TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Banyuwangi, Jawa Timur berhasil mencatat nol kasus campak dan Rubella. Hal itu didorong dengan cakupan imunisasi Measles-Rubella (MR) yang telah mencapai 63 persen hingga Agustus 2025.
“Sempat muncul satu kasus positif dan tiga suspek awal tahun 2025, seluruhnya cepat tertangani dan telah sembuh,” kata Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi, Amir Hidayat, Rabu (27/8/2025).
Setelah adanya sejumlah temuan tersebut, masih kata Amir, tim kesehatan langsung melakukan pemantauan ketat termasuk melakukan tracing kontak kepada orang sekitar, termasuk melakukan isolasi. Tentu saja itu ditunjang dengan cakupan imunisasi MR yang juga terus dimasifkan. Hingga pada Agustus 2025 imunisasi telah mencapai 63,3 persen.
“Dengan begitu alhamdulillah kasus bisa cepat tertangani. Dan langsung kita tingkatkan kewaspadaan,” ujarnya.
Amir menjelaskan, salah satu upaya penting dalam pencegahan penyebaran penyakit menular, termasuk campak dan rubella itu adalah dengan memperkuat imunitas kolektif. Apabila imunitas kolektif tinggi, meskipun ada satu orang tertular, maka penularannya bisa dicegah. Tapi jika imunitas kolektif rendah, resiko penyebaran bisa lebih besar.
Untuk itu, upaya meningkatkan pemberian imunisasi MR terus dimasifkan hingga mencapai 100 persen. Sedangkan untuk cakupan imunisasi dasar di Banyuwangi tahun 2024 sudah mencapai 94,93 persen atau melampaui target minimal 90 persen dari provinsi.
“Nah ini kita terus dorong supaya minimal dalam waktu dekat ini bisa mencapai lebih dari 60 persen, dan estimasi di akhir 2025 ini bisa mencapai target 95 persen, kalau target dari provinsi itu cukup 90 persen,” terang Amir.
“Target kita adalah tidak ada anak yang terlewat vaksinasi imunisasi, khususnya MR. Karena ini kunci utama mencegah penularan,” imbuhnya.
Dipaparkan juga oleh Amir, ada sejumlah wilayah di Banyuwangi yang cakupan imunisasi MR kurang dari target. Diantaranya wilayah Tegaldlimo yang hanya tercapai 36,6 persen, Songgon 37,1 persen dan Siliragung 37,9 persen.
“Nah ini beberapa tempat yang terus kita upayakan untuk dorong imunisasinya,” paparnya.
Selain memperluas cakupan vaksinasi, Dinkes juga gencar melakukan sosialisasi gejala campak agar masyarakat lebih waspada. Adapun gejala yang perlu diperhatikan diantaranya demam tinggi di atas 38,5 derajat, batuk, pilek, ruam pada kulit, serta bercak putih di mulut.
“Kalau ada anak dengan gejala itu, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat agar bisa ditangani dan diisolasi supaya tidak menular. Perawatan biasanya cukup dengan istirahat, obat penurun panas, nutrisi bergizi, dan vitamin,” ujar Amir.
Dengan penguatan imunisasi serta kewaspadaan dini masyarakat, Amir optimistis Banyuwangi dapat mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) campak maupun rubella.
“Alhamdulillah saat ini Banyuwangi masih aman. Kami terus bekerja sama dengan puskesmas untuk memastikan imunitas kolektif tetap terjaga,” jelasnya. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |
iPhone 17 akan Diperkenalkan 9 September, Publik Menunggu Bocoran iPhone Lipat
Rangga & Cinta Reborn: Dari Layar Kaca Langsung ke Panggung Film Internasional Korea
Picu Kanker Usus di Usia Muda, PAPDI Ingatkan Bahaya Makanan Ultra-Proses
Membubarkan DPR atau Membubarkan Demokrasi?
Princess Mononoke dari Studio Ghibli Kembali Tayang di IMAX
ITSEC Asia and Qrypt Join Forces to Bring Quantum-Safe Security to Indonesia
Biaya Isbat Nikah Massal di Surabaya Tanpa Bebankan APBD
Kejari Rote Ndao Tetapkan Dua Tersangka di Kasus Korupsi UPI
Kemenperin Jajal Lineup GAC Indonesia di GIIAS Surabaya 2025
BAHU NasDem Soroti Aksi Demo Gubernur Jatim, Pemakzulan Tak Bisa Lewat Jalanan