Sosok
TIMESINDONESIA, PASURUAN – Sosok yang kini dikenal sebagai penggerak advokasi kesehatan mental remaja, Milla Mastami Al-Alawiyah, tak pernah menyangka jalan hidupnya akan membawanya ke titik ini. Perempuan berusia 21 tahun asal Pasuruan ini bukanlah nama baru dalam dunia advokasi.
Mahasiswi jurusan Psikologi di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini adalah pendiri gerakan Waras Muda, sebuah inisiatif yang berfokus pada sosialisasi kesehatan mental di sekolah-sekolah. Namanya semakin bersinar setelah berhasil meraih gelar Runner Up 2 Miss Hijab Jawa Timur 2025.
Dalam sebuah wawancara eksklusif bersama TIMES Indonesia, Alawiyah mengungkapkan bahwa keterlibatannya dalam ajang kecantikan bukanlah semata-mata untuk meraih gelar. Awalnya ia mengikuti ajang ini bukan karena untuk kompetisi, tetapi untuk memperluas pengalaman dan relasi.
"Saya melihat ajang ini sebagai platform yang kuat untuk menyebarkan misi," katanya, pada Rabu (3/9/2025). Dengan mengikuti beauty pageant ini, harapannya agar suara tentang kesehatan mental, khususnya untuk remaja dan perempuan, bisa terdengar lebih luas.
Perjuangan dari Pengalaman Pribadi
Perjalanan anak bungsu dari dua bersaudara yang hobi menulis, membaca buku pengembangan diri, dan sesekali membuat konten edukasi di media sosial ini menyatakan bahwa merawat kesehatan mental remaja berawal dari pengalaman pribadinya.
"Saya yakin dan percaya bahwa kesehatan mental adalah fondasi dari segala aspek kehidupan. Kita mungkin bisa terlihat baik-baik saja secara fisik, tapi kalau mental terasa lelah dan tidak terurus, produktivitas, hubungan sosial, bahkan ibadah pun bisa terganggu," tuturnya sembari tersenyum manis.
Pengalaman merasakan beratnya ketidakstabilan mental itulah yang mendorongnya untuk mengedukasi masyarakat. "Dari pengalaman itu membuat saya paham betapa pentingnya edukasi tentang kesehatan mental ini sejak dini," tuturnya.
Lebih lanjut sebagai seorang aktivis, Alawiyah telah menorehkan berbagai pencapaian, baik di bidang advokasi maupun personal. Selain mendirikan Waras Muda, ia juga aktif sebagai pembicara dan fasilitator diskusi seputar kesehatan mental remaja.
Beberapa tulisannya bahkan pernah dimuat di media. Namun, dari semua pencapaian itu, ia selalu kembali pada pesan utamanya. "Jangan ragu mencari bantuan ketika merasa lelah, dan jangan merasa sendirian," tutur pemilik akun media sosial Instagram @alawiyahmachrus
Percaya Diri Bukan Berarti Sempurna
Berada di bawah sorotan publik, Alawiyah tak menampik bahwa tantangan terbesar adalah mengelola rasa minder. Tantangannya tentu banyak, mulai dari mengatur waktu sampai mengelola rasa minder saat melihat peserta lain yang menurutnya luar biasa.
Namun, Alawiyah memiliki cara tersendiri untuk mengatasinya. Baginya, percaya diri datang dari pemahaman diri sendiri. "Percaya diri datang ketika kita benar-benar mengenal potensi yang dimiliki dan menerima kekurangan diri sendiri. Saya juga membangun mindset bahwa manusia tidak harus sempurna, yang penting memberikan yang terbaik."
Ke depan, Alawiyah berharap dapat terus mengembangkan Waras Muda ke lebih banyak daerah dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Ia juga ingin terus belajar dan mendalami ilmu psikologi. Melalui perjalanannya, ia ingin mengajak generasi muda, khususnya perempuan, untuk lebih berani mengenal diri sendiri.
"Jangan terlalu fokus pada pencapaian orang lain atau takut gagal dinilai orang lain, karena proses belajar dan berkembang itu memang penuh jatuh bangun. Saya ingin semua orang percaya bahwa perempuan bisa menjadi kuat, berdaya, dan bermanfaat tanpa harus kehilangan jati dirinya," tandasnya. (*)
| Pewarta | : Wandi Ruswannur |
| Editor | : Hendarmono Al Sidarto |