TIMESINDONESIA, SIDOARJO – Sudah empat hari sejak bangunan musala Pondok Pesantren atau Ponpes Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, runtuh dan menelan puluhan santri yang tengah beristirahat di dalamnya. Waktu emas penyelamatan, atau golden time 72 jam, telah terlewati. Namun, di posko utama yang didirikan di kompleks Pondok Putri, harapan para orang tua belum sepenuhnya padam.
Sejak kamis (2/10/2025) malam, sebuah crane berkapasitas 60 ton mulai dioperasikan. Alat berat itu perlahan mengangkat bongkahan beton besar yang menindih hampir seluruh bagian bangunan. Setiap gerakannya ditayangkan langsung melalui layar monitor yang dipasang di posko, agar wali santri bisa menyaksikan perkembangan dari jarak aman.
Suasana posko berubah hening setiap kali layar menyorot crane yang menggeser material besar. Para orang tua menahan napas, seolah ikut mengangkat beban itu bersama mesin. Ada yang duduk bersandar dengan wajah pucat, ada pula yang terus menggenggam foto anaknya, tak henti-hentinya berdoa.
“Setiap kali layar berganti gambar, hati saya ikut bergetar. Saya ingin sekali anak saya segera ditemukan, tapi di sisi lain takut dengan kenyataan,” kata seorang ibu wali santri asal Surabaya, dengan mata berkaca-kaca.
Bagi mereka, tayangan itu adalah satu-satunya penghubung dengan anak-anak yang hingga kini belum diketahui nasibnya.
Di posko, waktu seolah berjalan lambat. Setiap jam yang berlalu semakin mengikis asa. Namun, di tengah kecemasan itu, ada juga doa yang tak henti dipanjatkan. Beberapa ibu terlihat bergantian melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an, sementara yang lain memilih diam, menatap kosong ke layar, menunggu kabar yang mungkin mengubah hidup mereka selamanya.
“Kalau pun tidak bisa kembali dalam keadaan hidup, kami hanya ingin anak kami ditemukan. Itu saja,” sambungnya.
Malam ini, crane terus bekerja. Di layar monitor, bongkahan beton perlahan terangkat. Namun, bagi para orang tua, yang terangkat bukan hanya puing, melainkan juga harapan yang rapuh, berbalut doa, di tengah tragedi yang menyisakan duka panjang. (*)
Pewarta | : Rudi Mulya |
Editor | : Deasy Mayasari |
Politisi Tuan Demokrasi
BMKG Catat 166 Kali Gempa Bumi Susulan di Sumenep, Masyarakat Diimbau Tetap Waspada
Pernikahan Dini di NTB Masih Tinggi, Bhayangkari Ajak Perubahan Mindset Masyarakat
Ibas: Etika Harus Jadi Arah Baru Ketatanegaraan Indonesia
Misi Global Sumud Flotilla, Kemlu Pastikan Keselamatan WNI Muhammad Husein
Kuasa Hukum Paul La Fontaine Soroti Vonis Ringan Kasus Pengeroyokan di Bali
Gubernur Dedi Mulyadi akan Umumkan Nama Pegawai "Termalas" Setiap Bulan di Media Sosial
Megawati Hangestri Perkuat Bank Jatim di Final Four Livoli Divisi Utama 2025
Harga Pangan Melonjak, Ekonom UGM Ingatkan Ancaman Inflasi dan Dampaknya ke UMKM
AS Masuki Hari Pertama Shutdown, Ancaman PHK Pegawai Federal Mulai Dijalankan