dia menargetkan kegiatan festival ini akan kembali digelar. Tepatnya saat momen penting seperti hari jadi desa, haul sesepuh maupun sedekah bumi.
"Nanti akan digelar setiap tahun yang akan diselenggarakan pada momen 17 Agustusan atau Haul, Sedekah Bumi dan Hari Jadi Desa bedanten," ujarnya .
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Desa Bedanten Abdul Majid, mengatakan kegiatan yang mengusung tema Peken Madanten ini sebagai upaya melestarikan budaya lokal Tempo Doeloe era 70-an
"Peken artinya Pasar, Madanten adalah nama dari Bedanten. Di acara ini ada kuliner klanting, gethuk, lemet menyok, bubur sagu serta polo pendem," terangnya.
Melalui festival ini, ia meyakini kuliner tempo dulu akan tetap menjadi favorit dan dapat diterima oleh generasi masa kini. "Kegiatan ini didukung penuh oleh seluruh RT, dengan para peserta tampil khas mengenakan busana tradisional ala zaman dulu," ujarnya.
Gagasan ini, lanjut Kades Bedanten, mengalir seiring dukungan dari berbagai lembaga dan organisasi masyarakat yang sangat responsif dan antusias. Kesiapan penyelenggaraan tidak hanya dari sisi material, tetapi juga dukungan penuh warga.
Awalnya, kegiatan ini hanya terfokus pada warga RT se-Desa Bedanten. Namun, berkat penyebaran informasi melalui media sosial, dakwah lewat sajian jajanan tradisional tempo doeloe pun dapat dinikmati masyarakat luar desa.
"Kegiatan ini juga merupakan bentuk dakwah untuk uri-uri atau melestarikan sejarah, yang kini kian terabaikan di tengah kesibukan generasi muda," tutupnya.
Sementara itu, informasi yang dihimpun Desa Bedanten termasuk deretan desa tua yang tercatat dalam Prasasti Canggu tahun 1358 M. Hal ini menjadi pelengkap informasi bagi para pengunjung, disuguhkan melalui Museum Madanten Nusantara 1358M.
Nama Madanten yang kemudian berubah dialek menjadi Bedanten (Bedah Sedanten), sebuah penamaan yang lahir dari proses pembendungan Sungai Solo ke arah Pulau Mengare yang dialihkan menuju Sungonlegowo dan Ujungpangkah (muara Sungai Solo saat ini). (*)
Pewarta | : Akmalul Azmi |
Editor | : Deasy Mayasari |
Pendidikan Menjaga Pangan
Kalisa Putri Tampil Memukau, Singel Perdana 'Lucky Girls' Jadi Simbol Mimpi yang Terwujud
Pemuda Muhammadiyah dan Polres Gresik Garap 10 Hektare Lahan untuk Ketahanan Pangan
Dari Cianjur hingga Duta Poltekesos: Nazwa Salsabila, Nyalakan Kepedulian Sosial Generasi Muda
Adidas Minta Maaf Usai Dituduh Jiplak Sandal Tradisional Meksiko
Fenomena ‘Pura-Pura Bekerja’ Jadi Tren di Kalangan Anak Muda China
Melindungi Anak di Dunia Digital
Temuan Inspektorat Cianjur, Sejumlah Desa Harus Kembalikan Dana hingga Ratusan Juta
Menbud RI Fadli Zon Kagumi Pembangunan Monumen Reog Ponorogo
Mahasiswi KKN-T UNDIP Perkenalkan BioMelt, Cairan Biodegradasi Plastik Ramah Lingkungan