TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menteri KP (Kelautan dan Perikanan) Sakti Wahyu Trenggono menargetkan untuk memodernisasi 1.582 kapal nelayan agar kualitas produksi ikan nelayan Indonesia setara produksi negara-negara maju.
"Melalui Presiden Prabowo kita ditugaskan untuk melakukan modernisasi kapal tangkap, Presiden minta 1.582 kapal," ujar Trenggono dalam acara Sarasehan 100 Ekonom di Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Wahyu menambahkan bahwa modernisasi kapal perikanan tersebut merupakan program prioritas Presiden RI di sektor swasembada pangan, di antaranya adalah memperbaiki alat produksi yang digunakan nelayan saat ini.
Dampak dari modernisasi kapal perikanan ini, antara lain meningkatkan efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya ikan.
Berikutnya, berdampak pula kepada meningkatnya produktivitas nelayan, meningkatkan serapan tenaga kerja, meningkatkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Nelayan yang masih menggunakan kapal-kapal tradisional ini harus diganti dengan lebih modern, lebih higienis sehingga kualitas ikannya di kemudian hari akan setara dengan produksi yang dilakukan oleh negara-negara yang lebih maju," kata Trenggono.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Perikanan Tangkap secara bertahap mendorong modernisasi dan transformasi kapal perikanan dari bahan dasar kayu menjadi kapal besi.
Langkah ini untuk memenuhi standar kelaikan yang telah ditentukan, yaitu laik laut, laik tangkap dan laik simpan hasil ikan yang ditangkap dalam kapal.
KKP mencatat 65 persen kapal perikanan di Indonesia rata rata telah berusia lebih dari 10 tahun yang didominasi oleh kapal berbahan dasar kayu. Sekitar 95 persen kapal perikanan yang terdaftar di KKP terbuat dengan bahan utama kayu.
Meski lebih murah dari segi pembiayaan, penggunaan kayu sebagai bahan baku utama pembuatan kapal dapat mengarah ke isu lingkungan, dalam hal ini adalah deforestasi dan kurang memenuhi standar kapal perikanan dunia yg baik.
Usia kapal kayu rata-rata 15-20 tahun tergantung dari perawatannya. Secara konstruksi kapal kayu memiliki kekurangan karena umumnya dibangun secara tradisional dan kurang memenuhi persyaratan standar kelaikan laut, laik tangkap dan laik simpan hasilnya.
Mayoritas kapal perikanan saat ini menggunakan mesin darat modifikasi non-marine engine standar, sehingga rentan mengalami korosi, overheating, kebocoran oli, emisi karbon tinggi, dan kegagalan transmisi. (*)
| Pewarta | : Antara |
| Editor | : Ronny Wicaksono |
Stroke pada Anak Perlu Pemeriksaan Detail, Ini Penjelasan Ahli
Livoli Divisi I 2025, Vita Solo Pastikan Tiket 16 Besar, Kini Giliran Tim Putra Berebut Tempat
Kebundesa Batu, Wisata Petik Stroberi Segar di Kaki Gunung Arjuno
Teh Alit Cicip Kuliner Uncle Sorn's Resto Thailand di Karapitan Bandung
Rambut Beruban Bentuk Pertahanan Alami Terhadap Risiko Kanker
The Adventures of Cliff Booth Tayang Lebih Awal dari Narnia
Film 'Pangku' Raih Tujuh Nominasi FFI 2025
Purbaya Tegaskan Pajak Baru Tunggu Ekonomi RI Tumbuh 6 Persen
Rute Baru Incheon–Manado Buka Gerbang Wisatawan Korea ke Sulut
Lewat CSR, Jepara Serius Jadikan Donorojo Sentra Bandeng Unggulan