TIMESINDONESIA, BLITAR – Aroma tembakau yang menguar dari rumah Mbah Kari di Desa Jatitengah, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, seolah membawa kenangan masa lalu sore itu. Di antara tawa anak-anak yang memenuhi halaman, tradisi dan kebersamaan berpadu indah dalam gelaran Pojok Nglinting Vol. 2, Sabtu (18/10/2025).
Tak sekadar menjadi tempat berkumpul warga, kegiatan ini menjelma sebagai ruang regenerasi budaya, di mana nilai-nilai tradisi diwariskan melalui kreativitas anak-anak. Salah satu yang mencuri perhatian adalah Jagad Nata Shiharta, seniman cilik berusia 10 tahun asal Blitar, yang memandu workshop permainan tradisional bersama puluhan teman sebayanya.
Kreativitas dari Tampah Bambu
Dengan suara lembut tapi tegas, Jagad mengarahkan teman-temannya melukis di atas tampah bambu tradisional menjadi kanvas penuh kreasi. Setiap goresan menjadi wujud ekspresi dan kebersamaan, menggambarkan betapa tradisi bisa hidup kembali lewat kreativitas anak-anak.
Selain menjadi ajang pelestarian budaya, kegiatan Guyub Rukun ini juga mempererat ikatan batin antara ibu dan anak. (Foto: Abimanyu Satrio Widodo/TIMES Indonesia)
Tak hanya melukis, mereka juga bermain bersama, berbagi cerita, dan belajar nilai gotong royong. Kegiatan ini tidak hanya mempererat hubungan antar teman sebaya, tapi juga menjadi ruang interaksi hangat antara ibu dan anak yang turut mendampingi.
Momen itu terasa makin istimewa karena bertepatan dengan ulang tahun Jagad Nata Shiharta. Namun, alih-alih merayakannya dengan pesta meriah, ia memilih mengisinya dengan berbagi kebahagiaan dan menebar inspirasi bagi teman-temannya.
Menumbuhkan Nilai Budaya Sejak Dini Lewat Pojok Nglinting
Kegiatan ini sukses berkat semangat besar dari kekompakan Sanggar Rumah Cinta Indonesia (RUCI) bersama Komunitas Pojok Nglinting, komunitas pengrajin tembakau lokal yang konsisten menjaga warisan budaya Selopuro. Melalui kolaborasi dengan para seniman dan masyarakat, Pojok Nglinting menjadi jembatan yang menyatukan petani, pengrajin, dan generasi muda dalam satu ruang kebersamaan.
Tatit Sulis, Koordinator Acara yang mengusung tema “Tandur Srawung dan Guyub Rukun”, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan menanamkan kembali semangat kebersamaan serta mewariskan nilai budaya dari generasi ke generasi.
Hasil kreasi lukis tampah tradisional disambut antusias oleh anak-anak yang penuh tawa dan keceriaan. (Foto: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)
“Kami ingin menyatukan seluruh warga dari berbagai kalangan tanpa pandang bulu. Tujuan kami sederhana, menjaga agar tali persaudaraan tetap terjalin sekaligus melestarikan budaya daerah,” ujar Tatit Sulis saat ditemui di lokasi acara.
Kehadiran berbagai elemen masyarakat menjadi bukti nyata semangat guyub yang tetap hidup di tengah komunitas ini.
Semangat yang dihidupkan melalui Pojok Nglinting menjadi pengingat bahwa melestarikan tradisi bukan sekadar mengenang masa lalu. Dari kegiatan sederhana seperti melukis tampah dan bermain tradisional, tumbuh nilai kebersamaan, kreativitas, dan cinta budaya yang terpancar dari tawa anak-anak — generasi penerus yang berani mencipta, berbagi, dan menjaga nyala warisan bangsa. (*)
Pewarta | : Abimanyu S.W / Hilmi Amirul H11 |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Dianggap Mirip Jurnalis di Palestina, Poster Lim Ji Yeon Dicopot
Sumber Sira Putukrejo, Oase Ketenangan di Selatan Malang
Pesantren dalam Perdebatan
Wujudkan Legislator Tangguh, Anggota DPRD Jatim Cahyo Harjo Membangun Regulasi Responsif
Jadi Magnet Dunia, Penari Diaspora dari Amerika Bakal Tampil di Gandrung Sewu 2025
Angkat Tesis Kebijakan Pembangunan Pelabuhan Laut, Bambang Haryo Raih Magister Ilmu Politik
Blockchain dan Ilusi Keamanan Investasi Digital
Rayakan HUT ke-61 Partai, DPD Golkar Maluku Berbagi Seribu Paket Sembako
Kisah Nola Ekanita, Apoteker di Pelosok Sumbar; Bukan Sekadar Tugas, tapi Pengabdian
Luar Biasa, Desa Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Desa Wisata Terbaik PBB