TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Kecelakaan maut bus pariwisata bernomor polisi P-7221-UG yang mengangkut rombongan karyawan RS Bina Sehat Jember di jalur wisata Gunung Bromo masih menyisakan duka mendalam. Delapan penumpang meninggal dunia serta 42 lainnya mengalami luka-luka.
Bagaimana kecelakaan maut di Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Jatim pada Minggu (14/9/2025) siang itu terjadi?
Sopir bus, Albahri (59) menjelaskan, sejak keberangkatan hingga sebelum kejadian, kondisi bus terbilang aman. Ia juga sempat meminta teknisi untuk memeriksa bagian rem belakang sebelum berangkat.
“Jadi kondisi bus mulai berangkat hingga pulang dan sebelum kejadian aman,”sebutnya.
Namun sebelum tiba di lokasi kecelakaan, ia mulai merasakan rem kendaraan mulai tidak berfungsi dengan baik. Ia pun berusaha meminggirkan bus dan melaju perlahan. Karena melaju pelan, ia bahkan sempat diklakson oleh kendaraan lain.
“Saat sampai di jalan yang kanan-kirinya banyak pohon, rem bus benar-benar blong. Saat jalan agak menanjak, saya coba arahkan ke kiri, tapi di sisi kiri sedang ramai kendaraan,” ujarnya.
Sopir asal Desa Gladak Pakem, Sumbersari, Kabupaten Jember itu menyebut, di lokasi kejadian, jalur kiri penuh dengan kendaraan yang melaju searah dengan bus yang ia kendarai.
Karena itu, ia memilih menghantamkan bus bermuatan sekitar 50 penumpang tersebut ke arah kanan hingga menabrak pembatas jalan dan terperosok ke selokan. Korban meninggal dan luka-luka kebanyakan dari sisi kanan bus.
Sementara itu, Kapolres Probolinggo, AKBP M Wahyudin Latif menyebut, bus membawa 52 penumpang rombongan karyawan RS Bina Sehat Jember, dan melaju dari arah barat ke timur.
Ia menegaskan, Polres Probolinggo bersama jajaran Polda Jatim akan berupaya semaksimal mungkin menangani tragedi ini, termasuk proses hukum terhadap sopir bus yang kini ditahan untuk dimintai pertanggungjawaban.
Dari pihak rumah sakit, Direktur RS Bina Sehat Jember, dr. Faida, menjelaskan bahwa sebagian besar korban meninggal akibat benturan keras di kepala.
“Karena benturannya di kepala dan sangat berat keadaannya, maka kami putuskan jenazah dimandikan di Probolinggo karena tidak memungkinkan untuk dibawa ke Jember,” jelas Faida.
Kecelakaan yang diduga akibat rem blong itu merenggut delapan nyawa penumpang, termasuk satu keluarga karyawan RS Bina Sehat yang terdiri dari suami, istri, dan anaknya. Tragedi ini sekaligus menjadi catatan kelam di jalur wisata Bromo yang kerap dipadati bus pariwisata. (*)
Pewarta | : Rizky Putra Dinasti |
Editor | : Muhammad Iqbal |
Empat dari 10 Anak Dunia Gagal Kuasai Membaca, CfDS UGM Ajak Perkuat Literasi dan Berpikir Kritis
Gubernur Khofifah Langsung ke Jember, Serahkan Santunan untuk Korban Kecelakaan Bus
Denyut Sektor Konstruksi di Jantung Ibu Kota
KPK Panggil Ketua Umum PBNU, Selidiki Aliran Dana Kasus Kuota Haji 2023–2024
Kisah Keluk Pristiwahana, Gelombang Senyap yang Menggema Besar di Blora
Pakar UGM Soroti Kontroversi Ucapan Pejabat Publik, Minta Perbaikan Gaya Komunikasi
Pasar Properti Jogja Lesu, Rumah Mewah Rp 1 Miliar Justru Lebih Laku Dibanding Hunian Murah
Korsleting Listrik Sebabkan, Gudang Obat Puskesmas Kembiritan Banyuwangi Ludes Terbakar
DPRD Pacitan Minta DKPP Remajakan Fasilitas Taman Teknologi Pertanian Pringkuku
Optimis Kejar Target Kemiskinan Turun, Tiga Skema Kebijakan Ini Disiapkan Pemkab Malang