TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – style="text-align:justify">Kematian seorang balita di Sukabumi, Jawa Barat, dengan tubuh dipenuhi cacing menimbulkan keprihatinan luas. Peristiwa ini menegaskan bahwa kecacingan masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia, sekalipun di daerah yang sudah memiliki fasilitas medis.
Pakar parasitologi FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. dr. E. Elsa Herdiana, M.Kes., Ph.D., menilai kasus ini seharusnya tidak lagi terjadi. “Faktor utamanya masih berkaitan dengan sanitasi yang buruk, kebiasaan buang air besar sembarangan, serta rendahnya kesadaran masyarakat,” ujarnya, Selasa (2/9/2025).
Elsa menjelaskan, kecacingan akibat Ascaris lumbricoides (cacing gelang) bisa berakibat fatal bila jumlah infeksi tinggi. Anak-anak berisiko mengalami malnutrisi, anemia, stunting, hingga keterlambatan perkembangan otak. “Pada kondisi berat, cacing bisa bermigrasi ke organ lain dan menyebabkan peradangan serius yang berujung kematian,” katanya.
Ia juga menekankan kaitan erat antara kecacingan dan stunting. “Cacing menyerap nutrisi penting yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, seperti protein, zat besi, zinc, dan vitamin,” tambahnya.
Meski pemerintah sudah menjalankan program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) dua kali setahun, Elsa menegaskan obat bukan solusi utama. “Anak bisa terinfeksi kembali jika lingkungan tidak berubah. Perilaku buang air besar sembarangan adalah masalah inti yang harus diatasi,” jelasnya.
Ia mencontohkan pengalaman salah satu daerah di Yogyakarta pada 1970-an yang berhasil menekan kasus kecacingan lewat pembangunan jamban sehat dan edukasi warga. Menurutnya, kolaborasi lintas sektor, mulai dari Kementerian PUPR, pemerintah daerah, hingga masyarakat, menjadi kunci keberhasilan.
Elsa merekomendasikan beberapa langkah penting meliputi Pembangunan sanitasi yang layak melalui kerja sama lintas sektor, Edukasi berkelanjutan kepada masyarakat, Pemeriksaan feses berkala untuk evaluasi, serta Pengawasan resistensi obat cacing.
“Kematian akibat kecacingan sebenarnya bisa dicegah. Ini harus menjadi tanggung jawab bersama, tidak hanya pemerintah, tetapi juga keluarga, kader kesehatan, dan masyarakat,” tegasnya.
Kasus di Sukabumi menjadi pengingat bahwa kecacingan bukan sekadar persoalan medis, tetapi juga masalah perilaku dan sanitasi lingkungan. Tanpa perbaikan menyeluruh, ancaman serupa bisa terulang di berbagai wilayah. (*)
Pewarta | : A. Tulung |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Dinilai Kader Asli, Alasan PPP Lombok Timur Dukung Mardiono Jadi Ketum Lagi
Suara Kecil dari Zelda dan Ibram untuk Indonesia, Kisah Mahasiswa Disabilitas Unesa Suarakan Persatuan
Tasyakuran dan Filosofi Nama Stadion Wijaya Krida Pacitan
IWA Restaurant at Hotel Tugu Bali Presents “The Nusantara Spice Odyssey
Soal Penangkapan Aktivis, Cipayung Plus Malang: Jika Bersalah, Silakan Tindak!
Tingkatkan Keselamatan, Nelayan Banyuwangi Dapat E-PAS Kecil dan Peralatan Pelayaran
DPRD Kabupaten Malang Sidak Lahan Warga yang Dijadikan Sub Agrobis Pujon
Bahagia di Istiqlal, Pramana dan Teti Resmi Nikah Negara Lewat Nikah Massal Kemenag
Pasca Kerusuhan di Surabaya, Bisnis Hotel Terimbas
FIFA Umumkan Skema Tiket Piala Dunia 2026, Harga Mulai Rp986 Ribu hingga Rp110 Juta