TIMESINDONESIA, MALANG – Pemkot Malang terus memperluas aksesibilitas antarwilayah melalui pembangunan infrastruktur penghubung. Salah satu langkah nyata diwujudkan dengan pembangunan jembatan gantung yang menghubungkan antara Kelurahan Kedungkandang dan Polehan. Kini, jembatan tersebut mulai dimanfaatkan masyarakat untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat mengatakan, keberadaan jembatan gantung Polehan ini diharapkan mampu memberikan manfaat besar bagi warga, terutama pelajar dan pelaku ekonomi lokal yang selama ini terkendala akses transportasi.
“Jembatan ini mempermudah anak-anak sekolah yang setiap hari menyeberang. Selain itu, pergerakan ekonomi antara Kedungkandang dan Polehan juga akan semakin lancar,” ujar Wahyu, Kamis (23/10/2025).
Wahyu mengungkapkan, meski jembatan gantung tersebut memiliki daya tahan hingga 20 tahun, material kayu akasia yang digunakan diperkirakan hanya bertahan sekitar lima tahun. Karena itu, Pemkot akan mempertimbangkan kemungkinan untuk menjadikan jembatan ini sebagai jembatan permanen di masa mendatang.
“Pemeliharaan jadi hal penting. Kalau nanti diperlukan, kita bisa masukkan perbaikan besar ke dalam program Rp50 juta per RT yang sudah disiapkan,” jelasnya.
Ia juga mengimbau warga agar menjaga dan menggunakan jembatan gantung Polehan sesuai aturan, mengingat struktur gantung memiliki batasan kapasitas tertentu.
“Saya minta Camat, Lurah, serta Ketua RW dan RT ikut menjaga agar aturan penggunaan jembatan ditaati,” tegasnya.
Selain itu, Wahyu meminta Dinas PUPRPKP untuk memperhatikan aspek keselamatan di sekitar jembatan gantung tersebut.
“Saya sudah minta agar dibuat trap di bagian tengah dan penghalang di sisi jalan supaya lebih aman, terutama saat hujan. Di sisi Polehan juga perlu disesuaikan agar anak-anak kecil lebih nyaman melintas,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Vertical Rescue Indonesia (VRI), AM Putranto, menjelaskan bahwa jembatan ini merupakan jembatan ke-221 yang dibangun VRI di seluruh Indonesia.
“Target kami membangun 1.000 jembatan dalam sepuluh tahun. Kini sudah berjalan lima tahun, dan proyek di Malang ini termasuk yang paling berdampak,” tuturnya.
Putranto menambahkan, pembangunan jembatan ini merupakan hasil kerja sama Vertical Rescue Indonesia (VRI) dengan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), yang sepenuhnya digerakkan atas dasar kemanusiaan.
“Dulu jarak tempuh warga bisa 3 sampai 4 jam, sekarang hanya sekitar sepuluh menit. Dampaknya luar biasa bagi masyarakat, terutama untuk pendidikan dan ekonomi,” katanya.
Ia berharap pemerintah daerah dapat melanjutkan langkah tersebut dengan menjadikan jembatan gantung Polhena itu bersifat permanen.
“Kita memancing dulu lewat pembangunan ini. Semoga ke depan Pemda bisa menjadikannya jembatan permanen,” ujarnya. (*)
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Habis Labubu Terbitlah Hirono, Dipopulerkan V BTS
Pemegang Saham Ajukan Tutup, OJK Cabut Izin BPR Artha Kramat
Bukalapak Rogoh Rp420 Miliar untuk Lanjutkan Buyback Saham
Rayakan HUT ke-80, PLN Gelar Promo Spesial Tambah Daya Listrik Diskon 50%
Gubernur Khofifah Ajak Santri Jadi Pagar Utama Menjaga NKRI
French Open 2025: Ganda Campuran Indonesia Pulang Lebih Awal, Jafar/Felisha Tersandung Unggulan Thailand
Ponpes Lirboyo Minta Trans7 Benahi Program
Laba BTN Melonjak 10,6 % ke Rp2,3 Triliun di Kuartal III
Gubernur Khofifah Tetapkan UMK Terbaru 7 Daerah di Jatim, Berlaku November 2025
Kejari Sumenep Periksa 40 Saksi Kasus Korupsi Logistik Pemilu 2024, Nilainya Capai Rp1,2 Miliar