TIMESINDONESIA, JAKARTA – Fenomena deepfake semakin sering diperbincangkan seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI). Dari meniru selebritas hingga memalsukan suara anggota keluarga, teknologi ini semakin memudahkan pelaku kejahatan dalam menjalankan berbagai bentuk penipuan.
Deepfake adalah konten digital—baik berupa video, foto, maupun audio—yang dihasilkan oleh AI untuk mengubah atau merekayasa tampilan serta suara seseorang secara meyakinkan. Dengan teknologi ini, seseorang bisa terlihat atau terdengar melakukan hal yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan.
Deepfake aktor Tom Cruise yang viral di media sosial. Meskipun tidak digunakan untuk penipuan, peristiwa ini memunculkan kekhawatiran bahaya penggunaan teknologi kecerdasaan buatan. (foto: CNBC)
Meski terkadang digunakan untuk hiburan, deepfake kini semakin sering dimanfaatkan untuk tujuan yang lebih berbahaya, seperti penyebaran informasi palsu dan penipuan. Dikutip dari ncoa.org, terutama di Amerika Serikat, dampak deepfake terhadap lansia cukup mengkhawatirkan, dengan kerugian akibat penipuan mencapai $3,4 miliar pada 2023, meningkat 11 persen dibanding tahun sebelumnya.
Teknologi ini berkembang dengan sangat cepat, membuat batas antara yang nyata dan yang palsu semakin sulit dikenali. Tak heran, survei YouGov pada 2023 menunjukkan bahwa 60 persen warga Amerika merasa sangat khawatir dengan ancaman deepfake.
Oleh karena itu, memahami apa itu deepfake dan bagaimana cara mendeteksinya sangat penting untuk melindungi diri sendiri serta orang-orang terdekat.
Jenis Penipuan Deepfake yang Paling Umum
Ada beberapa jenis penipuan deepfake yang kini marak terjadi, di antaranya:
1. Penipuan Investasi
Pelaku menggunakan deepfake untuk meniru tokoh terkenal, seperti investor atau miliarder, guna mempromosikan investasi palsu. Contohnya, seorang pria berusia 82 tahun tertipu setelah melihat video Elon Musk yang tampak asli menawarkan peluang investasi menguntungkan. Tanpa sadar bahwa itu adalah deepfake, ia kehilangan tabungan pensiunnya sebesar $690.000 dalam hitungan minggu.
2. Penipuan Romansa
Penipuan asmara semakin canggih dengan deepfake. Pelaku bisa menciptakan identitas palsu yang tampak nyata dengan teknologi pertukaran wajah (face-swapping) dan foto AI. Mereka membangun hubungan emosional dengan korban sebelum akhirnya meminta uang, sering kali melalui aplikasi pembayaran digital, Bitcoin, atau kartu hadiah. Di Hong Kong, penipuan semacam ini bahkan berhasil mengelabui korban hingga total $46 juta.
3. Penipuan Politik
Teknologi deepfake juga digunakan dalam ranah politik untuk menyebarkan misinformasi. Contohnya, pada awal 2024, warga New Hampshire menerima panggilan suara yang terdengar seperti Presiden Joe Biden yang menyarankan mereka untuk tidak memberikan suara dalam pemilu pendahuluan. Padahal, suara tersebut dihasilkan oleh AI dan bukan dari Biden sendiri.
4. Penipuan Pemerasan
Dalam skema ini, pelaku menggunakan teknologi AI untuk meniru suara atau tampilan anggota keluarga korban dan berpura-pura berada dalam bahaya. Salah satu modusnya adalah "penipuan kakek-nenek," di mana penipu meniru suara cucu atau anggota keluarga lain yang mengaku sedang mengalami masalah hukum dan membutuhkan uang segera. FBI mencatat lebih dari 650 laporan terkait skema ini dari Januari 2020 hingga Juni 2021, dengan total kerugian mencapai $13 juta.
5. Penipuan Iklan Palsu dengan Dukungan Selebritas
Iklan deepfake yang menampilkan selebritas juga marak digunakan untuk menipu. Pada awal 2024, iklan di Facebook menunjukkan Taylor Swift mempromosikan peralatan masak Le Creuset. Banyak yang percaya karena Swift memang dikenal sebagai penggemar merek tersebut. Namun, iklan itu palsu—dibuat tanpa sepengetahuannya menggunakan suara dan rekaman video yang dimanipulasi AI.
Teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) bisa memalsukan suara anggota keluarga.
Mendeteksi deepfake bisa sulit, tetapi ada beberapa tanda yang dapat diwaspadai:
Pada Video:
Pada Foto:
Pada Audio:
Untuk menghindari jebakan deepfake, beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
Apa yang Harus Dilakukan Jika Menjadi Korban?
Jika merasa telah menjadi target atau korban penipuan deepfake, segera lakukan tindakan berikut:
Dengan mengenali dan memahami ancaman deepfake, kita bisa lebih waspada dan melindungi diri dari berbagai bentuk penipuan digital yang semakin canggih. (*)
Pewarta | : Wahyu Nurdiyanto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
8 Hidden Educational Villages in Surabaya: Where Culture Lives Amid Skyscrapers
Mengatasi Insomnia: Tips Agar Tidur Nyenyak dan Berkualitas
Eks Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong Ditunjuk sebagai Pelatih Baru Uslan HD
Steven Knight Janjikan Kisah James Bond Lebih Berani
Rojali, Mal dan Etika Konsumsi Belanja Urban
Menjadi Pemimpin dalam Keberagaman
KAI Daop 8 Surabaya Permudah Pembatalan Tiket Terdampak KA Anjlok
Ketakutan Negara pada Simbol One Piece Saat Bumi Menjerit
Fenomena Bendera One Piece, Wamendagri: Enggak Masalah
Ahmad Tomi Wijaya Resmi Pimpin Halaqoh BEM Pesantren se-Indonesia 2025-2027