TIMESINDONESIA, JAKARTA – Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengambil langkah strategis dengan meninggalkan seluruh perangkat lunak Microsoft dan beralih ke solusi teknologi asal Jerman bernama Open Desk. Keputusan ini diambil sebagai antisipasi terhadap potensi sanksi dari Washington yang dapat mengganggu operasional lembaga peradilan internasional tersebut.
Berdasarkan laporan Handelsblatt, transisi teknologi ini didorong kekhawatiran ICC terhadap ancaman pemutasan akses sistem secara tiba-tiba. "Mengingat situasi yang ada, kami perlu mengurangi ketergantungan dan memperkuat otonomi teknologi pengadilan," jelas perwakilan ICC yang dikutip media Jerman tersebut.
Open Desk dikembangkan oleh Pusat Kedaulatan Digital (Zendis) atas permintaan Kementerian Dalam Negeri Jerman. Paket perangkat lunak ini mengintegrasikan produk dari delapan pengembang Eropa, dengan tujuan utama mengurangi ketergantungan pada penyedia teknologi tunggal.
Meski jumlah staf ICC hanya sekitar 1.800 orang, langkah ini memiliki makna simbolis yang kuat. "Transisi dari Microsoft ke Open Desk memiliki makna simbolis yang besar karena menunjukkan bahwa teknologi kini berada di pusat dinamika geopolitik global," tulis laporan tersebut.
ICC dan Zendis disebut sedang menyelesaikan tahap akhir penandatanganan kontrak kerja sama. Sementara Microsoft menyatakan tetap menghargai hubungan baik dengan ICC dan yakin tidak ada hambatan kerja sama di masa depan.
Langkah ICC ini tidak terlepas dari konteks geopolitik terkini. Lembaga ini telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap sejumlah pemimpin dunia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Kebijakan ini memicu reaksi berbagai negara, termasuk Hungaria yang memutus keluar dari keanggotaan ICC.
Pada masa pemerintahan Donald Trump, AS bahkan menandatangani perintah eksekutif untuk menjatuhkan sanksi terhadap ICC, termasuk pembekuan aset dan larangan masuk bagi staf serta keluarga mereka ke wilayah AS. Latar belakang inilah yang mendorong ICC untuk memperkuat kemandirian digitalnya melalui adopsi teknologi non-AS. (*)
| Pewarta | : Antara | 
| Editor | : Faizal R Arief | 
Prabowo Kirim Mahasiswa Indonesia ke Selandia Baru untuk Atasi Krisis Dokter dan Dokter Gigi
Presiden Prabowo Hadiri Gala Dinner KTT APEC 2025 Bersama Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung
Timnas Indonesia Siap Tempur di Piala Dunia U-17 2025 Qatar
Polda Metro Jaya Bongkar Sindikat Penipuan Investasi Saham dan Kripto Palsu
Unmul Kembangkan Lai Durian, Calon Raja Baru Buah Khas Kalimantan Timur
Mentan Alihkan Distribusi Pupuk Subsidi ke Kopdes Merah Putih, 190 Kios Dicabut Izin
Pertamina Naikkan Lagi Harga BBM Pertamina Dex dan Dexlite per 1 November 2025
Sekitar 500 Napi Hukuman Mati Tunggu Keputusan, RUU Baru akan Beri Kepastian Eksekusi
Hewan Ternak Terpapar Cesium-137 di Cikande akan Dimusnahkan, Pemkab Siap Ganti Rugi
Habitat Terakhir Gajah Sumatera Mulai Hilang Usai 2.000 Hektar Hutan Bengkulu Dibabat, Aktivis Surat Menteri