TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Memasuki musim pancaroba alias pergantian musim, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi melalui Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) mengingatkan para peternak untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi munculnya berbagai penyakit pada hewan ternak.
Peralihan cuaca dari musim kemarau menuju musim hujan disebut menjadi masa paling rawan, karena perubahan suhu yang ekstrem dapat memicu tumbuhnya berbagai virus dan bakteri.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dispertan Banyuwangi, drh Nanang Sugiharto, menjelaskan bahwa kondisi lingkungan yang semula kering mendadak berubah menjadi lembap, sangat mendukung perkembangan mikroorganisme penyebab penyakit.
“Setelah musim panas, kita masuk ke musim hujan. Nah, ini yang paling berbahaya. Dari panas ke hujan, terjadi penurunan suhu yang cukup drastis. Akibatnya, virus dan bakteri tumbuh dan berkembang lebih cepat, sehingga risiko penyakit pada ternak meningkat,” terang Nanang, Kamis (23/10/2025).
Ditemui di ruang kerjanya, Nanang menyebut bahwa fenomena yang kerap disebut aratan, yakni kondisi saat hewan kaget akibat perubahan cuaca mendadak, juga menjadi penyebab gangguan kesehatan pada ternak. Hewan yang semula terbiasa dengan udara panas, harus beradaptasi dengan suhu dingin dan lembap.
“Ketika masa itu, daya tahan tubuh ternak menurun. Nah, pada saat itullah virus dan bakteri mudah menyerang,” ujarnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Nanang menekankan pentingnya menjaga kebersihan kandang serta memperhatikan pola pakan dan asupan vitamin bagi ternak.
Pemberian vitamin, masih Nanang, berperan penting dalam memperkuat imunitas hewan. Selain itu, vaksinasi juga perlu dilakukan untuk mencegah penyakit menular.
“Vaksinasi harus dimaksimalkan, terutama untuk mencegah penyakit PMK (Penyakit Mulut dan Kuku). Biasanya, kasus PMK muncul kembali setelah turun hujan pertama, terutama pada ternak yang belum divaksin,” jelasnya.
Dispertan Banyuwangi sendiri, terus menggeber program vaksinasi PMK agar saat musim hujan tiba, seluruh ternak sudah memiliki kekebalan yang cukup.
Sementara itu, untuk sektor unggas, Dispertan Banyuwangi juga mengimbau agar peternak tetap rutin memberikan vitamin dan melakukan vaksinasi sesuai jadwal.
“Peternak unggas kita sudah cukup berpengalaman. Mereka tahu kapan saatnya vaksin diberikan dan bagaimana menjaga daya tahan hewan di tengah perubahan cuaca,” tutur Nanang.
Lebih lanjut, Nanang juga mengingatkan bahwa penyakit zoonosis atau penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia seperti rabies, tetap harus diwaspadai.
Meskipun kasusnya rendah pada musim panas, potensi penularannya cenderung meningkat saat musim hujan karena kondisi lembap memicu perkembangan virus dan bakteri.
“Penyakit zoonosis seperti rabies itu selalu ada. Bedanya, pada musim hujan intensitas risikonya lebih tinggi karena lingkungan lebih mendukung perkembangan penyakit,” tutupnya. (*)
Pewarta | : Muhamad Ikromil Aufa |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
The Tomb of Bung Karno Blitar Remains a Perpetual Hub for Pilgrims and Tourists
Habis Labubu Terbitlah Hirono, Dipopulerkan V BTS
Pemegang Saham Ajukan Tutup, OJK Cabut Izin BPR Artha Kramat
Bukalapak Rogoh Rp420 Miliar untuk Lanjutkan Buyback Saham
Rayakan HUT ke-80, PLN Gelar Promo Spesial Tambah Daya Listrik Diskon 50%
Gubernur Khofifah Ajak Santri Jadi Pagar Utama Menjaga NKRI
French Open 2025: Ganda Campuran Indonesia Pulang Lebih Awal, Jafar/Felisha Tersandung Unggulan Thailand
Ponpes Lirboyo Minta Trans7 Benahi Program
Laba BTN Melonjak 10,6 % ke Rp2,3 Triliun di Kuartal III
Gubernur Khofifah Tetapkan UMK Terbaru 7 Daerah di Jatim, Berlaku November 2025