TIMESINDONESIA, SURABAYA – Di Kantor Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Jawa Timur, sosok Kolonel Laut (E) Purn. Bambang Soedito hadir dengan seragam cokelat lengkap dan atribut veteran yang masih tersemat di dadanya. Duduk dengan tegap, ia memperlihatkan wibawa seorang pejuang yang hingga kini tak luntur dimakan usia.
Dirinya aktif terlibat dalam kegiatan sosialisasi di Surabaya, termasuk ke sekolah-sekolah untuk mengenalkan Jiwa, Semangat, dan Nilai Juang 1945 (JSN ’45). Perannya bukan hanya sebagai saksi sejarah, tetapi juga sebagai pendidik moral bangsa di masa kini.
Mata memandang jauh saat diminta untuk mengingat perjuangannya, seakan-akan beliau kembali ke tahun 1975, ketika Timor-Timur mengalami masa sulit. Mengatakan dengan nada tegas betapa beratnya tanggung jawab saat itu.
“Yang saya paling ingat, tugas saya itu kan, kapal itu adalah untuk melaksanakan patroli. Jangan sampai ada kapal-kapal dari luar negeri, terutama itu ya, masuk, nyusup, memberikan senjata kepada Fretilin," ujarnya.
Kapal yang ia tumpangi tak hanya berpatroli di lautan, tetapi juga mengawal pendaratan pasukan marinir di pantai. Sebelum marinir menginjakkan kaki di daratan, kapal lebih dulu melepaskan tembakan meriam ke arah pantai. Dentumannya menjadi pembuka jalan, membuat musuh mundur dan memberi ruang bagi pasukan darat untuk bergerak masuk.
Kapal yang ditumpangi tetap memberikan perlindungan dengan dentuman meriam setelah pasukan marinir berhasil masuk ke daratan. Pasukan darat lebih mudah bergerak ke pedalaman karena serangan laut itu. Kenangan di Timor-Timur tetap kuat terpatri dalam benaknya. Karena menjaga kedaulatan bangsa bukan perkara mudah.
Makna 17 Agustus
Di usianya yang sudah lebih dari delapan puluh tahun, Bambang masih memberi arti khusus pada setiap 17 Agustus. Baginya, hari kemerdekaan bukan hanya tentang seremonial, lomba tujuh belasan, atau keriuhan bendera merah putih yang menghiasi jalanan.
Lebih dari itu, adalah momen untuk mengenang perjalanan panjang bangsa dan luka yang pernah dirasakan. Menurutnya, kemerdekaan adalah karunia yang tidak boleh disia-siakan.
“Suatu kebesaran dari Allah SWT bahwa Indonesia yang sudah dijajah sekian lama, akhirnya juga bisa merdeka, lepas dari penjajahan, karena penjajahan itu sangat menderita sekali, sangat menderita sekali," ucapnya pelan.
Pesan untuk Generasi Muda
Dengan sorot mata yang tetap tegas meski usia tak lagi muda. Bambang mengingatkan agar anak-anak muda tidak hanya menikmati kemerdekaan, tetapi juga mengisinya dengan kerja nyata.
“Generasi muda saat ini ya, harus bisa mengisi kemerdekaan dengan melaksanakan pembangunan di segala bidang. Dengan benang merah, ini adalah perjuangan para pejuang zaman dulu, yaitu perjuangan tanpa pamrih. Untuk mengisi kemerdekaan, dengan melaksanakan pembangunan di segala bidang. Itu harapan saya," ujarnya dengan tegas. (*)
Pewarta | : Della Nur Khofiah [MG] |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Argentina Siap Hadapi Venezuela dan Ekuador, Lionel Messi Kembali Masuk Skuad
Luncurkan Kajian Publik Tentang Ideologi Kesehatan, Nila Moeloek: Kesehatan Milik Semua Orang
Putri Aidillah Nurfitriyah Kriswanto: Semangat Hijau di 1 Dekade TIMES Indonesia
RSUD Pandega Pangandaran Berhasil Raih Nilai Tinggi dalam Survei Kepuasan Masyarakat
Gempa Magnitudo 4,9 Guncang Jakarta dan Sekitarnya, BNPB Imbau Warga Tetap Waspada
Open House di 1 Dekade TIMES Indonesia: Refleksi Diri, Membuka Ruang Sinergi
Puncak Satu Dekade TIMES Indonesia, Berlangsung Sederhana dengan Doa Bersama
1 Dekade TIMES Indonesia, Wali Kota Malang Ajak Kolaborasi Bangun Citra UMKM dan Wisata
Menggenggam Merdeka: Kisah Veteran Bambang Soedito dan Pesannya bagi Anak Bangsa
MTB Prabu 2025 Siapkan Pengalaman Camping di Dua Titik Ikonik Probolinggo